LIMA

5.4K 192 18
                                    





Dari kejauhan Tania menatap punggung tegap Rega. Yang sedang menggiring bola basket di tangannya sudah satu jam lamanya laki-laki jakung itu bermain di lapangan dengan kedua temannya. Cewek-cewek IHS histeris melihat pemandangan langkah di depan sana.

Tania masih merasa bersalah, sebab Rega hampir di hukum karena menolong gadis itu. Hari ini guru yang mengajar di kelas XII IPA-1 berhalangan masuk. Jadi sebagaian teman sekelasnya memilih untuk keluar kelas. Suara tepukan menggema dari luar lapangan. Yang awalnya sunyi kini mulai ramai memadati lapangan basket. Rega dengan cepat memasukan bola ke dalam ring.

Gadis itu menghela napas dan duduk di depan kelas dengan tangan yang menopang dagu. Mata cokelatnya menatap Rega di depan sana. Dengan matahari yang mulai terik namun ketiga laki-laki itu tidak ingin menyudahi permainan. Sampai sosok cewek melangkah ke arah Rega dengan sebotol air mineral ditangannya.

Gadis itu, Elleanor, menyodorkan sebotol air mineral ke hadapan Rega begitu ke tiga laki-laki itu sudah duduk di pinggir lapangan."Ga, ini gue beliin buat lo. "Kata Eleanor tersenyum hangat pada laki-laki itu.

Rega menatap Eleanor kemudian beralih mengusap keringat yang menetes di wajahnya, seraya menerima pemberian gadis itu."Thanks."

Eleanor mengganguk seraya tersenyum manis ke arah Rega. Kemudian beralih melangkah menuju kelasnya. Sebab ini sudah menujukan pukul satu siang, dan guru akan masuk untuk memulai pelajaran.

Rega melirik ke arah Sean, lalu berkata."Gue gak haus. Buat lo aja."

Sean dan Galen saling pandang dan tidak mau menanyakan apapun, dan memilih meng-ekori Rega dari belakang menuju kelas.

Tania dan Rega saling pandang begitu laki-laki itu akan ke kelas, gadis itu memutuskan pandangan sepihak lalu beralih melangkah menuju kantin sekolah dilantai bawah. Tania tampak kehausan ia membeli dua botol air mineral sekaligus. Tak lupa membayar sebelum beranjak menuju depan kelas. Gadis itu meneguk air mineral hingga tandas. Seraya menatap hamparan gedung-gedung sekolah di depan sana.

Galen datang menghampiri Tania begitu laki-laki itu melihat gadis itu."Gue boleh duduk disini?"

Tania mengangguk pelan beralih melirik Galen sedetik disampingnya seraya meng-iya kan."Boleh. Gakpapa."

Beberapa detik kemudian Galen memecah keheningan diantara mereka, lalu berkata dengan tatapan lurus kedepan."Tan, banyak yang ngira kalo Rega itu semena-mena. Dan kasar, tapi sebenernya engga gitu ada beberapa kebaikan Rega yang engga di ketahui orang lain. Omongannya aja yang kasar, tapi hatinya baik kok." Lanjut Galen.

Kedua alis Tania terpaut."Heem?"

Tania masih setia mendengar ucapan dari Galen meskipun dia sendiri binggung mau merespons seperti apa. Dia menatap Galen sekilas lalu beralih memainkan ponsel ditangannya, seraya masih mendengar ucapan dari Galen. Tanpa terlewatkan sedikit pun.

"Rega itu dia engga akan buat masalah kalo ketenagannya engga di usik, semua yang ada pada diri Rega itu sempurna. Dia terlihat sempurna dari sisi mana pun." Galen menjelaskan dengan serius."Gue temenan dari SMP dan gue tahu kelakuan dia gimana, waktu itu keuangan bokap gue belum stabil dan dia bantuin gue buat bayar uang sekolah."

Galen berpikir sejenak, lalu berkata."Gue hampir di keluarin dari sekolah gegara bokap nunggak bayar uang sekolah, dan berakhir Rega bantuin gue buat lunasin. Dan pas gue mau balikin Rega nolak dengan Alasan gue pasti butuh uang itu lagi. "Ujar Galen kemudian.

Tania berpikir keras akan laki-laki jakung itu beberapa waktu lalu menolongnya. Jujur dia sangat berterima kasih pada Rega. Meski dari Tania lihat Rega tidak memiliki rasa belas kasihan sedikit pun. Apalagi ketika mendengar hal itu dari Galen langsung.

"Rega engga butuh pengakuan dari siapa pun. Karena dia tulus buat bantuin orang."

"Emosi dalam diri Rega gak stabil, Seperti anak pada umumnya. Dia engga segan buat perhitungan ke orang yang menganggu ketenangannya. Tapi setelah beberapa waktu lalu, Rega perlakuan dia ke lo beda. Ada satu hal yang engga bisa gue jelasin." Galen tersenyum tipis ke arah Tania, sambil memperhatikanya lekat wajah gadis itu yang kebingungan." Hal itu cuman Rega yang tahu, Tan." kata Galen kemudian seraya memperhatikan Tania.

Tania mengerjapkan matanya beberapa kali dengan arah pandang tertuju pada Galen."Hahh??? Kenapa ke gue??"

Saat Galen ingin menjawab pertanyaan dari Tania bel pulang berbunyi, gadis itu berdecak kesal. Ia masih ingin mendengar jawaban dari laki-laki itu. Namun sayang, bel sudah berbunyi Tania melangkah ke arah kelasnya mengambil tasnya.

Tania memainkan ponsel di tangannya sembari melangkah ke arah kelas. Dengan sedikit terburu-buru dia tidak menyangka Rega memiliki kepribadian lain yang orang lain tidak tahu. Tania sendiri berdecak takjub pada laki-laki yang menyandang moswanted IHS. Banyak fakta baru yang Tania tahu dari seorang Rega Argantara, laki-laki dingin dan tak tersentuh itu.

Gadis itu tanpa sadar tersenyum tipis akan ucapan Galen beberapa jam lalu, detak jantungnya berpacu melebihi dari batas normalnya. Tania menepuk pipinya pelan, seraya melangkah ke arah Mag Ujang yang sudah menunggu di gerbang sekolah.

Ketika waktu makan malam tiba, Tania beranjak turun di lantai bawah seraya melangkah ke arah pantry untuk memasak Cheese burger. Dia menatap ponselnya lekat seraya menunggu notifikasi dari bundanya, namun lagi-lagi harapan itu hanyalah semu. Dengan cepat jempol gadis itu mencari nama kontak bundanya seraya mengirimi pesan singkat.

Tania

Bunda, Tania beliin bunda puding cokelat jangan lupa dimakan yah!!!

Aku udah titipin ke suster Nalea..

Dia berdecak malas seraya menyimpan ponsel di atas meja. Lalu beralih menyalakan kompor di depannya, tidak butuh waktu lama Cheese burger buatan Tania sudah tersaji di atas meja. Ia melahap makanan di depannya sampai tak tersisa. Ia melangkah ke arah lemari pendingin dan mengambil air bening lalu meneguknya hingga setengah.

Usai makan malam beberapa menit kemudian, Tania melangkah ke arah ranjangnya ia membaringkan tubuhnya seraya menatap langit-langit kamarnya.

Pikirannya bermonolog, mengigat-ngigat kembali perlakuan Rega kepadanya yang memperlakukan nya berbeda, bukannya Tania bahagia mendapat perlakuan spesial dari laki-laki itu. Justru Tania merasa ketakutan saat berada di dekat Rega.

Malam itu, Tania tidak bisa tidur dengan nyenyak alhasil ia harus belajar sampai pukul satu pagi. Kedua matanya sangat tidak bisa di ajak kompromi. Sampai pukul setengah satu gadis itu baru merebahkan tubuhnya di kasur.

Saat berjalan dari gerbang sekolah, suara dari seseorang mengalihkan atensi gadis itu,"T--Tania tunggu!!!" Ujarnya begitu melihat punggung Tania di depan sana sedang berjalan menuju sekolah. Ia menghampiri gadis itu dengan wajah yang mengembang.

Kedua laki-laki itu mengikuti arah padang Rega. begitu mobil sudah terparkir rapi di parkiran sekolah, Rega menatap punggung Tania dengan seseorang di dekatnya. Melangkah menuju sekolah, satu sudut bibir terangkat melengkung membentuk senyuman.

"Engga... kalian berbeda!!!" Katanya menepis fikiran nya.

To Be continue


Rega Argantara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang