Hanna yang Manja

13.6K 139 4
                                    

AYAH DARMO | Hanna yang Manja

Hanna menggeliatkan tubuhnya yang terasa tidak nyaman saat pergerakannya terbatasi. Dia yang sebelumnya tertidur nyenyak, harus terbangun saat merasakan kecupan-kecupan ringan pada wajahnya.

Mel3nguh kesal, gadis itu lantas mencoba untuk membuka kedua matanya yang terasa lengket. Hal pertama yang Hanna lihat adalah rambut seorang pria yang telah memutih.

"Ayah.. " lirih Hanna berusaha mendorong dada bidang seorang pria yang tengah menindihnya.

Terdengar gumaman samar dari pria tersebut yang kemudian mendongakkan wajahnya. Tersenyum lebar dengan tatapan menggelap yang tertuju ke arahnya.

"Pagi, Sayang." sapa pria itu tanpa beban. Siapa lagi kalau bukan Darmo.

Hanna masih bergeming dan sibuk mengusak kedua matanya yang lengket. Membuat Darmo mendengus geli karena merasa diabaikan.

Tak kehilangan cara, pria itu lantas kembali menghadiahi wajah Hanna dengan ciuman yang bertubi-tubi. Pria itu dengan sengaja menggesekkan kumisnya yang mulai tebal hingga membuat Hanna terkikik geli.

"Kyaa.. Ayah.. geli... hahaha.. " kikik Hanna kegelian. Berusaha menjauhkan kepala Darmo dari wajahnya.

Darmo terkekeh kecil dan terus melayangkan serangannya pada Hanna. Membuat gadis cantik itu berteriak meminta dilepaskan. Dia sudah merasa sangat kegelian.

Setelah merasa puas telah mengerjai Hanna, Darmo lantas terdiam menatap wajah rupawan yang ada di bawahnya. Tatapannya yang dalam dan intens membuat Hanna tak dapat berkutik. Gadis itu selalu merasa lemah saat bersitatap dengan netra jelaga tersebut.

"Kamu cantik sekali, Sayang." ujar Darmo setengah berbisik.

Hanna yang mendapatkan pujian tersebut sontak saja tersipu. Kedua pipinya tanpa bisa dikomando langsung berubah warna menjadi semerah tomat.

Darmo tentu saja tidak asal bicara. Hanna memang sangat cantik dalam keadaan apapun. Bahkan saat baru bangun tidur dengan rambutnya yang awut-awutan dan muka bantalnya yang dihiasi dengan mata sembab.

"Ayah gombal ih.. " seru Hanna pura-pura merajuk. Padahal dirinya merasa sangat senang saat dipuji oleh Darmo. Pria itu memang sangat manis terlepas dari usianya yang terpaut cukup jauh dengan dirinya.

Darmo tersenyum tipis sembari menyamankan posisinya berbaring di samping Hanna. Tak ada jarak di antara keduanya sehingga mereka terlihat begitu intim.

"Ayah tidak pernah berbohong, Sayang. Kamu memang sangat cantik sampai bisa membuat pria tua seperti ayah jatuh cinta pada kamu." balas Darmo jujur sembari mengelus rahang Hanna dengan lembut. Jangan lupakan sorot matanya yang tengah menatap Hanna dengan penuh cinta.

Jantung Hanna berdetak semakin cepat kala mendengar kata-kata manis yang Darmo ucapkan barusan. Gadis itu bahkan tidak membayangkan semerah apa pipinya sekarang.

Darmo dengan perilaku dan tutur katanya yang manis, berhasil menjerat gadis muda seperti dirinya. Tak peduli jika pria itu sudah sangat tua dan bahkan tidak pantas menjadi kekasihnya. Namun hanya lelaki itu saja yang hatinya inginkan.

"Ayah.. " lirih Hanna tak mampu berkata-kata selain menatap Darmo dengan binar bahagia.

Gadis itu merangkulkan kedua lengan kecilnya di leher Darmo yang masih terlihat kokoh. Lalu mendaratkan kecupan singkat di bibir coklat kehitaman milik pria itu.

"Hanna juga cinta sama Ayah Darmo." Hanna mengatakan kalimat itu dengan tersipu malu. Kemudian memilih untuk menyembunyikan wajah merahnya di rahang Darmo.

Melihat sikap menggemaskan kekasih kecilnya itu, lantas membuat Darmo tersenyum lebar. Apalagi saat mendengar kata cinta kembali terucap dari bibir Hanna. Membuat pria itu tak segan mengeratkan pelukannya pada tubuh ramping Hanna.

"Sekarang lebih baik kamu segera bersiap. Sudah hampir pukul enam." kata Darmo setelah mengingat tujuan awalnya masuk ke kamar. Pria itu sebenarnya ingin membangunkan Hanna untuk bersiap ke sekolah. Namun yang terjadi dia justru tergoda untuk menciumi wajah cantik gadis itu.

Hanna yang tadinya merasa nyaman di dalam posisi tersebut lantas memberengut. Dia masih ingin bermanja-manja dengan Darmo. Tapi pria itu justru menyuruhnya untuk segera beranjak.

"Nggak mau, Yah.. " rengek Hanna semakin mengeratkan pelukannya pada leher Darmo.

Darmo memutar bola matanya malas kala mendapati sikap Hanna yang seperti ini. Gadis itu memang susah sekali dibujuk untuk berangkat ke sekolah.

Walaupun Darmo nekat membawa gadis itu kabur dari rumah megahnya, pria itu tak lantas lepas dari tanggung jawabnya atas diri Hanna. Darmo tetap menyekolahkan Hanna agar terjamin masa depannya.  Walaupun dia hanya mampu menyekolahkan gadis itu di sekolah swasta yang berbeda jauh dengan sekolah lama Hanna.

Tapi lihatlah gadis itu saat ini. Begitu erat memeluk dirinya dengan manja. Bahkan tak membiarkan dirinya melepaskan diri barang sejenak. Hanna bahkan beberapa kali mengatakan jika dia lebih baik tidak bersekolah saja karena ingin selalu bersama dengannya.

"Ayolah, Sayang. Jika kamu tidak segera bersiap, kamu bisa terlambat ke sekolah. Ayah tidak ingin kamu terkena hukuman." bujuk Darmo berusaha menasihati Hanna.

Karena Hanna masih saja diam, terpaksa Darmo mengangkat tubuh mungil gadis itu ke dalam gendongannya. Membuat Hanna terpekik karena terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Darmo.

"Kyaa.. Ayah.. " pekik Hanna semakin mengeratkan pelukannya pada leher kokoh Darmo. Terang saja jika gadis itu takut terjatuh. Walau Darmo tidak akan mungkin tega membiarkannya jatuh begitu saja.

"Kamu harus mandi sekarang. Kalau perlu biar Ayah yang mandikan." kata Darmo yang mulai berjalan menuju pintu kamar. Tentu saja dengan Hanna yang masih berada di gendongannya.

Hanna seketika memekik mendengar ucapan Darmo. Tidak mungkin dia membiarkan pria itu memandikannya. Hanna benar-benar akan sangat malu jika hal itu terjadi.

"No, Ayah. Hanna bisa mandi sendiri. Turunin Hanna sekarang." pekik Hanna berusaha melepaskan diri.

Bukannya melepaskan Hanna, hal yang selanjutnya Darmo lakukan justru membuat gadis itu memekik kencang.

Plak

"Diam, Sayang. Biarkan Ayah yang memandikan kamu." Darmo menyeringai dengan tatapan nakal.

Hanna melotot melihat raut wajah Darmo sekarang. Membuat dirinya merasa merinding dan menggigil. Gadis itu seakan mengerti apa yang akan terjadi jika Darmo benar-benar melakukannya.

"NO... lepasin Hanna.. " berontak Hanna brutal di dalam gendongan Darmo. Yang akhirnya berhasil membuat gadis itu terlepas.

"Hanna.. " seru Darmo terkejut dengan apa yang Hanna lakukan. Padahal dirinya hanya sedang menjahili gadis itu saja. Tapi lihatlah reaksinya yang di luar dugaan.

"Hanna mau mandi sendiri.. " seru Hanna berlari kencang menuju ke arah kamar mandi.

Darmo yang melihat tingkah Hanna hanya bisa terpaku dengan tatapan mengerjap. Baru sedetik kemudian, tawanya pecah karena menyadari tingkah gadis itu yang sangat lucu dan menggemaskan.

"Kamu benar-benar sangat menggemaskan, Sayang. Membuat Ayah ingin menerkammu sekarang juga." gumam Darmo terkekeh geli. Sembari menatap lorong yang terhubung dengan dapur dan kamar mandi dengan tatapan menggelap.

Di sisi lain, Hanna yang berhasil kabur dari jeratan Darmo tampak berdiri kaku di belakang pintu kamar mandi. Napasnya tampak tersengal dengan raut wajah tegang.

"Untung aja Hanna bisa lepas. Kalo nggak, Hanna nggak bisa bayangin dimandiin sama Ayah. Ish.. dasar ayah omes." gerutu Hanna dengan wajah memberengut.



Tbc.
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Untung aja Hanna bisa lepas, kalo nggak... entah apa yang terjadi sama mereka berdua😋

AYAH DARMO [Sequel Nona-ku Canduku]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang