Part: 14

2.9K 343 16
                                    

Cakra digendong oleh Bagas saat bel pulang sudah berbunyi. Di sampingnya ada Marvin yang memegang tas keduanya, mereka bertiga kini tengah berjalan ke parkiran. Cakra masih enggan membuka mata, Anak itu tadi terus-menerus merengek saat kaki dan tangannya diobati. Demamnya juga belum turun, semuanya teraduk menjadi satu membuat tenaga Cakra terkuras habis.

"Langsung ke Rumah sakit aja."

Sebenarnya Marvin sudah berucap pelan, namun Adiknya itu langsung menatapnya tajam. Marvin lupa kalau Cakra itu pendengarannya sangat peka.

"Ngga mau!" Cakra mengeluarkan sisa tenaganya untuk menolak.

"Iya, engga." Bagas menengahi sebagai yang paling tua.

Sampai di parkiran, Bagas membantu sang Adik untuk masuk ke dalam mobil. Cakra duduk di samping Marvin yang kini pundaknya sudah dijadikan bantal oleh Adiknya itu. Bagas sebagai sang supir berusaha untuk menjalankan mobilnya dengan baik, sesekali matanya melirik ke arah kaca untuk melihat kondisi si Bungsu.

Saat di sekolah, Cakra tidak mengatakan apapun padahal sebelumnya ingin membuat rencana entah itu apa. Mungkin karena kondisi Cakra yang tengah lemas, apalagi Marvin dengan Bagas yang sempat heboh saat tau ada luka di tubuh Adiknya itu.

Sore menjelang malam jalanan sedikit ramai, butuh setengah jam lebih untuk mereka bisa sampai ke rumah besarnya. Bagas memarkirkan mobilnya di samping mobil yang lain, kelihatan sekali kalau Abang-abangnya juga sang Ayah sudah pada pulang atau memang tidak ke mana-mana hari ini.

Sebelum keluar, Bagas lebih dulu memberi pesan pada salah satu Abangnya kalau dia dan kedua Adiknya itu sudah sampai. Kemudian dengan cukup tergesa-gesa, menghampiri kedua Adiknya yang sama-sama terlelap dengan posisi saling bersandar.

"Vin, kok lo ikutan tidur? Bukannya jagain Adek lo."

Bagas menepuk-nepuk paha Marvin agar Adiknya itu bangun. Marvin yang memang tidur ayam pun langsung terbangun, selain ngantuk Marvin cukup lelah karena seharian ini hanya duduk di Uks. Sementara Bagas, Abangnya itu sempat ikut tertidur di samping Cakra yang ingin dipeluk dan ditepuk-tepuk pantatnya.

"Adek. Bangun dulu, yuk."

Dengan menepuk pelan pipi bulat Cakra, Bagas membangunkan Adiknya itu. Marvin menggerutu kecil melihatnya, mengapa dia tidak dibangunkan seperti itu tadi.

"Dek?" Panggil Bagas lagi.

Cakra terpaksa membuka matanya, dia merengek kecil karena tidur nyenyaknya diganggu. Sudah dibilang Cakra itu akan sangat sensitif dan berkali-kali manja saat sedang sakit.

"Gendong lagi." Rengeknya manja, lagian Abangnya itu sangat tidak pengertian.

"Baiklah, bayi. Cini-cini, Abang ndong lagi."

Bagas langsung mengangkat tubuh besar Adiknya itu, dengan sigap Marvin juga membantunya agar tidak terjatuh. Mereka bertiga berjalan cukup pelan, Marvin terus menatap Bagas seakan memberi kode. Bagas jelas tau maksud Marvin itu apa, karena hari ini akan ada sesuatu yang mengejutkan.

"Dek, buka sebentar matanya."

Cakra menurut, meski sangat terpaksa melakukannya. Tangannya melingkar sangat erat di leher Bagas agar tidak jatuh, karena Cakra juga sadar kalau tubuhnya tidak lagi seperti saat dia kecil dulu.

Marvin sudah membuka pintu, dari luar rumahnya terlihat sangat sepi dan gelap. Bagas membawa masuk sang Adik, sementara Marvin sudah hilang entah ke mana. Cakra yang sudah curiga pun tersenyum dalam diam, biasanya dia akan menjerit ketakutan saat lampu di rumahnya mati. Apalagi di luar sudah sangat gelap akibat mendung.

All About Today | Nct 127Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang