Selamat membaca♡
••••
Berkali-kali Cakra meyakinkan diri, percaya pada ucapan mereka yang menganggap seorang Nenek tidak mungkin sanggup melukai cucu manisnya. Namun Berkali-kali pula yang diterima Cakra justru kebalikannya, sialnya semua orang selalu menganggap hal itu hanya sebatas kebetulan yang bahkan sudah berulang kali terjadi di hadapan mereka. Meski tidak sadar, apakah manusia bisa sebodoh itu sampai-sampai tak peka dengan perasaan seseorang.Cakra pernah tidak dibelikan baju oleh sang Nenek, di saat semua saudaranya dapat. Begitu pula dengan barang yang lain. Mereka percaya kalo wanita tua itu pasti tidak sengaja. Tapi itu sudah berkali-kali terjadi, bahkan waktu bayi mana pernah Nenek tua itu menggendong Cakra.
Cakra pernah ditinggal sendirian saat pergi ke supermarket, waktu itu dia masih sangat kecil. Semuanya juga menganggap kalo sang Nenek tidak sengaja melakukannya. Mana bisa tidak sengaja, jelas-jelas wanita tua itu kembali dengan dua cucu lainnya sementara Cakra yang waktu itu baru bisa berjalan ditinggal begitu saja di tempat asing.
Saat Cakra menangis di strollernya, dan hanya ada sang Nenek di sana. Apakah wanita tua itu akan menggendongnya lalu menimang-nimang agar tangisannya berhenti. Tentu tidak. Wanita tua itu hanya melewatinya kemudian berlari ke arah Bagas yang waktu itu baru pulang sekolah. Lalu Ayah datang, jelas sekali Ayah melihat kejadian itu. Lalu apakah Ayah merasa curiga? Jawabannya juga tidak.
Tanpa mereka sadari, sikap Ibunya Bima itu akan menjadi tidak baik hanya kepada Cakra. Sudah banyak pula kejadian di hadapan mereka, yang jelas-jelas menunjukkan jika wanita tua itu tidak suka dengan Bungsunya Bima.
Sudah banyak pula luka di kulit putih Cakra akibat cubitan wanita tua itu, alasannya karena gemas. Kalo gemas, mengapa sampai membuat Cakra kecil menangis keras? Sayangnya saat Cakra berusaha mengadu wanita tua itu akan mengelak berkali-kali hingga semuanya lebih percaya pada Nenek tua itu.
Mereka bodoh, mereka selalu menutup mata hingga hari ini.
Cakra sudah besar, jika dulu dia tidak mengerti apa itu benci dan tidak suka. Cakra kecil hanya bisa menangis saat dicubit keras, Cakra kecil hanya bisa bengong saat Neneknya mengumpat di hadapannya, Cakra kecil hanya bisa diam merasa iri saat yang lain dibelikan mainan oleh sang Nenek sementara dirinya tidak pernah sama sekali.
Dan Cakra kecil hanya bisa menatap sendu saat melihat sang Nenek bermain dengan saudaranya. Cakra kecil juga tidak bisa protes saat dirinya tidak dianggap oleh wanita penuh keriput itu. Maka sekarang Cakra sudah paham mengapa sang Nenek tidak pernah menerima baik dirinya. Itu karena wanita bau tanah itu tidak suka Cakra, Nenek tua itu membenci Cakra.
Cakra terdiam di kamar asing yang sungguh dia benci sampai sekarang. Kesadarannya baru kembali, namun lagi-lagi dirinya menangis dalam diam berusaha tidak bersuara. Rentetan kisah buruk dia bersama sang Nenek kembali berputar di dalam mimpinya, tamparan keras itu juga berkali-kali mampir di sela mimpinya.
Cakra berusaha untuk tidak kecewa, tapi tamparan itu berasal dari seseorang yang selalu berjanji tidak akan pernah melukainya.
"Nafasnya masih sesak ngga?"
Cakra hanya menatap sang Bunda yang barusan bertanya. Cakra dapat melihat bagaimana mata itu memerah, pertanda habis mengeluarkan banyak air mata. Di sana juga ada Abang-abangnya, namun tidak ada Marvin dan Jojo.
Tapi yang membuat Cakra semakin sesenggukan mengeluarkan air matanya adalah ketiadaan sang Ayah di sana.
"Maafin, Bunda. Bunda gagal. Tapi tolong, berhenti menangis. Hati Bunda sakit ngeliatnya." Bunda berkali-kali mengusap pipi sang Putra yang sangat memerah, bahkan bekas tangan besar itu tercetak jelas di sana.

KAMU SEDANG MEMBACA
All About Today | Nct 127
ФанфикDaily life Cakra, sebagai bungsu di keluarga Birawa. Copyright by, Nyyzfn, 2022.