EMPATBELAS

3.1K 162 60
                                    



Tania memijat kepalanya yang terasa pening Di dalam kamar, dia belum beranjak ke tempat lain. Dia masih setia merebahkan tubuhnya karena rasa sakit di kepalanya belum berkurang.

Hana, masuk ke dalam kamar. Karena menyadari belum ada tanda-tanda Tania berangkat ke sekolah pagi itu, dia masuk memeriksa Tania di lantai atas dan cukup terkejut. "Tan, kamu belum siap-siap? Mang Ujang udah nungguin kamu!"

Tania berbalik. Dia mengerang pelan sebelum menatap bundanya dengan wajah yang pucat pasih.
"Bunda, belum berangkat?" Tanya gadis itu.

"Ini udah mau berangkat kok." Kata Hana dengan alis yang terangkat."Kamu sakit? Wajah kamu pucet banget?"

"Heem."

"Yaudah, kamu ngga usah ke sekolah dulu. Kamu di rumah aja, Bunda masih ada kerjaan pagi ini."

Hana segera melangkah keluar dan menutup pintu rapat, Tania duduk sebentar di kasur masih menatap kepergian bundanya. Dan Tania segera bangkit mengambil obat pereda nyeri di dalam laci meja kamarnya.

Akhh... Gadis itu meringis pelan dan melangkah cukup hati-hati, entah mengapa rasa pusing di kepalanya belum berkurang hingga pagi ini. Mungkin hanya penyakit biasa. Pikir Tania. Apalagi ia akhir-akhir ini sering melewatkan sarapan dan mengerjakan tugas sekolah hingga pukul 2:00 pagi.

Tidak menemukannya, Tania segera memeriksa laci meja yang lainnya. Dia merasa lega ketika sudah menemukan obat yang di maksud. Dia dengan cepat mengambil segelas air di atas nakas lalu meneguknya obat itu dengan mata yang sedikit menyipit.

Selesai sarapan dan minum obat, Tania memutuskan merebahkan tubuhnya sebentar. Hingga beberapa saat kemudian Tania teringat akan sesuatu, tanpa menunggu lama gadis itu meraih ponselnya dan mencari nama seseorang di kontak panggilannya.

"Huuft." Gumamnya dengan tatapan terarah pada langit-langit kamar.

Ting!!!

Tania meronggoh ponsel di atas nakas kala mendengar notifikasi menandakan pesan masuk.

Devan


Tan, are you okey? Lo sakit? Kenapa gak bilang sih gue khawatir sama lo tau gak.

Tania langsung mengetikan pesan di layar ponselnya guna menjawab pesan dari Devan.

Udah gapapa kok, Van.


Obatnya jangan lupa di minum ya.
Istirahat yang cukup, jaga kesehatan lo.


Yaudah, entar gue mampir sekalian jegukin lo.

Oke.

Devan menutupponselnya dan langsung menaruh di saku celananya, ketika lampu merah sudah berganti menjadi hijau dan laki-laki itu segera melajukan motornya menjauh dari sana.

■■■

Pada dering pertama masih belum ada jawaban, dan akhirnya sering kedua panggilan itu terhubung. Tania menempelkan ponselnya pada sisi telinganya.

Rega Argantara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang