Liburan Dadakan

5.4K 43 6
                                    

AYAH DARMO | Liburan Dadakan

Hanna tampak begitu senang setelah mendengar Darmo akan membawanya pergi keluar. Pria itu mengatakan jika mereka akan bersepeda motor mengelilingi desa tempat tinggal mereka. Sederhana memang. Namun cukup membuat Hanna merasa senang karena bisa menikmati keindahan alam desanya.

Desa tempat tinggal mereka dikelilingi oleh perbukitan yang indah. Persawahan yang membentang luas juga sungai-sungai kecil yang berair jernih, semakin menambah pesona desa tersebut.

"Kamu sudah siap, Sayang?" tanya Darmo yang entah sejak kapan sudah berdiri di ambang pintu kamar Hanna.

Hanna yang tengah mematut dirinya di depan cermin lantas menoleh. Melemparkan senyum manisnya ke arah pria paruh baya itu.

"Udah, Yah." jawab Hanna mengangguk.

Gadis itu lalu menyambar sling bag yang menggantung di samping lemari kayu tempat dia bercermin tadi. Dan berjalan menghampiri Darmo yang telah menunggunya di ambang pintu.

"Yuk, Yah kita berangkat sekarang." ajak Hanna menggandeng lengan Darmo dengan senyum menawan.

Darmo mengulas senyum tak kalah manis. Lalu mengajak Hanna berjalan beriringan menuju ruang tamu, yang juga dijadikan tempat parkir motornya oleh pria itu.

Hanna membuka pintu rumah mereka dan keluar lebih dulu. Gadis itu menunggu Darmo keluar di teras rumah sembari merapikan penampilannya sekali lagi.

Saat ini Hanna memakai kaos oversize berwarna hitam yang dia padukan dengan celana jeans panjang berwarna senada. Rambutnya sengaja dibiarkan tergerai panjang dengan topi putih sebagai penutup kepalanya.

"Biar Hanna aja yang ngunci pintunya, Yah." seru Hanna ketika melihat Darmo selesai mengeluarkan motornya dan hendak kembali menuju pintu.

Tentu saja Darmo tidak menolak. Dia biarkan Hanna yang mengunci pintu rumah mereka dan mengantonginya di sling bag yang dia bawa.

Melihat Hanna yang sudah berjalan menuju ke arahnya, Darmo lantai mulai menyalakan motornya. Pria itu menyuruh Hanna untuk segera naik di boncengannya.

"Sudah siap?" tanya Darmo lembut.

"Udah, Yah." jawab Hanna tersenyum sembari menatap Darmo dari kaca spion.

Darmo tampak mengangguk kecil dan segera melajukan motornya meninggalkan pelataran rumah. Selama melewati jalanan sekitar rumahnya, tak jarang pria itu mengklakson beberapa warga yang dia kenal untuk sekedar bertegur sapa.(Gaya Bapak² be like)

Setelah melewati pemukiman warga, pemandangan sawah yang membentang mulai tampak di depan mata. Mereka harus melalui jalanan kecil yang juga tak kalah parah dengan kondisi jalan sebelumnya.

Siang ini, jalanan yang mereka lalui cukup sepi. Tak banyak orang-orang yang pergi ke sawah di tengah matahari yang terik.

Di tengah keheningan tersebut, Darmo akhirnya memberanikan diri untuk bertindak. Pria itu tiba-tiba saja menarik tangan Hanna bergantian untuk dia lingkarkan di perutnya. Membuat sang empu terkesiap dengan apa yang dia lakukan.

Di balik punggung lebar Darmo, Hanna tampak tersipu malu. Semburat merah tampak menghiasi kedua pipinya. Dengan malu-malu gadis itu semakin mengeratkan pelukannya pada perut Darmo. Dan menumpukan dagu runcingnya di pundak pria itu.

Darmo yang menyadari hal itu tak dapat membendung rasa senangnya. Dengan sengaja dia menangkup tangan Hanna yang melingkar di perutnya. Sesekali melirik gadis itu dari ekor matanya dengan senyum yang tak lepas dari wajahnya.

|•|

Hanna tak hentinya berdecak menatap pemandangan yang ada di depannya. Dari ketinggian ini, dia bisa melihat pemandangan desanya yang tampak begitu kecil. Darmo yang sejak tadi berdiri di samping Hanna terkekeh melihat reaksi gadis itu.

"Pemandangannya bagus banget, Yah." decak Hanna kagum.

Darmo mengangguk kecil. Pemandangan yang ada di depannya saat ini memang indah. Namun ada yang lebih dari semua ini.

"Bagi Ayah, ada lebih indah dari semua ini." kata Darmo.

Hanna lantas menoleh dan menatap Darmo dengan raut penasaran.

"Apa, Yah?" tanya Hanna dengan dahi berkerut.

Darmo tersenyum tipis dan beralih menatap Hanna.

"Tentu saja kamu, Sayang." jawab Darmo cepat yang membuat Hanna seketika tersipu.

Darmo terkekeh kecil dan mengusak kepala Hanna dengan gemas. Pria itu lantas menarik pinggang Hanna dan merangkulnya dengan mesra.

"Ayah memang bukan pria yang romantis. Ayah tidak bisa membelikan barang-barang mewah untuk kamu. Tapi Ayah berani jamin, cinta Ayah pada kamu benar-benar tulus, Sayang. Ayah akan selalu berusaha membahagiakan kamu." ujar Darmo dengan sungguh-sungguh.

Hanna terpaku mendengar ucapan Darmo yang membuat hatinya menghangat. Hanna merasa sangat beruntung karena begitu dicintai oleh pria paruh baya itu.

Dengan hati berbunga-bunga, Hanna lantas mendaratkan kecupannya pada pipi tirus Darmo. Membuat pria itu mengerjap dengan semburat merah yang menghiasi kedua pipinya.

"Hanna nggak butuh semua itu, Yah. Asalkan Hanna selalu sama Ayah, itu semua udah cukup buat Hanna." jawab Hanna yang membuat Darmo terenyuh.

Inilah alasan kenapa Darmo bisa jatuh cinta pada Hanna. Gadis itu tidak pernah menuntut apapun padanya. Hidupnya yang bergelimang harta, berbanding terbalik dengan sikapnya yang sederhana.

Darmo melepaskan rangkulannya dan beralih menangkup wajah Hanna dengan kedua tangannya. Menatap manik gadis itu dengan pandangan dalam.

"Ini yang membuat Ayah semakin mencintai kamu, Sayang." Pria itu berucap tepat di depan wajah Hanna. Bahkan bibir mereka nyaris bersentuhan karena jarak keduanya yang terlampau dekat.

Hanna mengulum bibir bawahnya dengan senyum malu. Yang justru membuat atensi Darmo kini beralih menatap benda berwarna plum tersebut.

Jakun Darmo tampak naik turun. Dia begitu tergoda untuk mencicipi bibir manis Hanna saat ini juga.

Hanna yang menyadari akan arti tatapan dari pria paruh baya itu lantas meremang. Detak jantungnya bergemuruh dengan hebat. Seiring dengan jarak keduanya yang semakin terkikis.

Ketika bibir mereka nyaris bersentuhan, saat itulah Hanna dengan sigap menutup kedua matanya. Merasakan kelembutan bibir Darmo yang menari-nari di atas bibirnya.

Ciuman kali ini begitu lembut nan romantis. Membuat Hanna terlena dan tanpa sadar mengalungkan kedua lengan kecilnya di leher kokoh Darmo.

Di sisi lain, Darmo semakin menekan punggung Hanna agar merapat padanya. Tangannya yang bebas menangkup rahang gadis itu untuk memperdalam ciumannya.

Decapan basah dan l3nguhan lirih terdengar di sela-sela ciuman mereka. Keduanya tak hentinya saling melvmat dan mengvlum bibir masing-masing.

Ciuman yang tadinya lembut, kini semakin panas kala lidah Darmo melesak masuk ke dalam mulut Hanna. Membelit lidah tak bertulang milik gadis kecil itu dengan lihai. Lalu menyesapnya dengan liar.

Lutut Hanna terasa begitu lemas seiring dengan ciuman mereka yang semakin brutal. Hampir saja dia terjatuh jika Darmo tak menahan tubuhnya dengan erat.

Umphh

Hanna mel3nguh tertahan saat Darmo kembali menyesap lidahnya. Melvmat bibirnya atas bawah dengan sedikit tergesa. Membuat Hanna merasa kewalahan dengan serangan tersebut.

Di sisi lain, Darmo mati-matian menahan diri untuk tidak berbuat lebih. H4sratnya seketika naik kala merasakan gesekan tubuh depannya dengan Hanna. Ini semua harus segera dihentikan, pikir Darmo.

Plop

Hanna seketika meraup oksigen dengan rakus saat civman mereka terlepas. Bibirnya terasa basah dan bengkak. Netra jernihnya menatap Darmo dengan pandangan sayu.

"Ayah.. " lirih Hanna.

"Sial, Hanna. Ayah benar-benar ingin memakan kamu saat ini juga." umpat Darmo dengan wajah merah padam.



Tbc.
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Dan terjadi lagi....

AYAH DARMO [Sequel Nona-ku Canduku]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang