SEBELAS

4.3K 136 19
                                    





Di dalam kelas, Tania sedang membaca novel yang bertajuk romance itu. Hari ini guru yang mengajar di kelas Tania berhalangan hadir. Ya, akhir-akhir ini Tania pun jarang bertemu dengan bundanya. Tak jarang hanya bertemu dengannya di meja makan saat gadis itu hendak ke sekolah, tidak ada obrolan yang terlintas kepada Tania dan Hana. Keduanya pun sibuk dengan urusan masing-masing.

Begitu selesai membaca novelnya, Tania merenggangkan tubuhnya menoleh di sekitarnya mendapati kelas tampak sepi."Gal, anak yang lain pada kemana. Dan lo mau ngapain pake bawah-bawah kacamata renang?"Kata Tania yang tampak keheranan.

Galen yang semula melangkah kini terhenti tatkala mendengar ucapan dari Tania,"Pada ke kolam kali, nontonin Rega. Yah, gitu deh sekolah kita ngeadain perlombaan setiap tahunnya."

"Emang lo gak tau?"Tanya Galen.

Tania mengeleng sebagai jawaban.

"Ya gitu. Ekstrakurikuler Rega gak hanya renang aja. Memanah, boxing, dan basket. Rega juga bisa."Kata Galen menjelaskan melihat Tania yang nampak tak percaya.

"What."Pekik Tania yang tampak tak percaya.
"Gal, lo gak becandakan. Keknya lo sedeket itu dengan Rega. Gue penasaran emang Rega seminim expresi itu sampe dia gak pernah senyum."

Keningnya berkerut dan kembali menatap Tania di hadapannya."Emang dari Zigot tampangnya kayak gitu! Tapi dia aslinya baik kok!"

Tania mengangguk dan kembali menatap Galen."Lo ada-ada aja kali, Gal. "Sahut gadis itu mengeleng.

Galen menatap jam tangannya saat, kurang tiga puluh menit lagi perlombaan akan segera di mulai."Masih tiga puluh menit waktu tersisa. Kalo gitu gue duluan ya, Tan."Pamit Galen beranjak pergi.

"Gal, tunggu! Gue ikut."Potong Tania cepat begitu melihat laki-laki itu akan beranjak.

Tania berhasil menyamakan langkah kakinya dengan Galen."Kok gue gak tau. Kalo sekolah kita ngeadain ektrakurikuler lomba renang tiap tahunnya."

Galen melirik Tania sejenak seraya masih melangkahkan kakinya, namun langkahnya tidak secepat sebelumnya."Lo kan anak baru! Jadi lo belum tau banyak mengenai sekolah ini."
Galen meraih ponselnya di saku bajunya. Kemudian mempercepat langkahnya agar cepat sampai di kolam."Mampus, gue pasti di omelin Rega."

Sampai di kolam pandangan Galen kembali ke Tania yang masih ada di dekatnya."Tan, gue tinggal dulu gak apa-apa kan. Gue mau nyamperin Rega dan Sean. Lo duduk aja dulu."Kata Galen menunjuk deretan kursi yang masih tampak kosong.

Tania mengangguk dan segera melangkah menuju kursi."Gue boleh gabung."Tania mengangguk."Oh, ya. Tan, gue dari tadi nyariin lo tau gak, ternyata lo di sini juga."

Gadis itu mengulum senyuman lalu berkata,"Hm, gue cuman lagi bosan aja. Temen gue gak masuk."

"Ngomong-ngomong. Tan, lo udah ngasih ke Rega gak cokelat yang aku kasih ke lo tiga hari yang lalu???" Gimana-gimana Rega pasti suka kan sama cokelatnya."Kata Eleanor yang nampak antusias.

"Ya."Jawab Tania seadanya lalu kemudian mengangguk sebagai jawaban.

Meski siswi-siswi IHS nampak takut kepada Rega dan menjadi laki-laki yang di segani banyak siswi dan guru, namun bagi Tania bahwa berada di dekat Rega dia merasa terlindungi.

Justru selama mengenal Rega dan antek-anteknya, Tania merasa tenang dan memiliki pelindung di sekolah. Namun, berbaur dan mengenal mereka tidak seburuk yang Tania kira.

Keduanya hanyut akan pikiran masing-masing. Lalu beberapa saat setelahnya Tania mendengar helaan napas dari Eleanor dan berkata,
"Tan, acaranya udah mau mulai tuh." Kata Eleanor memecah keheningan.

■■■

Di dalam gedung yang ramai, semua siswi bersorak tidak terkecuali Eleanor. Gadis itu yang tak henti bersorak penuh bahagia. Saat melihat Rega berdiri di atas podium dengan tubuh atletisnya sambil memegang piagam di tangannya.

Tania mendadak kesal begitu tiga orang cewek menatap penuh takjub kepada Rega, Lalu berkata.

"Dia sadar gak sih, kalo dia tuh udah menjadi pusat perhatian banyak orang." Kata gadis itu yang memakai lipstik merah.

"Gila, Rega tampan dari sisi manapun."

"Gue rela kok jadi yang kedua." Ucap wanita itu tak mau kala.

Tatapan mata Tania tertuju kepada Rega. Ucapan dari cewek-cewek itu memang benar adanya, laki-laki itu di berkati wajah yang tampan sehingga tak heran kalau Rega banyak di gandrungi cewek-cewek. Dan selalu menjadi pusat perhatian banyak orang.

"Tan..."Panggil Eleanor pelan.

"Itu alasan gue gak berhenti ngejer-ngejer Rega."Kata Eleanor memuji laki-laki itu."Rega keren."Tanpa sadar kalimat itu keluar secara langsung dari mulut Tania."Tan, gue gak mau nyerah dengan mudah."

Eleanor masih memandangi objek di depannya, dengan ujung bibirnya penuh smirk.

Gadis itu memutuskan pandangannya, kemudian menatap Tania dengan kobaran semangat penuh di wajahnya."Gue gak akan nyerah gitu aja! Tan, gue udah putusin kalo gue akan tetap ngejer Rega."Putus Eleanor.

Tania masih mendengar penuturan Eleanor. Hingga beberapa saat setelahnya acara pun selesai, Tania pun bangkit beranjak meninggalkan gedung.

Gadis itu tidak mengerti akan perasaanya sendiri kepada laki-laki itu, hatinya menolak namun pikirannya merespons.

Tania meninggalkan gedung. Hal yang gadis itu tidak inginkan pun terjadi, Dia malah bertemu dengan laki-laki berandal yang menganggunya tempo hari dan berakhir Tania dan Rega masuk ke ruang BK.

"Mau kemana lo? Urusan gue sama lo belum selesai."Katanya melangkah mendekati Tania.

Tiba-tiba otak Tania menjadi kosong."Gue gak pernah buat masalah!"

Bian melangkah mendekati Tania dengan seringan."Halah, lo jangan munafik."Lalu menatap Tania dengan kobaran api di wajahnya yang memerah."Lo harus rasain karena pukulan Rega tempo hari, temen gue masuk Rumah Sakit."

"Minggir, gue engga ada urusan sama lo."

Namun di luar dugaan, laki-laki itu mendorong tubuh Tania lalu menatapnya dengan wajah yang memerah padam."Eits, lo gak bisa pergi gitu aja!"

Mata Tania menatap wajah laki-laki itu sesaat, entah mendapat keberanian dari mana. Dia menendang area terlarang bagi laki-laki itu.

"ARGH."Pekik Bian mundur beberapa langkah dan tangannya ia gunakan untuk bertumbuh di atas tanah.

"Rasain lo."Kata Tania menatap laki-laki itu dengan remeh.

"ANJING, URUSAN KITA BELUM SELESAI. INGAT ITU!" Umpat Bian dengan keras.

Sedangkan yang membuat laki-laki itu mengerang kesakitan memilih beranjak dan melangkah pergi, Tania masih mendengar jeritan keras laki-laki itu. Sehingga tubuh mungilnya sudah tidak terlihat lagi.

To Be continue


Rega Argantara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang