Mira masih segalanya

3 0 0
                                    

Seorang wanita sedang menatap jalanan kota Bandung dari kamar hotel yang ia dan suaminya pesan tadi, ia mengusap pelan puncuk kepala putranya yang sedang anteng dalam gendongnya.

Lantas menatap suaminya yang kini tengah duduk di dalam, di sofa dekat ranjang tepatnya.

"Ada masalah?" tanya wanita itu, memecah keheningan.

"Gak ada" jawab Alden cepat.

"Gak mungkin. Wajah kamu murung abis terima telpon dari Revan" ucap wanita itu lagi.

"Gak ada, Gladys. Gak ada masalah" ucap Alden.

"Soal Elmira?" todong Gladys.

Alden menatap wanita bernama Gladys Athena itu penuh luka. Andai ini semua tidak terjadi di masa lalu, mungkin saat ini ia masih bersama Mira, mungkin masih bersama untuk mendapatkan restu dari Angga, ayah Elmira Adriana, perempuan yang sangat ia cintai.

Gladys terdiam, ia menatap Alden. Dirinya memang menang, ia mendapatkan Alden-nya, pria yang sangat ia cintai sejak dulu, sejak Alden masih bersama perempuan bernama Elmira itu.

Gladys menghela nafas pelan, ia mendekati ranjang, menidurkan putranya, lantas kembali menatap Alden.

"Kalo kamu lagi dan lagi berpikir untuk kembali bersama Mira" Gladys menggeleng pelan, "Cukup den, itu semua akan sia-sia" lanjut Gladys.

"Mira gak akan pernah bisa menerima kamu kembali, den"

Alden tersenyum miris, apa yang dikatakan Gladys mungkin memang benar, tapi apakah salah jika dirinya berharap? siapa tahu takdir sedang berpihak kepadanya sekarang.

Mata Gladys berkaca-kaca, "Lima tahun den, lima tahun" ulang Gladys, "Apa gak cukup untuk kamu melupakan Mira?" tanya Gladys, "Kenapa kamu gak pernah melihat aku, den?" sambung Gladys.

"Cara aku untuk dapetin kamu memang salah, aku mengakui itu, tapi itu masa lalu den. Gak bisa kah kamu melihat ke masa depan, melihat ada Arka disisi kita?"

Alden menatap putranya yang sedang tertidur pulas ditengah ranjang, lantas kembali menatap Gladys,

"Aku capek, mau istirahat" ucap Alden sembari bangkit dari duduknya.

Gladys menggeleng, "Gak den, kita bicarain sekarang" ucap Gladys memaksa.

"Bicarain apa?!" bentak Alden menahan emosi. Mira adalah hal yang sensitif baginya, dan ia tidak ingin membahas itu, namun sepertinya Gladys tidak akan pernah bisa mengerti dirinya.

"Bicarain sesuatu yang gak pernah ingin kamu selesaikan" ucap Gladys tajam, "Kamu gak pernah ingin selesaikan kisah lima tahun itu den, kamu terus terjebak dalam cinta yang bahkan kamu sendiri tahu, tuhan gak akan pernah restui kalian. Kamu menyiksa Mira, kalian menyiksa diri kalian sendiri, harusnya kamu sadar itu denn!"

Alden memijat pelan keningnya, "Kamu mau apa, Dys?" tanya Alden menatap Gladys.

"Aku ingin kamu ikhlas dan terima kenyataan bahwa kalian memang gak akan pernah bisa bersama, sekeras apapun kamu berjuang" Gladys menatap Alden, "Aku ingin kamu melupakan wanita itu dan melihat, karena sekarang yang menjadi istri kamu itu aku den, bukan Mira. Tolong buka hati kamu den, setidaknya untuk aku"

"Kamu udah menang Dys, sekarang apa lagi?!" bentak Alden tak habis pikir.

"Menang?" tanya Gladys, ia terkekeh, "Kamu bilang aku udah menang? aku belum menang den" ucap Gladys, "Aku memang dapetin kamu, tapi kita gak pernah jadi pasangan layaknya suami istri den, kita gak pernah melakukan hal itu semua, kalo bukan demi Arka!"

"Lalu kamu mau demi siapa- "

"Demi cinta" potong Gladys cepat.

Alden menatap Gladys, ia tertawa pelan, "Cinta?" tanya Alden, "Buat apa Dys? cintanya udah kamu hancurin, kan? hidup aku, perasaan aku, bahkan hidup Elmira juga" ucap Alden.

Alden&ElmiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang