amóre. ten...

2K 203 2
                                    

"Morning, Ma."
"Appa."

"Putraku, Johnny Seo, sudah besar dan tegap. Bahkan aku masih mengingatmu yang selalu minta gendong untuk membeli es krim."

Johnny tersenyum simpul.
Ia duduk di kursi makan, mulai menyantap sarapan yang disediakan.
Johnny sengaja datang ke restoran dimana orang tuanya biasa pergi sarapan, di sebuah restoran bintang lima yang memiliki menu-menu otentik khas Negeri Paman Sam.

Johnny dan kedua orang tuanya tinggal terpisah. Johnny di sebuah kondominium, dan orang tuanya tinggal di sebuah land house dengan halaman luas yang terletak di pemukiman para petinggi.

"Bagaimana hubunganmu dengan Jia?"

Johnny menatap sang ayah yang menanyakannya secara langsung, "dia masih sibuk kuliah."

"Baguslah, sebaiknya perempuan memiliki gelar tinggi agar mendapatkan suami yang sebanding dengannya. Termasuk kamu, Johnny."

Pria 27 tahun itu terkekeh renyah, "Ya." Di dalam hatinya, ia benci jika harus membahasnya.

Jia Choi, perempuan yang berusia sama dengannya, anak bungsu dari keluarga Choi. Orang tua Johnny memperkenalkan Jia kepada anak tunggal mereka, berharap bisa kenal dekat dan menikah setelah Jia lulus kuliah S2. Perkiraan sekitar 6 bulan lagi.

Menurut Johnny, Jia tidak ada bedanya dengan para wanita yang sejauh ini berkecan dengannya.
Uang, uang, dan uang. Yah, keluarganya bangkrut kemudian menjual anak bungsu mereka yang cantik itu kepada keluarga Seo karena kedua keluarga itu kenal dekat sejak dulu.

Hah Johnny muak dijodohkan dengan perempuan-perempuan itu.

"Setelah Jia lulus kuliah, sebaiknya kamu langsung nikahi dia. Jangan menunggu lagi."

"Aku masih memikirkannya, aku butuh waktu untuk mencintainya karena aku hanya ingin menikah atas dasar cinta bukan kasihan, Appa."

Seo Jae-In mengerjap, memandang anak semata wayangnya dengan tatapan lurus yang terkesan tajam.
Anaknya selalu menghindar ketika membahas tentang pernikahan, Jae-In ingin segera memiliki cucu sebelum ia pensiun dari jabatannya.

"Seo Youngho, hati-hati dengan kalimatmu." Sahut sang ibu sambil membersihkan bibirnya dengan sapu tangan, bahkan ia menyebut nama Korea dari Johnny tersebut.

"Maaf, Appa Eomma. Aku hanya butuh sedikit waktu lagi."

Menjadi anak tunggal malah menjadi beban baginya.
Di usia awal masuk sekolah hingga kuliah tingkat pertama, Johnny masih bisa menikmati harta benda orang tuanya, namun setelah lulus, ia ditunjuk sebagai calon penerus perusahaan besar ini. Bagaimana jika ia gagal? Bagaimana jika orang tuanya kecewa kepadanya?

Johnny tidak ingin mengecewakan kedua orangtuanya, maka dari itu ia selalu patuh dan bekerja dengan baik. Ia dikenal sebagai anak yang pintar, baik hati, dan patuh. Siapapun akan terkesima karenanya.

Namun, Johnny hanya membutuhkan seseorang yang benar-benar serius untuk dijadikan teman hidup ke depannya. Yang mencintainya dengan tulus, yang akan membantunya di kala jatuh, dan yang akan memberinya kasih sayang tiada henti.

Jia, Michelle, Rosalyn, Hyebin, Jiyeon, dan lain-lain, Johnny tidak memilih salah satu di antara mereka. Johnny enggan menjadikan mereka istri untuk masa depannya nanti.
Bahkan mereka tidak masuk ke dalam kriteria tipe ideal Johnny.

Hari ini rasanya cukup berat.
Johnny menghadiri rapat kolega bersama ayahnya, rapat pertemuan itu berlangsung selama tiga jam lamanya, membahas bisnis, bisnis, dan bisnis.

Cukup membosankan.

Di tengah rapat pertemuan, sebuah pesan masuk begitu saja.
Nama Jia Choi terpampang paling atas, Johnny membuka pesan tersebut. Ia disuguhkan oleh sebuah foto juga dua pesan berisi kalimat.

amóre || JohnnyTenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang