7. Deep Talk

828 89 0
                                    

Note: Ini chapter bala banget selalu pindah sendiri ke bawah, awalnya kirain cuma ketuker sama ch 8 aja, taunya begitu ada ch 9 dia pindah ke bawah ch 9 asdfghjkl
Jadi terpaksa yg sebelumnya dicopy-dihapus-re-published

Note: Ini chapter bala banget selalu pindah sendiri ke bawah, awalnya kirain cuma ketuker sama ch 8 aja, taunya begitu ada ch 9 dia pindah ke bawah ch 9 asdfghjkl Jadi terpaksa yg sebelumnya dicopy-dihapus-re-published

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ricky agak curiga saat melihat cahaya dari arah balkon.

Padahal lampu lain sudah mati karena memang ini tengah malam dan semua member seharusnya sedang tidur.

Jangan-jangan ada pencuri?

Sambil mengendap-endap Ricky melihat apakah ada orang di balkon.

"Eh? Jiwoongie Hyung."

Jiwoong menoleh, sepertinya terkejut ada yang memanggilnya tiba-tiba. Dia kan memang agak penakut.

"Hyung belum tidur?" tanya Ricky lalu menghampiri Jiwoong.

"Hm. Kau sendiri?"

"Sudah tidur tapi tiba-tiba mimpi buruk jadi aku terbangun, aku haus makanya keluar untuk ambil minum. Lalu malah melihat Hyung di sini."

"Kau mimpi buruk? Memangnya mimpi apa?"

"Mimpi tidak bisa pulang dari camping site dan aku terus mencabuti rumput sampai kepalaku tidak bisa diangkat karena terlalu lama menunduk."

Jiwoong tidak bisa menahan tawanya.

"Hyung! Itu mimpi yang sangat buruk, kenapa malah tertawa?"

Jiwoong mengangguk, mengusap air di sudut matanya.

"Bagi young and rich, tall and handsome Ricky tentu saja itu mimpi buruk ya."

"Kenapa malah meledekku? Loh, Hyung sendiri kenapa belum tidur?"

Jiwoong mengalihkan pandangannya ke langit.

"Malam ini langitnya cantik sekali."

Ricky ikut bersandar di pembatas dan menatap langit berhias bulan sabit ditemani bintang-bintang.

Memang benar cantik sekali.

"Benar juga, but it's not the problem, right?"

Jiwoong terdiam sejenak, Ricky masih menanti jawaban.

"Sejujurnya aku agak takut."

Oh.

Tentu saja Ricky paham ke mana arah pembicaraan mereka.

"Karena masalah kemarin?"

"Eum. Maaf harus menunjukkan sisi seperti ini di depanmu."

"Hyung, just because you're older than everyone else doesn't mean you can't rest on our shoulder."

Ricky berdiri tegap, menonjolkan tinggi badannya yang di atas rata-rata.

"Lihat! Hyung bisa bersembunyi di balik punggungku, I'm tall enough to be the wall that protect you Hyung," ujar Ricky polos.

Jiwoong kembali tertawa. Dia menepuk bahu Ricky dan membalas dengan ucapan terima kasih tulus dari hatinya.

Lalu tiba-tiba Hanbin muncul berkacak pinggang.

"Kalian berdua, kalian pikir ini jam berapa? Tsk, bukannya tidur malah berpacaran di balkon."

Jiwoong meringis sambil mengusap tengkuk.

"Maaf. Kau terbangun karena suara kami?"

Hanbin melotot ke arahnya, meskipun wajahnya tidak seram.

"Hyung, jangan pikir karena Hyung lebih tua aku tidak akan memarahi Hyung ya! Cepat tidur! Besok masih banyak yang harus dikerjakan."

Jiwoong dan Ricky membungkuk minta maaf bersamaan lalu meninggalkan balkon menuju kamar masing-masing. Ricky sampai lupa minum.

"Jiwoongie Hyung!"

Jiwoong menghentikan langkahnya.

Menoleh ke arah Hanbin yang tiba-tiba memanggilnya lagi.

"Hmm?"

Sambil bermandikan cahaya dari lampu balkon yang belum sempat dimatikan, Hanbin menunjukkan senyum malaikat andalannya pada Jiwoong.

"Hyung juga boleh bersembunyi di balik punggungku."

Pull Through - Jiwoong ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang