AYAH DARMO | Awal Kemarahan
•"Kamu kok lama banget, Han?" tanya Wulan ketika Hanna baru saja mendudukkan dirinya di kursi yang ada di sampingnya.
Hanna menarik napas dalam dan membuangnya dengan lega. Lalu segaris senyum tampak terlihat di wajah cantiknya.
"Ada kejadian lucu waktu di kamar mandi tadi." jawab Hanna tanpa ingin menutup-nutupi.
Wulan yang tadinya tengah sibuk bermain dengan ponselnya menjadi penasaran. Gadis itu meletakkan benda persegi miliknya di atas bangku dan kini beralih menatap Hanna dengan pandangan bertanya.
"Masa tadi aku tiba-tiba dilabrak sama 3 cewek dari kelas sebelah." cetus Hanna tertawa kecil.
Tentu saja Wulan yang mendengar ucapan Hanna menjadi semakin penasaran. Siapa 3 gadis yang sudah melabrak sahabatnya itu? Apa penyebab mereka melabrak Hanna? Semua pertanyaan tersebut berkecamuk di dalam pikiran Wulan saat ini.
"Memangnya siapa yang udah labrak kamu? Terus kenapa mereka bisa lakuin itu? Apa kamu ada masalah sama mereka, Han?" Wulan memberondongi Hanna dengan banyak pertanyaan.
"Kalo nanya satu-satu dong, Lan. Kan aku jadi bingung mau jawab yang mana dulu." Hanna mendengus karena diberondongi banyak pertanyaan langsung dari sahabatnya itu.
Wulan meringis, terkekeh tanpa dosa melihat Hanna yang mendengus. Dia memang tipe orang yang sangat ingin tahu. Hanna saja kadang merasa jengah dengan sifat Wulan yang satu itu.
Akhirnya Hanna menceritakan apa yang terjadi pada dirinya di kamar mandi tadi. Dimana dia dilabrak oleh fans Arman, juga kejadian lucu dimana Suci yang justru diserang oleh Sinta dan Siska karena sudah salah bicara.
"Untung aja kamu belum diapa-apain sama mereka, Han." timpal Wulan yang diangguki oleh Hanna. Benar kata sahabatnya itu, untung saja dia tidak sampai dibully seperti di sinetron-sinetron yang pernah dia tonton dulu.
"Eh, Han.. apa kita cerita aja sama Arman? Biar dia tau, ada fans-nya yang udah berani gangguin kamu." celetuk Wulan tiba-tiba.
Hanna menggeleng cepat. Dia tidak ingin masalah ini semakin berlanjut. Lagipula dia juga tidak merasa takut menghadapi Sinta dan teman-temannya. Ingatkan bahwa dulu semasa sekolah dasar, Hanna juga pernah dirundung oleh teman-temannya karena selalu membawa bekal yang dimasakkan oleh mamanya. Mengingat kenangan itu membuat Hanna jadi merindukan mamanya.
"Han.. kok kamu malah ngelamun sih." seru Wulan ketika melihat Hanna yang justru terdiam dengan raut murung.
Hanna lantas tersadar dan melempar senyum tipis ke arah Wulan yang menampilkan raut sebal. Setelah hampir 8 bulan pergi dari rumah, ini kali pertama dia merindukan keluarganya, terutama Arum.
Melihat Hanna yang sepertinya sedang banyak pikiran, membuat Wulan mengurungkan niatnya untuk bertanya lagi. Dia memilih untuk kembali menekuni novel yang dia baca.
"Hanna kangen Mama.. " gumam Hanna dalam hati. Kedua netranya tampak berkaca-kaca ketika mengingat sosok yang telah melahirkannya.
Namun rasa sedih akan kerinduan yang dia rasakan pada Arum berangsur menghilang saat mengingat bagaimana wanita itu melarang anak-anaknya untuk menjalin hubungan dengan seseorang yang berada di kalangan bawah.
Hanna jadi mengingat kisah asmara kakak pertamanya, Sarah dengan bodyguard keluarganya yang bernama David. Awalnya hubungan mereka tidak diketahui oleh kedua orang tuanya.
Namun salah satu dari teman David yang sama-sama bekerja menjadi bodyguard, melaporkan hal itu pada Rama. Sehingga membuat sang papa murka dan memecat David saat itu juga. Sedangkan Sarah dikirim ke luar negeri untuk melanjutkan kuliahnya.
"Hanna nggak mau ngalamin hal yang sama kaya Kak Sarah. Hanna nggak mau jauh dari Pak Darmo." Hanna bergumam sembari memantapkan hati jika pilihannya selama ini telah benar.
|•|
Bel pulang sekolah telah berbunyi sekitar 10 menit yang lalu. Tampak Hanna yang tengah duduk di halte yang tak jauh dari gerbang sekolahnya menunggu jemputan. Tadi pagi Darmo sudah berjanji jika dia akan menjemput Hanna. Namun sampai saat ini, tak kunjung Hanna dapati batang hidung pria itu.
"Ayah kemana sih?" dengus Hanna cemberut.
Gadis itu tampak celingukan menatap jalanan kesana kemari. Berharap orang yang dia tunggu segera datang.
Tiba-tiba saja dari arah belakang, sebuah motor berhenti tepat di samping Hanna. Membuat atensi gadis itu beralih menatap sosok yang ada di sampingnya itu.
"Belum pulang, Han?" tanya seorang pemuda yang ternyata adalah Arman.
"Belum, Ar. Aku masih nunggu jemputan." jawab Hanna memaksakan senyumnya. Ingatkan jika saat ini gadis itu sedang dalam mood yang buruk.
"Bareng aku aja Han pulangnya." ajak Arman sembari mengulas senyumnya.
Hanna buru-buru menggeleng. Dia tidak ingin Darmo melihat dirinya diantar oleh Arman lagi. Hanna hanya tidak ingin membuat pria itu salah paham nantinya.
"Eng, nggak usah, Ar. Nanti kalau aku bareng kamu, kasian Ayah aku nanti kebingungan nyari aku dimana." jawab Hanna logis.
"Iya juga ya, Han. Ya udah kalau gitu biar aku temenin sampai Ayah kamu ke sini." Arman justru menjagrak motornya. Lalu pemuda itu ikut mendudukkan dirinya di samping Hanna.
Hanna terkesiap karena Arman justru memutuskan untuk menemaninya. Padahal gadis itu sebenarnya ingin Arman segera pergi sebelum kedatangan Darmo.
"Kenapa liatin aku gitu, Han?" tanya Arman yang tampak salah tingkah karena Hanna yang menatapnya dengan resah. Namun Arman tidak menyadari akan arti dari tatapan itu.
Hanna hanya bisa menggeleng lirih dan membuang wajahnya ke arah lain. Tepatnya pada jalanan yang terpantau cukup ramai. Memang jam pulang sekolah Hanna hampir bersamaan dengan jam pulang kerja para buruh pabrik.
Desa yang menjadi tempat tinggal Hanna memang cukup terpencil. Namun ada dua pabrik besar yang bergerak di bidang pembuatan kabel listrik. Sehingga menjadikan desa tersebut agaknya menjadi salah satu desa yang menjadi incaran para pencari kerja mengais rejeki.
"Kamu udah denger kabar tentang mahasiswa KKN yang mau ngajar di sini belum?" tanya Arman membuka topik pembicaraan.
Hanna yang memang belum mendengar kabar tersebut lantas menggeleng.
"Aku juga dengernya baru tadi siang waktu mau ke ruangan Pak Joko. Katanya mahasiswanya dari Universitas Budi Dharma, loh." kata Arman antusias.
Hanna yang mendengar nama universitas tersebut sontak saja mengernyitkan keningnya.
"Itu kan nama kampusnya Bang Bian? Kok bisa kebetulan gitu ya." gumam Hanna.
"Tapi nggak mungkin juga Bang Bian KKN di sini." lanjut Hanna dalam hati.
Arman yang melihat Hanna diam saja tampak mengernyit. Pemuda itu sedikit mencondongkan wajahnya ke arah Hanna. Yang masih sibuk dengan pikirannya sendiri.
"Han.. kok malah ngelamun? Hanna.. hei.. " Arman berusaha menyadarkan Hanna dengan melambaikan tangannya di depan wajah gadis itu.
Beberapa detik kemudian, Hanna tampak tersadar dan mengerjap beberapa kali. Entahlah hari ini dia sering sekali tiba-tiba melamun.
"Eh, kenapa Ar? Kamu tadi ngomong ap-A-Ayah?" suara Hanna seketika terbata saat melihat sosok jangkung yang tengah berdiri di belakang Arman dengan sorot resah.
•
•
Tbc.
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Nahh lohh.. ada yang marah nih kayanya
KAMU SEDANG MEMBACA
AYAH DARMO [Sequel Nona-ku Canduku]
Romance"Kamu selamanya milik Ayah, Sayang." -Darmo "Hanna cuma milik Ayah Darmo." -Hanna Cerita ini merupakan sequel dari NONA-KU CANDUKU yang berkisah tentang cinta beda usia antara tukang kebun bernama Darmo yang menjalin kasih dengan anak majikannya sen...