***********
Ify memegang daun Pintu rumah kontrakannya, merogoh tas lalu setelah mendapatkan besi mungil yang menjadi kunci rumah kontrakannya ini langsung ia masukkan kebagian pengunci.
Tapi tunggu ? Ify mengernyitkan dahinya, ditekannya kebawah daun pintu itu dan ternyata 'Terbuka'. Ada apa ini ? Kenapa Pintu rumahnya bisa dibuka tanpa menggunakan kunci ? Apakah ada orang yang masuk kedalam rumahnya ? Atau bahkan Ia yang lupa mengunci Pintu sebelum pergi bekerja ?. Seketika jantung Ify berdegup kencang, takut-takut dugaannya tepat. Pikiran-pikiran negative itu segera ia tepis, tidak mungkin ada orang yang mau masuk ke rumah kontrakannya ini bukan ? Harta ? Dia tidak mempunyai harta yang bisa dijual ! Uang ? Apalagi itu, Ify hanya mempunyai uang hasil dari pengontrakan rumah didesa saja, itu pun selalu ia bawa didalam tas mungilnya dan jumlahnya sangatlah sedikit mampu sajalah untuk menghidupi Ify untuk makan sehari-hari dan membayar uang bulanan rumah kontrakannya ini.
Ia melangkahkan kakinya pelan menuju kedalam rumah, Gelap ! Tentu saja gelap, Ia baru pulang semenjak Ia mampir ke Perusahaan Ayah Clara, bayi mungil yg telah menarik perhatiannya. Ify berjalan dalam kegelapan untuk menyalakan lampu ....
*Brukkkkk*
Ify terdiam, meneguk ludahnya susah payah. Apa ini ? Apa yg Ia tabrak ? Yang Ia tahu, Ia tidak pernah meletakkan sesuatu apa pun di dekat sini. Tunggu ? Aroma parfum ? Begitu maskulin, Mata Ify seketika terbelalak dan langsung mendongak saat lampu seketika menyala sempurna. Menampakkan sesosok lelaki tampan yang kini tengah tersenyum manis namun tersirat kemarahan disana, Kedua tangannya sengaja Ia masukkan kedalam saku celana kerjanya menambah ketampanan yang khas.
Ify tertegun, masih betah menatap. Sekian detik Ify melangkah mundur, "Bagaimana bisa, kau....." Ify tak bisa melanjutkan lagi kalimatnya karena takut, masih terus mundur sampai akhirnya Ia pun berhenti karena terhenti dipintu. Lelaki itu masih betah tersenyum manis kearahnya, yang Ify takutkan adalah matanya ! Matanya begitu menakutkan dan menyimpan kemarahan disana.
"PERGI !." Teriak Ify yang benar-benar takut, Lelaki itu menaikkan satu alisnya. Ia melangkah mendekat kearah Ify, jarak diantara mereka begitu sangat dekat. Ify sudah gemetar dan wajahnya seketika pucat pasi, Lelaki itu mendekatkan wajahnya tepat diwajah Ify hanya berjarak 5 centi. Jantung gadis ini mulai tidak karuan memompa, mau tidak mau ia harus menatap mata itu seakan-akan menatang, padahal sama sekali tidak ada keberanian sedikit pun.
"Bagaimana aku bisa pergi sesuai permintaan mu itu, jika kau masih melindungi daun pintu dari ku." Suaranya begitu lembut, ada senyuman disana tetap mata itu masih menyimpan kemarahan yang tertahan. Ify seketika Syok tidak menyangka akan kalimat itu yang diucapkan, tanpa sadar Ify menggeser posisi dan tidak lagi berada di pintu.
Lelaki itu mulai membuka pintu, Ia tahu bahwa Ify melihat dengan jelas cahaya matanya yang menyimpan kemarahan. "Tepat sayang, Aku sebenarnya ingin memarahi mu malam ini....," Ia menggantungkan kalimatnya menatap Ify begitu syok.
"Tapi aku tahu, kau begitu lelah dan letih karena pekerjaan mu yang mungkin lembur ditempat kerja kedua mu itu." Sambungnya. "Aku akan memberikan jabatan tertinggi diperusahaan ku dengan gaji yang lumayan cukup untuk hidup mewah, jika kau bisa meninggalkan tempat kerja mu yang kau kunjungi tadi sore." Kalimat tadi cukup Ify mengerti sebagai sebuah Perintah ! Perintah yang tak terbantahkan. Lelaki itu telah pergi, Ify seketika terduduk dilantai. Otaknya bekerja mati-matian untuk memikirkan kalimat lelaki itu.