Chapter 14

509 59 5
                                    

"The greatest thing you'll ever learn is just to love, and be loved in return." -
"Moulin Rouge"

*******

Sean memandang wajah saudara nya satu persatu, dan pandangan nya jatuh pada Avi yang memandangnya dengan ekspresi sendu, cemas, kecewa dan bahagia.

"Aku masih tetap Sean yang dulu, meskipun kita berbeda agama," Sean begitu berat berbicara. "Sebelum aku mengambil keputusan untuk menjadi mualaf, aku sudah berpikir ribuan kali, apakah keputusan yang aku ambil tepat atau kah salah," Sean menarik napas lalu menghembuskannya pelan.

"Aku tidak butuh apa-apa, yang kubutuhkan hanya dukungan dari kalian, dari kakakku, adikku," ucap Sean memandang Vania yang sudah ikut bergabung, lalu menatap saudara kembarnya Tara, dan adik kecilnya Bella. Dan yang terakhir.

"Dan Mommy," ucap Sean dengan memperlihatkan wajah penuh harapan. Karena bagaimanapun, restu dari Avi adalah yang paling utama.

"Mommy marah pada Sean?," ucap Sean dengan nada bertanya.

Avi sendiri bingung dengan perasaannya saat ini. Dia ingin marah, memaki Sean karena pindah agama tanpa rembukan dahulu dengan keluarganya, tetapi semua itu seperti sirna saat Avi melihat wajah bahagia di putra keduanya. Wajah yang bertahun-tahun Avi rindukan.

Avi berdehem, mengatur tenggorokan nya yang terasa tercekat. "Mommy tidak marah atas keputusan yang kamu ambil Sean," Avi terdiam sejenak. "Mommy hanya kecewa."

"Maafkan Sean mommy. Sean sudah menjadi anak durhaka."

"Tidak Sean. Kamu bukan anak durhaka, dan tidak ada satupun anak Mommy yang durhaka pada orangtua. Mommy lebih tahu, bagaimana kalian begitu menyayangi mommy dan daddy." Vania langsung merengkuh tangan Avi, meremasnya lembut, seperti sedang memberi kekuatan pada Avi yang sudah dianggap sebagai ibu kandung nya sendiri.

Avi tersenyum kepada Vania, atas apa yang dilakukannya.

"Jujur Sean, mommy bahagia sekali, putra mommy akhirnya sudah menemukan kebahagiaannya dengan jalannya sendiri. Apapun pilihanmu, kamu tetap anak mommy, anak daddy. Jangan pernah berpikir kami akan meninggalkanmu karena keputusan mu untuk pindah agama."

Sean langsung bersimpuh didepan Avi, kepalanya tertunduk dipangkuan Avi. "Maafkan aku mommy," ucap Sean dengan suara bergetar. "Terima kasih untuk semuanya, maafkan Sean yang belum bisa membalas kebaikan mommy. Maafkan Sean yang selalu buat mommy menangis."

"Tangisan mommy sekarang, tangisan bahagia Sean," sanggah Avi.

"Iya Sean, engga usah khawatir. Kami tidak akan pernah meninggalkan mu, hanya saja lain kali, cobalah untuk berbicara dengan kami. Kami ini keluarga mu," ucap Vania dengan senyuman lembut sambil tangannya mengelus bahu Sean.

"Terima kasih kak," ucap Sean membalas senyuman Vania.

Aidan, Tara dan Bella hanya terdiam memandang saudaranya. Sean yang terkenal sebagai lelaki terdingin, terkaku, teracuh, dan ditakuti dikalangan bisnis karena sikap tegas dan wibawanya ternyata dapat rapuh juga.

Terutama Tara dan Bella, mereka tidak tahu apa yang harus diucapkan untuk menguatkan kakaknya. Dalam hati mereka hanya bisa berdoa yang terbaik untuk Sean.

"Sekarang, dimana dia. Kenapa kamu sembunyikan terus si, apa engga jamuran nantinya," ucap Avi tiba-tiba, yang membuat Aidan, Vania, Tara dan Bella mengerutkan keningnya.

Sean hanya terdiam, karena dia paham maksud ucapan Avi. Dia tahu, Avi bukan orang bodoh. Jika soal logika, Avi paling pintar dibandingkan Arsen.

"Kamu umpetin dimana Sean menantu mommy," ucap Avi sambil memukul bahu Sean.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 13, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Call Me HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang