Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Agenda hari ini adalah hal yang paling ditunggu oleh Cakra. Dengan Jason, teman kecilnya yang kini sudah tumbuh jauh lebih tinggi darinya. Mereka akan bermain basket di lapangan dekat rumah keduanya. Berusaha untuk tidak mengeluarkan suara sedikitpun, Cakra mengendap-endap berjalan dari pintu ke pintu untuk sampai di pintu utama rumah besar miliknya. Sesaat Cakra dapat melihat sosok Jason di luar pagar yang tengah melambaikan tangan ke arahnya. Senyum Cakra sontak merekah, lantas berlari kecil untuk menyusul temannya itu.
"Udah izin, 'kan?"
Jason itu sangat dewasa. Sangat berbalik dengan Cakra yang ada kalanya akan bertingkah seperti bayi. Sebagai Anak tunggal pula, Jason mungkin akan sangat kesepian jika saja Cakra tidak hadir di kehidupannya. Berstatus sebagai tetangga sejak keduanya masih di dalam kandungan, tanpa diminta pun keduanya sudah menjadi keluarga yang di akui oleh kedua belah pihak. Mamanya Jason adalah Mamanya Cakra. Juga Bundanya Cakra adalah Bundanya Jason. Begitu pula yang lainnya.
Tingkah Cakra yang sangat tidak mencerminkan usianya, kerap kali membuat Jason harus ekstra sabar. Layaknya seorang Adik, Jason sudah menganggap Cakra demikian juga. Meski berumur sama, namun tetap saja bagi Jason, Cakra adalah Anak kecil yang sama di mata keluarganya harus ia jaga layaknya barang yang mudah rapuh.
"Udah, dong!" Seru Cakra yang kini sudah duduk di sadel belakang sepeda milik Jason.
"Awas aja kalo bohong."
Dalam hati Cakra sudah membalasnya bahwa ia memang telah berbohong. Biarin, lagi pula ia tak akan macam-macam. Hanya bermain sebentar lalu pulang dengan selamat.
Kemudian saat Jason sudah mengayuh sepedanya, Cakra langsung berteriak girang sembari merentangkan tangannya. Melewati beberapa rumah mewah yang masih satu kompleks dengannya, kini sepeda Jason sudah berhenti tepat di sebuah lapangan khusus untuk Anak-anak di kompleks tersebut main. Ada lapangan basket, sepak bola, futsal. Pokoknya mainan orang kaya yang tak mungkin tidak mewah dan lengkap.
"Jangan lari!" Titah Jason yang seketika membuat Cakra memelankan langkahnya.
"Jason ngga seru, whuu."
Memang tidak tahu terimakasih sekali yang namanya Cakra Birawa Rafel, si mudah jatuh di manapun dirinya berada. Jason tahu betul bagaimana kaki Cakra yang akan tiba-tiba menjadi seperti jeli, dan membuat Anak itu terjatuh tanpa disangka. Makanya setiap Cakra akan berlari, siapapun itu harus menegurnya meski kadang tidak didengar.
"Tiga puluh menit aja, ya? Habis itu langsung pulang."
Jason mengambil bola besar berwarna orange yang terkumpul di pinggir lapangan, lantas melemparkannya pelan pada Cakra yang kini tengah memasang kuda-kuda bak pemain bola basket sungguhan. Disusul dengan Jason yang perlahan mulai mendekat pada Cakra, sontak membuat pemuda bersuara cempreng itu lari terbirit-birit. Melupakan jika bola yang seharusnya di pantulkan, kini malah didekap erat sembari terus berlari menjauh dari Jason.