Kini Jiyong bergerak diatas tubuh mungil Dara, gadis itu hanya meracau sesekali. Dia masih tak sadarkan diri.
Gila memang.
Jiyong tak membuang kesempatannya sama sekali. Ia memandangi wajah gadis yang tertidur lelap dibawahnya itu, sementara dirinya merasakan getaran gairah yang menggila. Dia merasa dirinya bagai meniduri seorang mayat!
Astaga.
Dia benci ini.
Dia benci dirinya sendiri.Tapi, ini kesempatan satu-satunya yang dia miliki. Kapan lagi kalau bukan sekarang?
Persetan.
Jiyong mengerang sebelum mencapai pelepasannya yang kali ini benar-benar ditembakkan langsung ke dalam rahim Dara.
"Jiyong....?"
Jiyong mengusap rambut Dara naik turun, membelai wajahnya dan tersenyum sebelum dia mengecup bibir gadis itu penuh cinta. Kemudian dia sendiri pun terlelap di sebelah Dara sambil memeluknya erat.
Sebelah tangannya terulur mengelus perut Dara.
Awas saja kalau kau tak tumbuh menjadi janin! Bantulah ayah merebut ibumu ini dari kekasihnya yang sok hebat itu!
Pagi pun datang membawa cahaya matahari yang menyilaukan lewat tirai jendela. Dara mengerjapkan matanya sebelum dirinya tersadar sepenuhnya.
Hal pertama yang dia lihat adalah suasana kamar yang berbeda. Dan dia familier dengan kamar ini. Bukankah dia pernah berada di kamar Jiyong sebelumnya?
Kini gadis itu melirik dirinya sendiri. Pada tubuhnya yang dibalut selimut satin hitam, ia mengintip ke dalam dan membelalak.
Ia hanya memakai celana dalam.
Dara segera bangkit duduk, menekan selimut di dadanya dan melihat ke sekelilingnya. Kepalanya masih terasa berat efek dari minuman keras yang dia minum semalam. Dia pun melihat pakaiannya teronggok berantakan di lantai, bergabung dengan pakaian milik Jiyong.
Tak lama, sang pelaku pun muncul, keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melingkar rendah di pinggangnya, dan sebelah tangannya mengacak rambutnya yang basah.
Pria itu tersenyum tipis, sungguh mempesona....
"Selamat pagi, Sayang."
Dara tak punya waktu untuk bertanya tentang kejadian semalam. Sekarang, yang paling penting adalah dia harus menemukan ponselnya.
Dan dia menepuk jidatnya, saat melihat ada 20 panggilan tak terjawab dari Soo Hyun.
Dengan panik gadis itu pun memakai pakaiannya secepat mungkin. Memasukkan kakinya ke dalam hotpantsnya, mencari sepatu ketsnya dan memakainya dengan cepat.
"Kau mau kemana?"
"Aku buru-buru." Ujar Dara sembari keluar dari kamar Jiyong setengah berlari menuju pintu utama.
Dia terlambat bekerja tentunya. Hari ini dia punya penerbangan ke Busan di jam 11 siang dan sekarang sudah jam 10.15.
Dengan cepat gadis itu bersiap-siap di apartemennya sendiri, memakai seragam pramugarinya dan berlari mencari taksi.
Dara memejamkan matanya. Perasaan bercampur aduk. Kapan permainan ini berakhir? Dara sungguh pusing. Kehadiran Jiyong membuat secercah keraguan hinggap dalam hubungannya dengan Soo Hyun.
"Bisakah kau lebih cepat?" Ujar Dara pada supir taksi.
***
Dara berlari secepat mungkin diatas high heels yang digunakannya tapi kemudian dia berhenti dan menghela nafas pasrah.

KAMU SEDANG MEMBACA
OBSESSION (DARAGON)
RomanceWARNING 21+ DIBAWAH UMUR HARAP MENJAUH YA!! BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM VOTE & MEMBACA DEMI KENYAMANAN KITA BERSAMA! Kwon Jiyong, pewaris tunggal salah satu perusahaan maskapai penerbangan terbesar di Asia itu ditugaskan oleh ayahnya untuk memimpin ca...