AYAH DARMO | Pindah
•Hanna memandangi rumah sederhana yang telah menjadi tempat tinggalnya selama satu tahun terakhir ini dengan lekat. Rumah yang menjadi tujuannya untuk pulang, dan berteduh saat hujan.
Di rumah ini, ada begitu banyak kenangan yang telah Hanna lewati bersama Darmo. Awal yang cukup sulit karena dia harus beradaptasi dengan lingkungannya yang baru. Tanpa kemewahan, juga suasana yang tak seperti di kota metropolitan.
Namun, Hanna selalu mewanti dirinya untuk terus bertahan. Tak berbalik arah dan kembali pada orang tuanya. Walau terkadang, pikiran itu selalu ada menghantuinya.
Pluk
Tepukan lembut pada pundaknya membuat Hanna tersadar dari lamunannya. Gadis itu lantas menoleh, dan mendapati Darmo yang tengah tersenyum lembut ke arahnya.
"Ayah tahu kamu pasti sangat berat meninggalkan rumah ini." ujar Darmo dengan suara beratnya yang selalu mampu membuat Hanna tenang.
Gadis itu tak kuasa menahan rasa sedihnya dan menubrukkan dirinya pada Darmo. Menumpahkan air matanya pada sosok jangkung yang telah menemani hari-harinya selama satu tahun terakhir ini.
"Hanna pasti bakalan kangen banget sama rumah ini. Sama semua yang ada di desa ini dan juga Wulan." tutur Hanna dengan sedih.
Darmo tersenyum tipis dan menepuk punggung Hanna beberapa kali untuk menghibur gadis itu. Jika ditanya, dia juga pasti akan merasakan hal yang sama seperti Hanna. Ada begitu banyak hal yang telah mereka lewati di rumah ini. Dan hal itu tidak akan mudah untuk Darmo lupakan.
"Ini yang terbaik untuk kita, Sayang." hanya kalimat itu yang akhirnya terlontar dari bibir Darmo.
Hanna mengangguk samar dan mengurai pelukannya. Menatap Darmo dengan binar kesedihan yang masih tampak jelas di sorot matanya. Namun kini ada segaris senyum yang menghiasi bibir gadis itu.
"Hanna.."
"Loh, Pak Darmo sama Dik Hanna mau kemana?" tanya Lastri yang kebetulan saja baru lewat dari depan rumah mereka.
Keduanya lantas menoleh dan mendengus samar saat melihat siapa yang datang. Terutama Hanna yang langsung menampilkan raut jengkel.
"Kita mau pindahan." Darmo akhirnya menjawab pertanyaan janda itu, karena Hanna yang tak kunjung bersuara.
Lastri terlihat terkejut sampai bola matanya membulat. Dengan langkah cepat dia mendekati Hanna dan Darmo yang masih berdiri di halaman rumah.
"Pindahan? Kenapa tiba-tiba pindah, Pak Darmo?" tanya Lastri yang kini telah berdiri di samping Darmo.
"Itu-"
"Nggak tiba-tiba kok, Budhe. Memang udah dari lama kita mau pindah. Ya kan, Yah?" serobot Hanna dengan mengode Darmo di akhir kalimatnya.
Darmo tampak tersenyum kecil dan mengangguk. Dia tebak, Hanna pasti tengah kesal karena kehadiran Lastri.
Raut wajah Lastri terlihat sendu. Dan hal itu entah kenapa membuat Hanna semakin kesal saja. Gadis itu yakin jika selama ini Lastri memiliki perasaan lebih pada Darmo.
Beberapa kali Hanna mendapati Lastri yang diam-diam menatap kekasih tuanya itu. Entah itu ketika Darmo berada di teras rumah, atau saat mereka tengah berbicara seperti sekarang ini.
Hanna tidak bodoh jika selama ini Lastri sering mencari perhatian pada Darmo. Untung saja kekasihnya itu bersikap acuh. Darmo bahkan jarang sekali menjawab pertanyaan Lastri jika bukan dirinya yang menjawab. Mungkin karena Darmo sudah tahu jika Lastri memiliki perasaan padanya. Sehingga pria itu memilih untuk mengabaikan wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
AYAH DARMO [Sequel Nona-ku Canduku]
Romance"Kamu selamanya milik Ayah, Sayang." -Darmo "Hanna cuma milik Ayah Darmo." -Hanna Cerita ini merupakan sequel dari NONA-KU CANDUKU yang berkisah tentang cinta beda usia antara tukang kebun bernama Darmo yang menjalin kasih dengan anak majikannya sen...