"Nana cepet bangun!"
Seorang laki-laki dengan suara berat meneriaki Nana dari luar kamar nya. membangunkan nya dari luar pintu kamar, sambil menggedor-gedor pintu daun pintu nya."Iya iya, udah"
Jawab Nana yang menutup telinga nya dengan selimut, karena suara berisik yang di hasilkan oleh Daniel."Yaudah iya cepet mandi. Keburu kesiangan!" Teriak daniel kepada Nana sekali lagi.
"Iya!"
Daniel Askara-adalah Abang satu satunya yang dimiliki-Nana Askara. Walaupun di mata Nana dia sangat menyebalkan tapi percayalah Daniel sangat menyayangi adiknya itu, dan selalu melindungi Nana dari segala hal negatif selama kedua orang tua mereka tidak ada di rumah untuk berkerja.
Devan Askara dan Aninta adalah sepasang suami istri sekaligus orang tua bagi Daniel dan Nana.
Dari awal Daniel masuk kuliah semester 1, ke-dua orang tua nya itu sudah sibuk berkerja. Meraka hanya mengunjungi rumah sebulan sekali atau bahkan sesempat nya.
~~~•••~~~
Pagi ini Nana berangkat ke sekolah di antar oleh daniel menggunakan mobil yang di berikan kedua orang tuanya.
"Nanti kalo udah pulang mau di jemput, telpon abang aja ya" Ucap Daniel yang duduk di kursi kemudi, menatap Nana.
"Siapp boss" Jawab Nana dengan senyuman sebelum keluar dari mobil.
Nana berjalan di lapangan sekolah nya, menuju ruang kelas. Sambil menatap langit yang cerah.
"Pagi Na" Sapa Aya dan Putri. menyusul Nana yang berjalan di lapangan sekolah. merangkul pundak Nana dari belakang.
Alya Cantika dan Putri adalah teman Nana dari mereka kelas satu SMP hingga sekarang mereka kelas tiga SMA.
"Pagi juga Ay, Put" Jawab Nana yang masih terus berjalan dalam rangkulan Aya dan Putri.
"Cerah banget ya hari ini" Ucap Aya. Aya tersenyum kepada Nana dan Putri.
"Iya" Jawab salah satu dari mereka.
"Eh btw, kalian udah ngerjain tugas Bahasa Indonesia dari pak Darma kan?" Tanya Putri seketika merusak suasana pagi yang cerah ini.
"Eh iya anjir gue lupa Put!" Nana berseru panik ketika teringat bahwa dirinya belum mengerjakan tugas itu.
"Untung aja gue udah" Jawab Aya dengan santai.
"Udah Na gampang kerjain di kelas aja nanti, gak usah panik gitu kali. Biasanya juga lupa kan lo." Ujar Putri meledek Nana.
"Yee lo, masalah nya tugas dua Minggu yang lalu ni."
Saat ini Nana sudah berada di kelas nya. Seperti biasa kelas ramai sekali jika guru belum datang seperti ini. Ada yang asik berbincang, sarapan pagi, bahkan bermain game di meja mereka. Sementara Nana sedang sibuk mengerjakan PR yang belum dia selesai kan.
"Pagi Naa" Sapa seorang laki-laki yang menghampiri Nana ke meja nya.
"Pagi juga Ta" Sapa Nana ramah kepada nya. Lelaki itu adalah Agesta, laki-laki bertubuh kekar, dengan tinggi badan 180cm. Agesta adalah orang spesial dalam hidup Nana. Bagi nya Agesta bagaikan warna yang ada dalam hidup nya.
"Lagi ngerjain apa?" Tanya nya fokus memerhatikan wajah Nana.
"PR dua Minggu yang lalu, gue lupa ngerjain nih." Jawab Nana yang masih sibuk membolak-balik halaman buku nya.
"Ouhh, kebiasaan si lo lupa mulu, nih mending lo cari jawabannya di buku gue aja nih. gue udah rangkum semua jadi lebih ringkas." Agesta mengeluarkan buku catatan dari tas nya dan memberikan nya kepada Nana.
"Aaaa baik banget deh, makasih Ta!" Ucap Nana dengan antusias dan dengan senang hati mengambil buku catatan yang di berikan Agesta.
"Iya sama-sama" Agesta tersenyum kepada Nana. Tatapan nya masih belum teralihkan dari senyuman Nana.
Tidak lama setelah Nana selesai mengerjakan tugas nya, pak Darma masuk kelas dan pelajaran di mulai.
"Selamat pagi anak anak" Sapa nya memulai pelajaran.
"Pagi pak" Jawab seluruh murid.
"Sebelum memulai pelajaran hari ini, kumpulkan tugas yang bapak beri dua Minggu yang lalu ke meja bapak ya."
"Baik pak!" Seru semua murid yang mulai mengeluarkan buku tugas mereka masing-masing.
"Eh Han, tugas yang mana dah? emang ada ngasih tugas tu guru dua Minggu yang lalu?" Putra yang duduk di sebelah Rehan menyikutnya dan bertanya.
"Ada Put, masa lo lupa" Jawab Rehan menyikutnya balik. dirinya yakin sekali bahwa Putra pasti belum mengerjakan tugas nya karena lupa.
"Waduh mampus nih gue" Putra menepuk dahi.
Satu persatu murid mulai maju kedepan dengan membawa buku nya masing-masing.
"Baik. Bagi yang belum mengerjakan bisa keluar dari pelajaran saya ya. Karena ini tugas dua Minggu yang lalu jadi tidak ada alasan untuk tidak mengerjakan nya." Ucap pak Darma dengan tegas.
Hanya ada satu murid yang berdiri dari bangku nya untuk meninggalkan kelas, ya Putra.
"Putra lagi Putra lagi, sampai bosan bapak liat nya. Yang lain tidak ada?" Ucap pak Darma ketika melihat Putra yang berjalan melewati meja nya, untuk keluar kelas.
"Gak ada pak!" Satu kelas menjawab.
Pelajaran berlangsung hingga akhir tanpa ada nya Putra. Semua murid memperhatikan pak Darma yang sedang menjelaskan materi di depan kelas. Sementara Putra hanya berdiri dengan posisi hormat menghadap tiang bendera di depan kelas nya.