Rio menggas mobilnya dengan tidak sabaran, saat pulang dari kantor beberapa jam lalu kemudian akan pulang kerumah kontrakan Ify, Ia mendapati rumah itu kosong, berulang kali pula Ia mengetuk serta memanggil - manggil nama Ify selama 1 jam lebih namun sang penghuni rumah tak kunjung membukakan pintu. Rio kemudian berpikir bahwa Ify pergi dan tentunya membawa Clara juga, Rio mengumpat kesal saat menyadari Ify tidak mempunyai Ponsel, salah satu alat komunikasi yang sangat penting.
"Ya Tuhan ! Kemana kau pergi Ify ?." Gumam Rio memijat batang hidungnya lelah, akhirnya Kegusaran Rio mereda saat pelayannya menelpon bahwa Clara dirumahnya. Tanpa ingin membuang waktu Rio segera meninnggalkan rumah Ify dan menuju rumahnya.
Setelah sampai dirumah megah miliknya, Rio masuk begitu saja tanpa memperdulikan mesin mobilnya yang masih hidup, karena sekarang pikirannya hanya tertuju pada Clara ! dan dimana Ify sekarang ? Kenapa Clara bisa berada dirumahnya saat ini ? Ify kah yang mengantarkan ? Lalu dalam wacana apa Ify mengantar Clara kerumahnya ?
Setelah melihat pelayannya yang tengah menggendong Clara, Rio lalu menghampiri dalam bentang jarak 1 meter !
"Bagaimana bisa Clara berada disini ? Lekas jelaskan pada ku !." Suara lantang Rio begitu saja bersuara tak memperdulikan lagi Clara yang tengah menangis hebat digendongan pelayannya, Matanya melirik kearah Clara saat itu jua lah Rio mengumpat dirinya sendiri. "Ya Tuhan, Clara maafkan Ayah. Ayah tidak memarahi mu sayang, tenanglah. Ayah hanya mengkhawatirkan mu sayang, Tenang ya." Bujuk Rio, berharap Clara mau mengerti namun nihil tangisnya masih hebat seperti tadi, sekhawatir ini kah Rio terhadap Ify ? Rio sebelumnya tidak pernah sekhawatir ini terhadap perempuan lain meskipun itu Agni, Entah kenapa dampak penyebab dari kekhawatiran hebatnya tercipta begitu besar untuk Ify ? Kenapa ?...
Rio kembali memijit batang hidungnya, lalu berbalik. "Tenangkan Clara dahulu, setelah itu temui aku diruang kerja." Ucap Rio Frustasi lalu hendak melangkah meninggalkan Clara dan pelayan yang menggendongnya.
"TUAN !." Teriakan dari pelayan mampu membuat Rio bertahan dan berbalik kembali. "Ada apa ?."
"Nona Clara demam Tuan." Sambung sang pelayang, membuat semua pikiran rumit Rio buyar seketika. "Kalau begitu cepat panggil dokter." Perintah Rio, namun sang pelayan menggeleng cemas. "Tidak tuan, ini bukan demam biasa sebagai pertumbuhan. Saya harap Tuan membawanya ke Rumah sakit sesegera mungkin." Saran pelayannya
"Lekaslah." Akhirnya 3 pelayan Rio beserta Clara berada dimobil lain, dan Rio sendiri pada mobilnya. Mereka menuju kerumah sakit, karena kondisi Clara yang benar-benar buruk, entah apa yang dialami perempuan kecil itu, yang pasti pikiran Rio yang tertuju pada satu. Semoga Clara baik-baik saja !
"Jangan buat Ayah cemas Clara." Gumamnya sambil terus memperhatikan mobil yang berada didepannya, mobil yang berada Clara didalamnya
*************
Sivia menggigit bibirnya takut saat mendapati sosok yang kini tengah menahan amarahnya, tangannya terkepal kuat belum lagi rahang tegas sosok itu mengetat hebat disana, walaupun tatapan matanya saat ini tak mengarah pada Sivia yang berpura-pura masih tidur tapi Sivia tahu tatapan lelaki itu benar-benar menyala dan menyerankan.