"Sakura!"
Nafas uchiha sasuke terengah dengan hebat, tidak peduli keadaan baju yang basah ia sudah takut kepalang melihat sakura yang sudah berdiri di atas bangku dan memasukan kepala nya ke dalam ikatan syal itu. Tubuh sasuke seakan bergetar hingga rasa nya seluruh jiwa dalam diri nya akan hilang dalam sekejap jika ia telat meraih tubuh sakura sedetik saja, ia berlari ke arah ruang tengah dengan kecepatan penuh memeluk tubuh ringkih itu lalu membanting tubuh tersebut ke sofa yang tepat berada di depan tubuh sakura. Syal tersebut terputus karena ikatan sakura yang sebenarnya tidak sempurna dengan mudah nya, meskipun sakura sudah berada di dekapan nya. Sasuke masih merasakan seluruh tubuh nya bergetar dengan hebat, kepala nya seakan terhatam batu berton-ton dengan rasa berat dan rasa lega yang bersamaan. Sakura membuka kedua mata nya perlahan melihat netra hitam kelam yang ada di hadapan nya yang tajam dan penuh ke khawatiran, entah kenapa sakura merasa ingin meledak saat itu juga.
Ia rindu sekaligus menyadari apa yang baru saja ia ingin perbuat atas hidup nya.
"Sakura! Hiks..." kedua netra hijau sakura membelalak ketika wajah itu meredup bahkan ekspresi sedih nya yang jelas serta air mata yang meleleh ke pipi laki-laki itu dengan deras membuat degup jantung nya mengeras, "apa yang kau pikirkan..." lelaki itu melepaskan pelukan nya berlutut di bawah sofa membiarkan sakura perlahan menegakan tubuh nya dan menunduk melihat sasuke yang menangis dengan hebat dan tangan bergetar, "aku akan gila jika kau benar-benar terbunuh di hadapan ku... aku bisa kehilangan seluruh jiwa ku sakura, bukan separuh lagi" bibir nya bergetar selagi berbicara kepada wanita kesayangan nya yang hampir kehilangan nyawa jika ia tidak tepat waktu, "aku sedang memperjuangkan mu sakura...kau seharus nya menunggu waktu bahagia bersama ku, kau seharus nya menunggu ku kembali ke sini untuk memberikan pelukan hangat kepada mu..."
Untuk pertama kali nya sakura melihat laki-laki menangis untuk nya selain sang ayah, sakura pikir diri nya sudah tidak pantas di tangisi siapa pun.
Sakura pikir bahwa tidak ada laki-laki di dunia ini yang akan berlutut hingga menangis dengan tersesak memegangi kedua tangan nya dengan erat.
Sasuke mendengakan kepala nya menatap wajah sakura yang sudah sembab dengan bibir nya yang bergetar hebat dan air mata yang turun ke pipi nya, isak tangis nya pun terdengar pilu di telinga sasuke. Lelaki itu menarik tubuh sakura ke pangkuan nya lalu memeluk tubuh ringkih itu dengan erat seakan-akan tidak ada hari esok.
"maafkan aku...aku tidak bermaksud membentak mu" sakura menggelengkan kepala nya mendengar permintaan maaf sasuke, bisa-bisa nya di saat seperti ini lelaki itu masih merasa bersalah padahal sudah menyelamatkan nyawa nya untuk kesekian kali nya, "aku mencintai mu sakura, aku sungguh mencintai mu sampai rasa nya sakit jika kau tidak ada dalam penglihatan ku. Jika tidak ada diri mu aku harus bagaimana...? Jika kau tidak ada aku harus menjalani hidup ku bagaimana sakura?"
Sakura terisak keras mendengarkan semua penuturan kalimat itu.
Lelaki itu membuat nya merasa berharga.
"maafkan aku sasuke, aku sudah benar-benar tidak kuat lagi akan semua ini" sakura mencengkram tubuh sasuke dengan erat, "aku tidak tahu harus bagaimana lagi aku hidup dengan semua masalah dan luka ini, aku sudah rusak bahkan citra ku rusak di mata siapa pun saat ini. Melihat mu dan kedua orang tua ku sibuk mengurusku membuat hati ku sakit dan merasa hanya menyusahkan... aku sudah tidak tahu harus bagaimana lagi memijakan kaki ku di lantai dan bumi ini. Aku sudah tidak tahu bagaimana harus memulai hari ku bahkan luka ini sudah membusuk dan harus di obati lagi dari awal...aku sudah merasa tidak ada lagi arti nya hidup di dunia ini, aku sudah tidak bisa mengangkat kepala ku lagi menatap seisi dunia ini yang menggunjing ku ..."
Sasuke merenggangkan pelukan nya menatap wajah yang sangat ia rindukan karena ia sibuk menelusuri kasus ini agar sakura dapat mendapatkan hidup nya kembali dengan adil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh, You're So Fine!
FanfictionHaruno sakura seorang wanita yang hanya berfokus pada karir nya hingga di usia nya yang berkepala tiga membuat sang ibu geram karena ketidaktertarikan anak tunggal nya kepada sebuah hubungan asmara, wanita musim semi itu pun terpaksa melakukan kenca...