Sivia menatap tajam sosok lelaki yang kini tengah berdiri membelakanginya, menghembuskan nafasnya mantap kemudian melangkah kearah sosok lelaki itu. "Kau pikir dengan penjelasan mu tadi, akan berakhir baik ? Sama saja kau menipu sahabat ku. Bodoh !." Bentak Sivia arah pandangannya lurus ke depan walaupun saat ini posisinya berada tepat disamping lelaki keturunan ini -Phalvin Sena-.
Alvin tersenyum sejenak, lantas menoleh menatap dari samping wajah Sivia yang begitu polos namun ada keanggunan disana. Lama Ia menikmati wajah cantik gadis itu kemudian mengalihkan pandangannya ke depan seperti semula. "Dia kembali tidur ?." Sivia hanya mengangguk saja, tapi Alvin melihat dari ekor matanya. "Syukurlah, dengan begitu akan lebih baik untuk kondisinya sendiri."
Sivia seketika mengalihkan wajahnya, lalu menatap tajam ke arah Alvin yang sama sekali tidak menyadari akan mimik Sivia saat ini, benar-benar menunjukkan kemarahan. "Cishh, kau bilang ini akan membuat kondisi sahabat ku lebih baik ? Lelucon !." Alvin lantas menoleh kembali tepat ke manik gadis berlesung pipi disampingnya, kemudian tersenyum. "Kau tahu ? Sahabat mu itu manusia yang tidak mempunyai perasaan, mengotori Sahabat ku dengan semaunya. Kau bilang itu masih baik untuk kondisi sahabat ku ?." Lanjut Sivia lalu menggelengkan kepalanya frustasi, begitu pusing memikirkan semua hal akan kejadian yang menimpa sahabatnya itu, dan tadinya Ia ingin menjelaskan hal yang sesungguhnya yang terjadi. Tetapi Alvin tiba-tiba saja datang dan tidak menjelaskan keseluruhan malahan membohongi sahabatnya itu. Bagaimana tidak marah? Sahabat sendiri dibohongi oleh orang yang baru dikenal, lalu Ia yang tahu akan semuanya hanya bisa diam dan tak berkutik saat sosok Alvin begitu santai menjelaskan semua kebohongan itu ? Ya Tuhan...
Alvin mengkerutkan keningnya, lantas mencondongkan wajahnya tepat ke wajah Sivia dan hanya meninggalkan jarak beberapa centi, Sivia meneguk ludahnya susah menatap mata Alvin selalu membuatnya tak berkutik dan seluruh kemarahannya mereda seketika. Mungkin saja Sivia tersihir akan kemampuan hipnotis Alvin ? Yah. Alvin telah memberitahunya bahwa Ia mempunyai kemampuan seperti itu dan temurun dari keluarganya, lalu Alvin juga bercerita kepada Sivia bagaimana dia mengenal Ify dan tahu rumah kontrakan ini. Yah ! Semuanya, Semua telah Alvin jelaskan kepada Sivia. Entah kenapa Sivia memang pantas mendengarkannya bagi Alvin, Baik Sivia maupun dirinya sama-sama berada pada posisi terdekat dari sahabat masing-masing.
"Biarkan mereka menyelesaikan permasalahan masing-masing. Baik aku maupun kau, tidak berhak untuk larut dalam permasalahan ini. Kita bertugas sebagai pembantu masalah mereka Sivia, bukan mencampuri air keruh yang saat ini benar-benar hitam pekat." Alvin bergumam dengan suara lembut posisi mereka masih sama, hanya berbatas beberapa centi. Entah sadar atau tidak, kini Alvin yang bagai tersihir oleh kepolosan Gadis dihadapannya ini. Ia lantas mengecup pucuk hidung Sivia dengan lembut, kemudian kembali berdiri tegap seperti posisi semula.
Sivia membeku, entah aliran apa yang sekarang dirasakannya. Yang pasti saat ini hatinya begitu tenang dan nyaman atas perlakuan Alvin tadi. "Aku pamit, jaga sahabat baik mu itu." Alvin pun langsung melangkah menuju mobilnya yang berada tepat di depan teras rumah kontrakan Ify, Dan akhirnya Mobil itu pun menghilang perlahan dibalik petangnya malam.
"Al..Alvin ? Seorang Alvin mencium ku ?." Sivia langsung memegang pucuk hidung dengan tatapan mata kosong, masih tidak mempercayai akan semua yang terjadi beberapa menit yang lalu.
—————