Malam itu hujan turun cukup deras dan petir terdengar menggelegar beberapa kali. Hal itu membuat Dara meringkuk ketakutan dan gemetaran di dalam pelukan Jiyong.
Ya, hanya satu hal yang paling ditakuti oleh Dara yaitu petir. Dia benci hujan deras apalagi di malam hari. Rasanya seperti mendengar bunyi sangkakala. Jiyong yang baru mengetahui itu terkekeh lucu sambil mendekap gadisnya erat-erat. Memberikan kecupan di puncak kepala Dara berkali-kali untuk menenangkannya.
"Sudah tak ada petir lagi, Sayang." Bisik Jiyong.
Dara yang masih menyembunyikan dirinya di bawah ketiak Jiyong pun memberanikan diri untuk mendongak. Wajahnya pucat pasi tapi benar, hujan sudah reda. Dan matahari sudah bersinar, pagi pun datang.
Dan untung ada Jiyong malam itu, kalau tidak, dirinya akan bersembunyi di bawah kolong meja. Huh! Menyebalkan sekali.
Dara pun menghirup nafasnya lalu beranjak bangun dan memakai kemejanya, lalu beranjak ke dapur.
Jiyong yang menyadari Dara sudah bangun, ia pun menyingkap selimutnya, memakai boxer hitamnya lalu menghampiri kekasihnya.
Oh, sudahkah mereka resmi menjadi sepasang kekasih?
Entah.
Anggap saja begitu.Dari cara mereka bersikap, terlihat seperti sepasang kekasih kan? Sepanjang malam bercinta, lalu sekarang Jiyong memeluk tubuh Dara dari belakang mesra. Memberikan kecupan basah di leher dan di pundak Dara yang terbuka.
Gadis itu hanya menanggapinya dengan senyum tipis, pipinya memerah.
"Kenapa kau bisa takut petir?"
"Aku tak tau." Jawab Dara lemas, sambil menuangkan sereal ke dalam mangkuk. "Bunyinya mengagetkan, terkadang seperti akan memecahkan bangunan."
Jiyong terkekeh, sembari mengeratkan pelukannya, meletakkan dagunya di pundak Dara.
"Kenapa kau tertawa? Apakah itu lucu?"
"Aku tidak tertawa, Sayang. Aku sedang berfikir, kenapa kau tak tinggal bersamaku di penthouse ku saja?"
"Penthouse mu?"
"Hm." Angguk Jiyong. "Tempat itu terlalu besar untuk satu orang, dan tempat ini begitu sempit untuk dua orang."
"Memangnya kau berniat untuk tinggal disini?" Tanya Dara menoleh ke samping, menatap wajah Jiyong.
"Aku berniat membawamu ke penthouseku." Ujar Jiyong sembari tersenyum menatap Dara, lalu ia curi satu kecupan di bibir mungil gadis itu.
Dara menuangkan susu ke dalam mangkuk sambil menelan air ludahnya dengan susah payah.
"Disana kita bisa bercinta di setiap sudut. Tak hanya di ranjang." Bisik Jiyong.
Dara menghela nafasnya. "Menurutmu aku akan tertarik dengan tawaran seperti itu? Dasar pria tua mesum!"
Dara memutar matanya dan melepaskan diri dari pelukan Jiyong. Ia meletakkan dua mangkuk sereal di meja makan. Sementara itu, Jiyong tersenyum sembari mengitari meja untuk duduk di hadapan Dara. Matanya terus memandangi Dara, dia tak berhenti melakukannya hingga membuat Dara tampak tak nyaman dengan tatapan intens Jiyong padanya.
"Aku ingin kau mengisi penthouse ku Dara. Aku ingin kau bangun setiap pagi dan bertengger di dapurku, seperti sekarang."
Dara mengunyah serealnya dengan jantung berdetak cukup cepat sekarang. Tawaran yang menggiurkan bukan?
"Katakan sesuatu, Sayang?" Lanjut Jiyong tak sabaran.
"Aku sedang memikirkannya."
Jiyong tersenyum tipis sambil menempelkan ponselnya di telinga. "Datang kemari dan bereskan barang-barang Nona Dara dari apartemennya."
KAMU SEDANG MEMBACA
OBSESSION (DARAGON)
RomanceWARNING 21+ DIBAWAH UMUR HARAP MENJAUH YA!! BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM VOTE & MEMBACA DEMI KENYAMANAN KITA BERSAMA! Kwon Jiyong, pewaris tunggal salah satu perusahaan maskapai penerbangan terbesar di Asia itu ditugaskan oleh ayahnya untuk memimpin ca...