1 bulan kemudian,
"Usia kandungannya sudah menginjak bulan ke delapan, lebih dua puluh hari. Sebaiknya perbanyak istirahat dan minum vitamin penguat tulang. Bayinya sangat sehat, dan gemuk."
Dokter, dan dua pria di hadapannya tertawa pelan. Ten mengusap perut, merasa senang karena bayinya sehat sejauh ini.
"Dokter, apa jenis kelaminnya?" Ten menanyakan sesuatu yang membuatnya bertanya-tanya selama masa kehamilan. Ia ingin sekali mendengar apa jenis kelamin bayinya.
"Laki-laki."
.
.
.
.
.
."Dia akan tumbuh menjadi laki-laki yang akan selalu melindungi ibunya, aku yakin itu."
"Haha, kenapa kamu terlihat senang sekali?"
"Why not? I'm happy for you, Ten."
Ten menggeleng kecil lalu tertawa. Sedari tadi Johnny tidak berhenti berbicara. Johnny ikut senang karena mendengar langsung dari dokter bahwa bayi yang Ten kandung berjenis kelamin laki-laki.
Johnny sangat menginginkan bayi laki-laki. Jika boleh jujur, Johnny memiliki sebuah nama yang akan ia sarankan kepada Ten jika Ten mau. Tapi semua itu akan Johnny serahkan pada Ten karena bagaimanapun juga Ten-lah yang mengandung si bayi selama ini.
"Bulan depan kamu akan segera melahirkan, Ten. Apa kamu sudah mempersiapkan semuanya? Seperti pakaian bayi contohnya?"
"Ah..." Ten mengerjap pelan, "aku hanya menyiapkannya sedikit, setidaknya cukup untuk beberapa bulan ke depan."
"Sedikit?" Johnny bertanya sambil memutar kendali mobil ke arah kanan, "Ten, itu tidak akan cukup."
"Tidak apa lagipula... yah, kamu tahu."
Terjadi keheningan beberapa saat.
Ten merasa canggung, di dalam benaknya ia juga bingung dengan hal itu. Sejujurnya ia hanya memiliki beberapa pasang pakaian untuk di bayi. Belum termasuk peralatan lainnya.Dalam waktu sebulan Ten akan melahirkan. Ia mengandalkan asuransi kesehatan yang akan ia gunakan untuk memotong biaya operasi juga penginapan. Sisanya, Ten akan menggunakan uang tabungannya yang sudah menipis.
Melihat raut wajah Ten yang mendadak murung, Johnny pun melirik ke arah arlojinya. Seharusnya setelah ia mengantar Ten periksa kandungan, ia harus segera kembali ke kantor.
Tetapi ia mengurungkan niat.
Ia pun melukis senyum lalu mengusap surai tebal yang diikat itu dengan tangan kanannya."Aku ingin membeli sesuatu untuk aegi, bagaimana menurutmu?"
Toko perlengkapan bayi adalah tujuan utama dari Johnny Seo saat ini. Mobilnya terparkir tak jauh dari toko lalu ia beranjak turun. Membantu Ten berjalan karena perutnya yang seolah semakin besar dan tulang pinggul yang terkadang terasa ngilu.
Ten meneguk ludah. Ia mengerjap berulang kali begitu melihat seisi toko berisikan perlengkapan bayi. Apapun itu semuanya ada di sini.
"Johnny, aku.."
"Ten, ambil apapun yang kamu butuhkan untuk aegi. Jangan ragu-ragu, oke?"
KAMU SEDANG MEMBACA
amóre || JohnnyTen
Fanfica•mó•re :// Love Johnny mencintai apapun yang ada di dalam diri Ten. Apapun kondisinya, Johnny tidak peduli. Ten Lee, 26. Dia berpisah dari kekasihnya begitu kehamilannya terungkap, hal itu disusul dengan dirinya yang dipecat dari kantor dimana ia...