46: IGD

483 81 7
                                    

"Bang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bang." 

"Eh? Oh, oke ron." Winwin terima laporan material check dari Roni terus dia bolak-balik.

Roni nepuk pundak Winwin yang lagi duduk. "Kalo ada apa-apa boleh cerita, Bang." Dari pulang waktu mereka nyantai kemarin, muka Winwin udah nggak enak. Bahkan di mobil Winwin diem aja cuma lihat depan. Dia juga nyuruh anak lain buat nyetir sampe ke mess. Seniornya, si Fadil, udah berusaha bangun mood, tapi gagal karena Winwin cuma sekali senyum terus balik lagi bengong ngadep ke depan sampe anak-anak nggak enak mau berisik. Setelah saling membaca situasi, heninglah mereka di perjalanan sampai ke mess.

"Thank you, Ron." Tapi kayaknya curhat ke rekan kerja tidak akan menjadi pilihan Winwin. Jadi dia keep aja rasa gundahnya sendiri. 

Kemarin malam sepulangnya dia ke mess, ada pesan panjang dari Stella. Isinya sebagian besar adalah kalimat maaf. Katanya mereka hanya akan saling tersakiti jika bersama. Tapi sejatinya di mana akar permasalahannya? Keinginan Winwin untuk menikah? Lalu kenapa Stella memilih menjalin hubungan baru dengan orang lain ketika winwin betul-betul fokus membenahi diri untuk mereka dengan menekan egonya? Jadi Stella hanya tidak mau lagi bersama dengannya ya? Masalahnya adalah Winwin sendiri ya?

Hingga lembar terakhir keluar dari printer, Winwin masih sibuk menyusun hipotesa di kepalanya tentang kegagalan hubungannya.  Sampai-sampai bayangan ekspresi wajah Stella masih terlihat jelas, gimana sama sekali nggak ada keraguan yang terlihat untuk meninggalkannya. Jadi selama ini cuma Winwin yang terus-terusan berharap, sedangkan Stella sudah berniat pergi? 

Belum pernah kejadian sebelumnya selama Winwin hidup kalo dia bakalan pingsan di tempat umum karena demam. Tadi pas sit-in ke lokasi proyek, muka Winwin udah pucet parah. Jadi dia izin ke salah manager lain buat balik ke mess dianter sama salah satu anak buahnya. Tapi sebelum beneran masuk ke pintu mess, Winwin hampir tumbang.

"Eh Bang!" Roni panik banget pas Winwin gabruk nempel ke pintu. Pas dia pegangin, kok badan Winwin panas banget. "Bang, sampeyan demam dari kapan?" Anak asli Pasuruan ini nanya. Masalahnya Winwin anteng banget nggak ada keluhan apa-apa sebelumnya.

Tapi Winwin sendiri nggak tahu kalo dia demam. Pikirnya cuma nggak enak badan biasa aja. Badannya masih bisa dibawa tidur walaupun emang lumayan menggigil sejak tadi malem. "Nggak inget, Ron."

"Wis IGD aja, Bang." Mau dia rawat sendiri di mess juga percuma orang Roni juga nggak tau penanganan yang tepat gimana.

Melajulah mobil mereka ke Rumah Sakit terdekat, Winwin dipapah memasuki pintu IGD karena nggak mau diambilin kursi roda, 'masih sanggup jalan' katanya. 

IV drip di tangan jadi satu-satunya objek pandang Winwin. Sejak kapan dia jadi makhluk lemah begini sih? Diinfus karena demam? Winwin pengen ngakak deh rasanya. "Balik aja Ron, lumayan nunggunya ini."

"Lah sampeyan siapa yang nungguin nanti, Bang?"

"Sendiri aja aku."

Bukannya pergi, Roni malah nyeret kursi buat dia duduk di samping tempat tidur Winwin.
"Sampeyan tidur aja, Bang. Tak tunggu sambil nonton One Piece." Roni menolak keras ide Winwin buat stay sendirian di IGD selama dia diinfus. Sakit aja nggak bilang, jangan-jangan nanti Winwin pulang sendiri tanpa manggil dia karena nggak mau ngrepotin.

Wedding Operations: Neo Culture Tetanggaan 2.0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang