- Beberapa hari kemudian,
Di luar sedang hujan. Suara gemuruh disertai awan gelap yang membuat siapapun ingin bergelung di balik selimut demi menghangatkan diri.
Hari ini tepat hari sabtu, Johnny memilih mengisi hari liburnya di tempat Ten tinggal.Menyantap masakan yang kekasihnya buat, memakan cemilan sambil menemani Ten menonton drama kesukaan, juga membantu Ten menyiapkan barang-barang yang akan dibawa ke rumah sakit di hari persalinan nanti.
Johnny begitu telaten membantu meski ia tidak pernah melakukan hal sedemikian rupa sebelumnya. Menyusun beberapa potong pakaian bersih, popok bayi, juga perlengkapan bayi yang mereka beli tempo hari.
Bayi laki-laki.
Kelak Johnny akan mengurusnya, membesarkannya seperti anak sendiri. Johnny memang mengakui fakta bahwa bayi itu bukanlah bayi hasil cinta mereka, tetapi sebagai seorang pria, Johnny ingin bertanggung jawab karena ia begitu mencintai pasangannya. Menerima apapun yang Ten miliki."Nervous?" Tanya Johnny kepada Ten setelah meletakkan tas jinjing berukuran cukup besar itu di sudut ruangan.
"Sedikit," Ten mengusap perutnya lembut, sebentar lagi mereka akan bertemu, "terima kasih telah membantuku." Lanjutnya.
Johnny tersenyum simpul. Membuka kedua lengannya lantas memeluk tubuh yang lebih pendek darinya. Menghirup aroma manis dari surai tebal berwarna hitam itu lantas memberikan usapan di punggung. Tuhan, Johnny sangat mencintainya. Mencintai Ten hingga ia bersedia memberikan dunianya.
Tak lama kemudian, bel pintu utama berbunyi. Keduanya menoleh ke arah pintu dengan kening berkerut. Di luar sedang hujan, mereka juga tidak memesan apapun lewat kurir pengantar, pemilik gedung? Mustahil, Johnny ingat ia telah membayar tagihan sewa tempat tinggal dan listrik sebelumnya.
Layar intercom menjadi satu-satunya jawaban siapa yang datang. Tatapan Ten berubah khawatir begitu melihat siapa yang berdiri di depan pintunya. Johnny pun meraih kedua bahu Ten lalu memintanya menjauh, ia akan menghadapi pria serampangan itu untuk yang pertama kali.
Pintu terbuka.
Tubuh besar Johnny seolah menghadang pandangan pria di depannya saat ini. Johnny melangkah keluar, menutup pintu dengan rapat memastikan Ten aman di dalam sana.
"Ada yang bisa aku bantu?" Tanya Johnny mengawali percakapan antara keduanya. Pria yang merupakan mantan kekasih dari Ten itu mengerjap, tampak sedikit terkejut karena ia tahu siapa yang sedang berbicara padanya saat ini.
"Ah, aku Johnny." Johnny mengulurkan tangannya, bermaksud berjabat tangan, "ayo kita lakukan obrolan ini sebagai seorang pria, bukan laki-laki."
"Dimana dia?" Tanya pria itu.
"Siapa?"
"Ten, Ten Lee. Kurasa sekarang kalian memiliki hubungan yang cukup intim? Bukankah kau... sudah bertunangan dengan orang lain?"
Johnny tersenyum, "ah, kau sering mengikuti berita gosip terkini ya? Sebenarnya tidak, aku tidak bertunangan dengan siapapun."
"Kau pengecut, bajingan." Pria itu tertawa lepas, seolah merendahkan Johnny yang masih berdiri tenang di hadapannya, "kau ingin menjadi pahlawan kesiangan untuk pelacur itu?"
"Dengar, Tuan Johnny Seo, sampaikan hal ini pada pelacur itu. Aku tidak akan berhenti sampai dia datang kepadaku dan berlutut menyerahkan diri, kau tahu dia itu cukup cantik, dan feminim." Pria itu merangkul Johnny dengan kasar dan sedikit berbisik, "ada seorang bos besar yang menginginkannya, dia bersedia memberiku berjuta-juta won jika aku berhasil membawa pelacur itu kepadanya. Jadi, aku akan membaginya denganmu jika kau bersedia membantuku."
KAMU SEDANG MEMBACA
amóre || JohnnyTen
Fanfica•mó•re :// Love Johnny mencintai apapun yang ada di dalam diri Ten. Apapun kondisinya, Johnny tidak peduli. Ten Lee, 26. Dia berpisah dari kekasihnya begitu kehamilannya terungkap, hal itu disusul dengan dirinya yang dipecat dari kantor dimana ia...