Memilih Diam

4K 56 3
                                    

NB. Kelanjutan part ehem² nya nanti ada di PDF & e-book
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

AYAH DARMO | Memilih Diam

Sedari tadi Hanna hanya bisa menatap punggung lebar Darmo dengan pandangan sendu. Sejak menjemputnya tadi sore, pria itu tak kunjung bersuara. Memilih mendiamkan dirinya selama perjalanan pulang menuju rumah mereka.

Tangan Hanna dengan ragu terulur. Memeluk erat perut keras Darmo yang berbalut kemeja kotak-kotak yang warnanya telah hampir pudar. Efek karena sering dipakai oleh pemiliknya.

Dagu runcing Hanna menumpu pada pundak kokoh Darmo dengan sengaja. Gadis itu juga memiringkan kepalanya agar bisa melihat wajah 'ayahnya' saat ini.

"Ayah marah ya sama Hanna?" tanya Hanna bersuara. Hembusan napasnya bahkan mengenai rahang kasar Darmo. Mengirimkan getaran kecil pada bagian selatannya.

Hanna tak kunjung mendapatkan jawaban. Bibir Darmo terkatup rapat tanpa celah. Membuat gadis itu menggigit bibir bawahnya dengan hati sedih.

"Ayah pasti marah kan sama Hanna." Hanna kembali bersuara. Kali ini dengan suara yang sedikit bergetar.

Gadis itu memang tidak suka ketika Darmo tiba-tiba mendiamkannya seperti sekarang ini. Hubungan mereka memang tidak selalu berjalan mulus. Bahkan dulu mereka sering kali putus nyambung.

Kala itu Darmo merasa minder untuk mengajak Hanna berpacaran. Usianya yang terpaut cukup jauh juga pekerjaannya yang hanya seorang tukang kebun, membuat Darmo urung memberikan status yang jelas pada Hanna.

Hanna tentu saja merasa marah. Dia sengaja mendiamkan Darmo selama beberapa hari. Namun yang terjadi Hanna sendiri yang merasa rindu dengan pria paruh baya itu. Dari situlah awal mula mereka menjalin hubungan.

Keduanya sering mencuri kesempatan untuk bermesraan di dalam kamar Hanna. Darmo mengajarkan banyak hal yang berbau dewasa pada Hanna yang polos. Sehingga sering kali pria itu meminta sang kekasih untuk menuntaskan hasratnya.

Hubungan mereka sempat renggang kala Darmo mengetahui jika Hanna akan dijodohkan dengan seorang pengusaha. Pria itu memilih untuk memutuskan Hanna agar gadis itu mendapat pria yang lebih baik dari dirinya.

Namun bukannya bisa melupakan Hanna, Darmo justru merasa tidak rela ketika melihat Hanna dekat dengan pria yang dijodohkan dengan gadis itu.

Akhirnya Darmo memilih untuk kembali memperjuangkan cintanya pada Hanna. Hingga tercetuslah ide untuk menjebak pria yang dijodohkan dengan Hanna.

Singkat cerita, Hanna berpura-pura menjadi gadis depresi karena penyerangan yang Sagara lakukan. Lalu gadis itu membuat skenario seolah dia merasa tertekan dan memilih untuk pergi dari rumahnya. Itulah yang sebenarnya terjadi pada kisah cinta Hanna dan Darmo.

Kembali pada masa kini, Hanna semakin mengeratkan pelukannya pada perut Darmo. Berharap agar pria itu luluh dan berhenti mendiamkannya.

Namun hingga mereka sampai di rumah, Darmo masih betah mengunci rapat bibirnya. Hanna benar-benar merasa lelah setiap menghadapi sikap Darmo yang tengah marah.

Hanna tahu, Darmo pasti mendiamkannya karena merasa cemburu. Kekasih mana yang tidak merasa cemburu melihat gadisnya terlihat dekat dengan pria lain. Apalagi pria itu lebih muda dan tampan darinya.

Akhirnya Hanna hanya bisa menghela napas berat saat melihat Darmo yang lebih dulu masuk ke dalam rumah. Membiarkan Hanna yang berdiri kaku menatap kepergian pria paruh baya itu.

Tak berselang lama, Hanna juga mengikuti langkah Darmo untuk masuk ke dalam rumah. Tak lupa gadis itu juga menutup pintu rumahnya rapat-rapat. Menghindari sesuatu yang buruk terjadi.

Selama tinggal di sini, mereka memang tidak pernah mendapat masalah. Tidak ada yang curiga dengan hubungan mereka. Bukan karena keduanya tidak dekat dengan para tetangganya. Tapi karena kesibukan masing-masing yang membuat mereka jarang berkumpul.

Melihat sosok Darmo yang hendak masuk ke dalam kamarnya, membuat Hanna cepat-cepat mencegahnya. Gadis itu dengan langkah tergesa mendekati Darmo dan hendak memeluk pria itu. Namun Darmo lebih dulu menghindar dengan menggeser tubuhnya. Menciptakan jarak yang cukup jauh dari Hanna.

Hanna yang mendapatkan penolakan tersebut terang saja merasa sakit hati. Dadanya terasa sesak seakan dihujam ribuan jarum.

"Lebih baik kamu segera ganti baju." ujar Darmo datar tanpa ingin menoleh ke arah Hanna.

Hanna menggeleng keras dengan kedua matanya yang berkaca-kaca.

"Nggak sebelum Pak Darmo mau dengerin penjelasan Hanna." tolak gadis itu.

Darmo seketika mendelik saat Hanna memanggilnya dengan sebutan itu.

"Kamu-"

"Kenapa? Pak Darmo mau marah karena Hanna ngelanggar perjanjian kita? Atau mau diemin Hanna berhari-hari?" tantang Hanna dengan raut kesal.

Gadis itu menghembuskan napasnya dengan susah payah karena terasa sesak. Sikap Darmo yang memilih diam ketika sedang cemburu benar-benar menyebalkan bagi Hanna.

"Hanna nggak suka didiemin kaya gini. Emang apa susahnya bilang cemburu?" seloroh Hanna sembari mengusap air matanya dengan kasar.

Gadis itu menatap Darmo dengan raut sedih.

"Hanna mana tau kalau Arman mutusin buat nemenin Hanna nunggu Pak Darmo. Hanna juga nggak sadar waktu wajah Arman terlalu deket sama Hanna. Hanna waktu itu lagi mikirin keluarga Hanna. Hanna kangen sama mereka." Hanna menjelaskan semuanya dengan berapi-api. Meluapkan emosinya yang sedari tadi dia tahan karena sikap Darmo yang telah mendiamkannya.

Darmo yang sejak tadi diam saja tampak tertegun mendengar kalimat terakhir Hanna. Pasalnya selama ini dia tidak pernah mendengar Hanna membicarakan mengenai keluarganya lagi.

Tangis Hanna seketika pecah karena tak mampu menahan rasa rindu pada keluarganya sekaligus rasa kesal pada Darmo. Membuat pria paruh baya itu lantas segera menarik tubuhnya ke dalam dekapan hangatnya.

"Maaf, Non Hanna. Saya benar-benar minta maaf karena sudah bersikap seperti ini. Saya.. Saya sangat cemburu melihat Non Hanna sedekat itu dengan Herman." ujar Darmo penuh penyesalan.

Hanna yang awalnya tengah menangis sontak saja menyemburkan tawanya ketika Darmo salah menyebut nama Arman. Sejak kapan nama Arman berubah menjadi Herman?

Darmo yang melihat Hanna tiba-tiba tertawa seketika dibuat bingung. Suasana sedih yang semula menyelimuti mereka, dalam sekejap berubah menjadi ceria.

"I-Ini maksudnya apa? Kenapa Non Hanna tiba-tiba tertawa seperti ini?" tanya Darmo kebingungan.

Hanna tak berhenti terkikik dengan mata sembab dan hidung mungilnya yang memerah. Dia lalu mendongak, menatap manik kelam Darmo dengan tatapan jenaka.

"Gimana Hanna nggak ngakak? Pak Darmo aja salah nyebut nama Arman. Sejak kapan namanya jadi Herman?" celetuk Hanna dengan tawa kecilnya.

Darmo yang sadar jika dia sudah salah menyebut nama orang hanya bisa meringis malu. Menggaruk-garuk kepala belakangnya beberapa kali. Kebiasaan yang sering Darmo lakukan saat merasa malu atau salah tingkah.

Hanna menarik kedua sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman manis. Merangkulkan kedua lengan kecilnya di leher kokoh Darmo. Lalu menatap manik jelaga pria paruh baya itu dengan sayu.

"Jadi Pak Darmo udah maafin Hanna kan?" tanya Hanna dengan tatapan penuh harap.

Darmo tersenyum miring sembari menekan tubuh Hanna agar menempel padanya. Kedua tangan besarnya bertengger apik di pinggang ramping Hanna.

"Tidak sebelum kamu kembali memanggil saya dengan sebutan yang benar." jawab pria paruh baya itu mengedipkan sebelah matanya genit. Dan menaikkan dagu runcing Hanna untuk mempertemukan bibir mereka.



Tbc.
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Mana kuat Darmo lama² diemin Hanna hehe

AYAH DARMO [Sequel Nona-ku Canduku]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang