SEPULUH

4.1K 138 4
                                    




Di meja makan, sepasang ibu dan anak tengah melahap makanannya pagi itu tanpa mengeluarkan suara. Hanya suara dentingan sendok yang berbunyi. Hana meraih serbet lalu membersihkan sisa-sisa makanan di sekitar sudut bibirnya. Hana Indira yang berprofesi sebagai dokter beda di Rumah Sakit Mitra Harapan.

Hana melirik jam di pergelangan tangannya begitu ia selesai sarapan, tak lupa ia pun menyambar tas yang tergeletak di atas meja kerjanya.

Tadi malam dia harus pulang di pukul sepuluh malam, karena jadwal operasi yang padat dan ada beberapa schedule lainnya. Berprofesi sebagai dokter beda tak jarang ia tidak memiliki waktu luang. Hana berbalik menatap Tania di dekatnya. Sudut bibirnya terangkat seraya berkata,"Tan, kamu ke sekolah bareng bunda. Maaf nak, bunda engga punya waktu untuk kamu dan kalo kamu butuh sesuatu jangan lupa kabarin bunda. Ya, nak."Kata wanita itu sembari menatap Tania.

Tania mengangguk sembari tersenyum tipis ke arah wanita itu. Dan berkata,"Ya, Tania ngerti kok bunda."

Wanita itu, Hana, menghela napas seraya mengusap surai Tania pelan."Kamu sekolah yang bener. Ya, nak? Kamu harus masuk tiga besar di kelas kamu! Kamu ikutin Sheina anak tante Verana. Dia berhasil masuk di universitas ternama. Yang bunda denger lagi, kabarnya Sheina satu-satunya yang memiliki nilai tertinggi di kampus."

Tania mengangguk paham dan segera meng-iya kan.

Di dalam mobil, Tania tidak mengucapkan apapun ia hanya diam dan melihat ke luar jendela. Sampai di gerbang sekolah Internasional High School mobil Honda Civic berwarna silver berhenti tepat di gerbang sekolah.

"Ingat pesen bunda tadi. Jangan buat bunda kecewa sama kamu."Peringat Hana.

Tania mengulum bibirnya lalu mengangguk pelan.

"Tan, kamu pake kartu itu. Itu cukup untuk beberapa bulan kedepan."Hana mengeluarkan kartu berwarna hitam dari dompetnya." Udah, kamu boleh pergi sekarang ke kelas kamu. Oh ya, Tan, pinnya tanggal lahir kamu. Bunda pergi dulu. Kamu belajar yang bener."

Gadis itu keluar dari mobil seraya berbalik menatap mobil bundanya, yang sudah mulai menghilang. Dia mulai melangkah masuk dalam pekarangan kawasan IHS dengan langkah pelan.

"Tan, tunggu!" kata seseorang.

Tania berbalik menatap Zea yang sedang melangkah ke arahnya. Dengan senyuman yang terbit di wajahnya.

Berjalan menuju kelas Tania dan Zea mendengar, suara seseorang yang memanggil namanya.

Gadis itu menoleh, berbalik menatap cowok di depannya. Dengan kotak bekal berwarna pink di sisi tangan cowok itu. Tania menatap sebentar lalu berdehem pelan.

"Kak, gue bikinin kakak nasi goreng. Di makan ya kak."

Tania menelisik cowok di depannya. Lalu berkata,"ini buat siapa ya dek?"Tanya Tania.

"Buat kakak." Tunjuk cowok berkacamata itu pada Tania.

Tania segera menerima kotak bekal itu. Lalu beberapa saat setelahnya remaja laki-laki itu berpamitan, Tania mengulum senyuman tipis segera melangkahkan kaki menuju kelas XII IPA-1 yang berada di lantai tiga.

Sampai di kelas Tania menyimpan kotak bekal di laci meja. Dan beralih mengeluarkan buku catatan fisika dan sekaligus pena di atas meja.

Bunyi pengeras suara dari ruang tata usaha terdengar, dan pelajaran pertama akan segera di mulai.

Rega Argantara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang