Part: 17

3.6K 311 25
                                    

Seminggu yang lalu Cakra membeli kue besar, katanya untuk selametan nama Anak barunya yang semakin hari tingkahnya semakin ke sana. Ruang tengah yang biasanya sepi, kini menjadi tempat bermain untuk Cakra dan Anak barunya yang di mana-mana terdapat mainan. Mereka seperti Anak kembar, ke mana-mana maunya bareng. Yang satu selalu mengekori tuannya, satunya lagi tidak mau makan kalau Anaknya tidak ikut makan.

"Dek, udahan dulu!"

Arka sudah sangat jengah, Mahasiswa Kedokteran itu sudah siap dengan pakaian yang sedikit formal namun Adik kecilnya itu bahkan belum mandi. Anjing putih yang kini namanya Bombom terus menggonggong sejak tadi, ke empat kaki kecilnya berlari mengejar tuannya yang berputar ke sana-kemari.

"Lima menit lagi." Sambil terus berlari, Cakra menjawab.

"Sekarang, atau ditinggal!"

Seperti biasa, omongan Arka tidak pernah mempan untuk Bungsunya Birawa itu. Anak itu kini sedang berguling sambil dijilati Bombom yang juga nampak tak mendengarkan Abang dari tuannya itu. Arka menarik nafasnya lagi, rasanya dia ingin menarik tubuh kecil Adiknya itu agar segera mandi.

Tapi di sana ada Bombom yang sampai sekarang masih belum bisa dekat dengan Arka. Anjing berjenis Samoyed itu sangat galak kalau dengan Arka, gonggongannya begitu pengang dan hobinya menggigit. Memilih untuk menyerah, Arka kini tak ingin lagi melakukan apapun. Sembari menunggu yang lainnya, ponsel miliknya sekarang menjadi fokusnya.

"YA AMPUN, BELUM MANDI JUGA?!"

Dalam hati Arka langsung bersorak puas saat Bunda datang, wanita itu nampak cantik dengan gaun pendeknya juga riasan tipis di wajahnya. Di belakangnya, Ayah menggelengkan kepalanya. Bungsu kesayangannya itu tingkahnya akhir-akhir ini seperti balik menjadi Anak kecil, setelah hampir sebulan lalu terasa jauh lebih dewasa.

Ayah tentu senang, pria itu merasa bahagia saat harus menghadapi tingkah kekanakan Cakra. Ayah sangat senang kalau Putra nakalnya itu selalu bergantung kepadanya. Jadi saat terkadang orang-orang rumah merasa frustasi dengan tingkah Cakra, Ayah selalu membela Putra paling kecilnya itu alih-alih ikutan.

"Jual lagi aja Yah, anjingnya. Makin hari makin ngga inget waktu kalo udah main."

"Nenek kok gitu sama Cucunya sendiri?!" Cakra langsung memeluk Bombom dramatis.

"Dek, Bunda ngga main-main ya."

Masih berdiri di tempatnya, Bunda sudah memberikan tatapan maut untuk Putra nakalnya itu. Enak saja dirinya dipanggil Nenek, menikahkan Anak saja belum. Lagian ide dari mana Putranya itu memberikan panggilan itu untuk dirinya.

Ayah sudah tertawa-tawa sendiri, bahkan Arka sudah menutup wajahnya menggunakan telapak tangan sangkin ingin ketawanya. Tidak satu dua kali celetukan Adiknya itu membuat Arka merasa terhibur, meski dirinya yang paling sering menjadi korban.

"Adek juga ngga lagi bercanda. Bombom itu belahan hatinya Adek. Mana bisa Adek hidup tanpa Bombom, iya 'kan Bom?"

Sialnya seakan mengerti, anjing putih itu menggonggong sambil memasang wajah sedih seperti tuannya itu. Ayah semakin dibuat ketawa, namun tak baik kalau Putranya itu dibiarkan seperti itu terus. Bisa-bisa dirinya yang akan menjadi samsak dari kekesalan Istri cantiknya itu.

Ayah akhirnya berjalan mendekat, anjing putih yang masih berada di atas tubuh Putranya itu segera Ayah singkirkan meski sempat tak terima. Kemudian dengan sekali tarik, Ayah langsung mengangkat tubuh Bungsunya itu yang untungnya tidak dibalas rengekan.

"Udah cukup mainnya. Baunya udah acem ini, saatnya mandi. Bunda siapin baju Adek sama minyak telon ya, kalo perlu dibedong biar gampang dibawanya."

"Bombom di sini aja. Ayah kamu perlu mandi. Jangan ngikutin." Lanjutnya saat si Bombom masih berusaha mengekorinya.

All About Today | Nct 127Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang