Berakhir Titik

Coretan 45

Kita pernah sedekat nadi
Sebelum akhirnya hanya menjadi dua orang yang asing
Terasa rumpang
Jarak kita semakin besar

Aku mulai lelah dengan kisah ini
Tak ada harap jika di teruskan
Rumah yang kita tempati semakin kacau
Semakin tak terurus, padahal ada dua orang yang menetap
Menetap di sana, tapi seperti berbeda atap

Akhirnya kau lebih sering mencari tempat teduh sebelum kembali pulang
Alasannya menenangkan pikiran
Aku memberi waktu untuk tenang
Lama-lama kamu asik dengan dunia barumu
Tak ada aku di sana
Tak ada keputusanmu untuk menyelesaikan apa yang kita mulai

Akhirnya kamu bertanya padaku ketika aku ingin menyerah.
Aku harap ada tangan yang selalu memintaku untuk tinggal
Berbeda dengan saat ini. Tangan itu tak lagi mencegahku untuk pergi
Lalu aku duduk di sebelahmu dan kamu bertanya,
Apa mungkin berpisah lebih baik?
Atau tetap bersama, tetapi saling melukai?

Aku memilih tetap berdiam di rumah yang sudah berantakan dan kacau ini. Aku izinkan kau pergi.
Nyatanya apa pun jawabanku atas pertanyaan itu tidak akan ada yang baik untukku.
Hanya menunda perpisahan dan sebuah sakit. rasanya semakin tersiksa setiap harinya.

Aku lebih memilih terluka karena tusukkan penghianatanmu dari pada kau lukai aku dengan goresan kebohongan, tetapi setiap hari. Rasanya lebih menyakitkan. Maaf aku tidak menahanmu, bukan karena tak ada hati.

Tak mungkin aku tidak izinkan kau bahagia, manusia tega mana yang tidak mengizinkan orang sebaik kamu bahagia. Kamu layak bahagia atas pilihanmu. Aku tidak ingin menahanmu dan jadi pemeran jahat dalam ceritamu.

Aku memilih tinggal dan berdiam di rumahku yang pernah kamu singgahi.
Aku berharap rumah ini akan kembali seperti baru sampai menemukan penyewa atau pembelinya.

Doakan aku cepat memperbaikinya, seperti aku yang mendoakan rumah mewah yang saat ini selalu kau pamerkan.

Terima kasih telah singgah di rumahku yang saat ini sangat berantakan. Semoga rumah ini cepat menemukan pemiliknya.