Chapter 6: The First Meet

3.5K 336 1
                                    

🍀🍀

Alvian berjalan melalui selasar untuk segera menuju ke lapangan dengan suasana hati yang gembira. Sepanjang jalan dapat dilihat beberapa murid yang sesekali meliriknya. Alvian yang merasakan tatapan-tatapan tersebut merasa tidak peduli, ia sudah terbiasa.

Ia segera mendaratkan diri dikursi tribun tepat di sebelah para anggota 'Salvador' 

"Muka lo cerah banget deh." ejek Cesar. Alvian diam membiarkannya karena ia sedang dalam suasana hati yang baik.

"Kenapa lo? seneng banget kayanya." tanya Wisnu. 

"Gw tau, pasti gara-gara bapaknya dateng ke acara pertemuan ortu. Barusan emak gw bilang." tebak Mara tepat sasaran.

"Oh, tadi mama gw bilang satu ruangan pada heboh banget gara-gara bapak lo tiba-tiba dateng. Wkwkwk." ucap Cesar.

Tiba-tiba terdengar bunyi suara panggilan masuk dari salah satu handphone mereka. Mereka saling melirik sampai tatapan mereka terjatuh pada Alvian dan Alvian merogoh kantongnya.

Senyuman terbit dari wajahnya sesaat setelah melihat nama dari penelpon. 

"Halo, yah." 

"Vian dimana sekarang?"

"Aku di lapangan outdoor, yah. Ayah dimana?"

"Ayah lagi di kantin. Mau nyobain makanan di kantin sekolahmu."

"Oke, aku kesana ya sekalian aku mau ngenalin teman-temanku."

"Oke."

🍀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍀

"Kami sudah sampai, Tuan." 

Arthur membuka matanya dan segera melirik keluar. Ia sudah berada tepat di depan sekolah paling bergengsi di Ibukota. Ia sedang berada di sekolah Alvian untuk menghadiri pertemuan orang tua.

Sejujurnya, Arthur masih merasa canggung dengan perannya sebagai orang tua. Bagaimanapun, dikehidupan sebelumnya Arthur merupakan bujangan yang bahkan belum pernah merasakan rasanya jatuh cinta.

Selama hidup sebagai Eric, ia hanya memfokuskan hidupnya untuk belajar dan bekerja dengan mati-matian demi memuaskan ekspektasi keluarga besarnya akan keturunan langsung kepala keluarga mereka. Ekspektasi memuakkan yang hanya mengekang dirinya sampai terasa sangat menyesakkan.

Arthur tidak ingin perasaan yang ia rasakan juga akan dirasakan oleh anak-anaknya. Namun, sebagai orang yang tidak memiliki banyak pengalaman jelas hal ini merupakan hal yang sangat sulit dilakukan.

Sadar dari lamunannya, ia bergerak untuk keluar dari mobil. Ia langsung berjalan ke ruangan yang telah ditentukan.

Sesampainya disana ia dapat melihat banyaknya orang tua murid yang memenuhi ruangan. Berbagai tatapan tidak percaya dilayangkan ke arahnya karena Arthur cukup terkenal sebagai orang yang sangat cuek dan tidak peduli kepada anaknya.

the heart of a fatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang