CHAP 10 - CHILDISH

47 5 0
                                    

MALVA POV

lelah setelah seharian memikirkan apa yang terjadi dengan pria bernama Mark itu benar-benar membuatku kesal.

Apa yang terjadi padanya ?

Entahlah, aku akan bertanya nanti, aku hanya ingin segera pulang dan tidur.

-----------

Seluruh niatku untuk pulang ke apartemen Oppa dan tidur hilang seketika begitu melihat Oppa sedang duduk di sofa didampingi dua wanita berpakaian minim.

" kids , you are home ", sapanya terlihat acuh.

yang benar saja , apa lagi ini ?

Apa pria ini berencana membuatku kesal sepanjang hari ? apa lagi sekarang ?

" Oppa harap ,kau tidak keberatan teman-teman oppa berada disini, kalau mungkin kau juga bisa memilih pulang kerumah mom dan dad " , ucapnya terdengar sengaja memberi penekana pada kata teman yang dia ucapkan.

Astaga , dia fikir berapa tahun aku tinggal bersama nya ?

kenapa masih mencoba melakukan hal bodoh untuk menutupi hal yang begitu tidak ingin dia diskusikan ?

aku mengenalnya puluhan tahun , dan dia masih mencoba melakukan hal menggelikan semcam menyewa wanita untuk berpura-pura bersenang-senang dengan nya hanya karena ada hal yang mungkin membuatnya malu menatap mataku dan berbicara baik-baik berdua ? childish.

apa dia tidak ingat dulu dia juga melakukan nya saat SMP ?

Dia mengusirku dari pertemuan dengan teman nya hanya karena dia tahu ada beberapa teman nya yang menyukaiku dan berusaha mengajak ku pacaran dimi. dude ! come on ! itu cara lama yang bodoh, apa ini soal ciuman semalam ?

baiklah, baiklah, karena aku sedang tidak ada pekerjaan , maka mari nikmati permain nya...

Aku menggeleng, dan mengeluarkan sesuatu dari dalam tas ku.

kond*m.

" oppa tidak ingin bermasalah dengan menghamili keduanya bukan ? ini untuk mu saja " , ucapku menyerahkan benda kotak itu padanya, " selamat bersenang-senang " ,tambahku sebelum masuk kedalam kamarku.

rasakan itu pak tua, mari kita lihat bagaimana reaksimu sekarang . . .

Beruntung aku menyita benda itu dari hasil sidik hari ini sebagai sekretaris organisasi kampus.

Aku terkejut begitu pintu kamarku dibuka dengan keras dan melihat Oppa masuk dengan raut wajah marah,

apa yang terjadi ?

Bukankah dia hanya bercanda ? aku juga membalasnya dengan candaan.

" Malva Lee ! dari mana kau mendapat benda ini ? siapa yang memberikan nya padamu ? atau kau yang membelinya ? apa yang sudah kau lakukan dengan benda ini ! " , desisnya.

Aku benar benar bisa melihat kemarahan di matanya dengan jelas.

" MALVA LEE ! Jawab ! " , tambahnya membuatku terkejut karena dia setengah berteriak sekarang.

" apa Oppa sudah gila ? apa yang Oppa pikirkan ? aku adalah sekretaris organisasi sekarang, dan aku mendapatkan barang itu karena melakukan pemeriksaan rutin kepada mahasiswa dikelasku " , jelasku kesal.

Ekpresi Oppa berubah seketika, pandangan nya melembut dan dia membuang nafas lega.

" Iam sorry " , ucapnya

Aku hanya diam ,

Kami berdua terdiam sesaat, sebelum aku kembali berbicara. " hanya satu sorry ? " , tanyaku membuat oppa menatapku seolah dia tahu kemana arah pembicaraanku.

" sudah kubilang aku tidak ingin membahasnya lagi ", balasnya dengan suara rendah yang tertahan.

apa ? apa katanya ?

" apa sulitnya ? kau tinggal minta maaf kalau itu kesalahan , kenapa oppa bersikap aneh ? ", dengusku.

" kalau bagiku itu bukan kesalahan ? ", tanyanya membuatku seketika terdiam.

Dia menangis, baru pertama kalinya dalam hidupku melihat nya menangis.

" aku yang salah , karena berfikir itu bukan kesalahan, dan aku tidak menyesal ", gumamnya yang lebih didominasi suara isakan pelan.

Apa yang terjadi ?

" demi Tuhan Malv, aku sudah mencoba susah payah menahan nya, bertahun-tahun , dan ... aku . . . aku masih saja tidak bisa menghilangkan dosa ini " , pria itu terduduk disamping tempat tidur di kamarku.

Kenapa tiba-tiba aku ingin menangis?

Aku tidak sebodoh itu untuk tidak tahu kemana arah pembicaraan ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tidak sebodoh itu untuk tidak tahu kemana arah pembicaraan ini.

" aku tidak menyayangimu sebagai seorang adik . . . "

" tapi wanita "

deg . . .

Aku terkesiap.

Aku bukanya tidak bisa menebak nebak sejak tadi, tapi aku tetap saja terkejut.

" ini salah bukan kah Malv ? aku tahu . . . aku tahu " , Aku memeluk Oppa yang masih saja sibuk dengan gumaman nya.

" tentu saja itu salah . . . " , jawabku lirih, tapi aku yakin Oppa masih bisa mendengarnya.

" kalau kita sedarah . . . " , tambahku membuat Pria dalam pelukan itu terdiam seketika.

SIBLINGS (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang