Chapter 4

12.1K 1.4K 71
                                    

Hi...hi
Makasih semuanya atas bintang kecil yg disana serta komentar yang ditinggalkan. Berarti sekali tahu ga. Jd penyemangat loh.

Diusahakan ya untuk update cepat...tp jgn maksa dan menyuruh ya, kan kadang2 otak jg harus refreshing.

Enjoyed.

🙋🙋🙋🙋🙋🙋🙋🙋🙋🙋🙋🙋🙋

Quotes :

My thought of the day is ..... YOU

Anynomous

###############################

Sean terus memandang kearah kantong plastik yang berisi uang receh. Senyuman terus mengembang diwajahnya.

Dia tidak menyadari jika ada dua pasang mata yang memandangnya dengan tatapan yang berbeda.

Astaga, gadis itu benar-benar lucu. Dia membayarku menggunakan recehan, batinnya geli. Senyuman manis tersungging diwajahnya kembali, tapi itu tidak berlangsung lama saat matanya berhadapan dengan mata biru seperti miliknya.

Sean berdehem, mengatur sikapnya agar tidak gugup. Karena dia sangat hapal sekali tatapan milik Arsen. Tatapan keingintahuan.

Sean segera menaruh kembali kantong plastik itu kedalam saku celananya. Lalu beralih ke saku jas saat ponselnya berdering.

Sean melihat kearah layar ponsel. Dari rumah sakit, pikirnya.

"Maaf, saya harus menerima panggilan ini," ucap Sean lalu beranjak dari duduk tanpa menunggu balasan.

"Maafkan sikap anak saya yang tidak sopan," ucap Arsen yang merasa malu karena tindakan Sean yang pergi begitu saja.

"Tidak apa-apa pak Rajendra, mungkin itu panggilan penting," ujar Benny yang disetujui istri dan anaknya dengan anggukan.

Arsen hanya terdiam, sambil terus memandang kearah Sean yang sudah berjalan kembali kearah meja makan.

"Maafkan saya, sepertinya saya tidak bisa melanjutkan makan siangnya. Ada panggilan penting dari rumah sakit," ucap Sean dengan wajah menyesal, lalu memandang Arsen. "Maaf daddy, ada pasien yang menjadi tanggung jawab aku saat ini sedang dalam kondisi gawat. Untuk masalah kantor, aku sudah menghubungi Aidan untuk menggantikanku, dad," Sean memandang Arsen dengan tatapan memohon.

"Pergilah," ucap Arsen tanpa embel-embel. Dia harus menyetujui tindakan Sean yang berhubungan dengan rumah sakit. Karena Arsen sudah berjanji pada Sean, untuk tidak akan ikut campur dengan masalah profesi pertama Sean yaitu sebagai Dokter. Dengan syarat Sean juga harus mau mengurus perusahaan keluarga.

"Iya Sean. Ga papa kok, mungkin mereka sangat membutuhkan kehadiranmu," ucap Rena menimpali.

"Terima kasih. Mari semuanya, silahkan dilanjut makan siangnya. Saya permisi dulu," ucap Sean yang lansung melangkah dengan tergesa-gesa.

BT ih ga jadi makan siang bareng. Udah dandan cantik gini, batin Anita kesal. Raut wajahnya menunjukkan ketidaksukaan.

*********

"Selamat siang mba Karen. Saya Anandara dan pak Heru meminta saya untuk kesini menemui mba," ucap Anna saat sudah berdiri didepan meja kerja Karen.

Karen menengadahkan kepalanya memandang Anna dengan tatapan merendahkan. "Kamu karyawan baru itu ?," tanyanya dengan alis diangkat sebelah.

"Eh, iya mba," ucap Anna dengan suara gugup, karena dia merasa dirinya sedang dinilai dari atas kepala hingga sepatunya.

"Mba...mba, emangnya aku mba kamu apa. Panggil aku nona Karen. Kampungan banget sih," ucapnya dengan nada sinis. "Lagian engga salah apa nih, si Heru kirim karyawan buat jadi asisten pribadi," ucapnya dengan nada mengejek. "Eh tapi bagus deh, jadinya pak Arion ga bakal doyan sama perempuan dekil kayak kamu."

Call Me HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang