❣️ 5

116 6 3
                                    

Lena masih dikamar Liam menunggu piringnya. Entah kenapa cowok ini sangat manja dan berbeda dengan di sekolah.

"Lama banget sih lo makannya, gue ngantuk tau," ucap Lena malas.

Memang, saat mereka hanya berdua Liam menyuruh cewek itu memanggil dengan bahasa lo gue seperti biasanya.

"Bentar babu, gue masih nonton nih."

Lena memperhatikan Liam yang sibuk menonton bahasan materi pelajaran. Pantas saja dia sangat pintar dan banyak meraih penghargaan.

Lena kembali memperhatikan Liam, dari wajahnya sangatlah tampan. Pantas saja banyak adik kelas yang tergila-gila dengan cowok ini.

"Ngapain lo natap gue kek gitu?" tanya Liam terlihat risih.

"Apa lo ngga punya pacar gitu? Padahal lo ganteng, famous, ketua osis lagi. Kenapa ngga pacarin adek kelas? kan lumayan mereka masih lugu."

"Yang mau gue banyak, tapi guenya ngga mau. Ngga kaya lo, isi chatan lo kayak kandang buaya. Jangan-jangan lo udah pernah dimasukin sama mereka."

"Anjir, ga mungkin lah. Senakal nakalnya gue, gue ngga bakalan ngasih tubuh gue begitu saja ke cowok, minimal harus ada ikatan pernikahan lah," sahut Lena santai menjawabnya.

"Untung aja gue udah tahu sifatnya Kenan. Tega banget dia selingkuh dibelakang gue. Emang gue bodoh banget, tertipu sama tampang doang," curhat Lena mengeluarkan semua uneg-unegnya.

"Ternyata lo belum move on. Emang sih, Kenan auranya cool boy banget. Gue aja suka." sahut cowok itu.

"Apa jangan- jangan lo gay?"

"Enggak lah. Gue punya cinta pertama, ada cewek yang buat gue jatuh hati. Gue deket sama dia pas mpls, dan sekarang gue belum bisa ngungkapinnya."

"Waw. Siapa tuh? Kasik tau dong, gue janji ga akan bilang siapa-siapa." Ucap Lena mengacungkan jari kelingkingnya.

"Harus janji ya, kalo lo ngikarin, gue bakalan buat lo ga bisa jalan seminggu."

"Anjir, amit - amit deh. Ya udah janji."

Liam tersenyum melihat cewek yang sangat kepo dengan kehidupan itu.

"Ayo dong cerita ke gue."

"Dia cewek pinter, kalem, dan manis. Rambutnya hitam dan panjang, ada lesung pipi di pipi kanannya. Dia incaran semua cowok disekolah."

Lena terdiam sambil memikirkan ciri ciri dari cewek yang Liam sebutkan.

"Udah ketebak bos, fix lo suka sama Sherin kan. Kenapa cowok-cowok tertipu dengan muka Sherin yang kalem?"

"Jangan percaya cewek kek gitu, biasanya suka main dibelakang. Kayaknya dia udah pernah tidur sama Kenan." cerocos Lena santai.

"Jaga ucapan lo ya! Sherin ngga bakalan begitu!" kata Liam dengan nada tegas.

"Gue berani taruhan! Bentar lagi tuh cewek hamidun, mending kata gue nih ya. Lo cari cewek lain aja deh bos."

"Berani banget lo ngomong gitu! Kalo lo nuduh Sherin macem - macem lo bisa dikeluarkan dari sekolah."

Lena hanya bisa menghela napas, beginilah yang dinamakan cinta buta.

"Ya, emang kan gue udah keluar dari sekolah itu. Sekarang gue udah jadi pembantu disini. Gue harus mengabdi sama keluarga lo."

"Ckckck kasihan banget. Kayaknya ini teguran buat lo jangan terlalu sombong."

"Eh kok kita malah jadi akrab. Lo babu gue sekarang. Jaga batasan kita. Nih piringnya," ucap Liam menyodorkan piringnya.

"Kalo lo mau ceritain sesuatu, curhat aja ke gue. Sekarang gue selalu ada buat lo."

Lena beranjak, namun tiba-tiba Liam memegang tangannya.

"Lo mau kemana?"

"Ini udah selesai kan? Gue mau balik ke dapur."

"Setelah itu?"

"Setelah itu gue langsung tidur."

"Tidur disini aja. Lo kan babu gue."

"Maksud?"

"Ya tidur bareng disini, jadi penghangat ranjang gue."

"Anjir. Gue laporin nanti sama bokap lo!"

"Gimana kalo kita buat perjanjian aja?"

"Perjanjian?"

"Lo jadi jalang gue tiap malemnya, lo kerja disini cuman 6 bulan aja, gue bakalan kasih lo uang tambahan tiap kali kita berhubungan. Dan gue pastiin semua hutang lo bakalan lunas. Gimana setuju ngga?"

"Anjir, ternyata lo sama kayak cowok lainnya. Otak lo isinya selangkangan aja."

"Ya, siapa juga yang ga tertarik sama tubuh lo. Gue tunggu kesepakatan kita, pikirkan baik-baik."

Tanpa basa-basi Lena langsung keluar dari sana. Obrolan macam apa itu tadi. Sial! Liam sangat merendahkannya disini.

***
Lena sudah selesai mencuci piringnya. Dia segera menuju kamarnya, ingin rasanya merebahkan tubuhnya di kasur yang empuk.

"Tunggu Lena," cegah seorang wanita paruh baya. Itu ibunya Liam.

"Iya nyonya."

"Apa Liam sudah tidur?" tanyanya.

"Sudah nyonya."

"Aku minta maaf atas kelakuan putraku terhadap dirimu."

"Kenapa nyonya meminta maaf? Sudah seharusnya aku melayani tuan Liam, karena aku pembantunya sekarang."

"Apa kau ingin kembali sekolah?"

"Tidak nyonya, aku harus bekerja disini untuk membayar semua hutang ayahku."

"Putriku sudah bercerita semuanya tentang dirimu, Sebentar lagi kalian ujian, kau harus belajar agar bisa lulus dan membanggakan kedua orangtuamu."

"Aku harus melunasi hutang ayahku dengan bekerja disini."

"Aku akan mengusahakan agar kau bisa tetap sekolah. Tapi berjanjilah kepadaku kau harus rajin belajar dan lulus."

"Baiklah, istirahatlah. Akan aku kabari jika ada berita baik."

"Terimakasih nyonya."

###

Lena berjalan melewati ruangan tamu, sungguh dia sangat terkejut dengan pemandangan yang dilihatnya sekarang. Terlihat Leo kakaknya Liam yang menindih seorang wanita yang bermesraan di sofa ruangan tamu. Ya mereka melakukan hubungan badan selayaknya suami istri. Terang - terangan begini.

"Jangan terkejut melihat hal seperti ini," kata seorang pria paruh baya. Dia adalah Reksa, ayahnya Liam.

"Tuan."

"Aku sudah mempertimbangkan semuanya, kau bisa kembali bersekolah untuk beberapa bulan kedepan. Tapi dengan satu syarat."

"Syarat?"

"Turuti semua kemauan Liam, termasuk melayaninya setiap malam."

Lena sangat terkejut mendengar hal itu.

"Kau masih memikirkan harga dirimu? Harga diri tidak akan berguna jika kau tidak memiliki uang. Kau bekerja mati -matian juga tidak akan bisa membayar hutang kedua orangtuamu."

Reksa memberikan rincian hutang ayahnya Lena. Sungguh Lena sangat terkejut dengan jumlahnya.

"Seratus milyar?"

"Jadi, pikirkan baik-baik Lena."

Bersambung...

Lena & LiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang