Chapter 1

20.9K 1.8K 90
                                        

Quotes :
" What if you find your soulmate at the wrong time ?"

Lauren Kate, Passion

❤🌻❤🌻❤🌻❤🌻❤🌻❤🌻❤🌻❤

"Kamu sudah siapkan berkas lamarannya Anna ?," tanya pria tua yang sedang memasukkan bekal makanan ke dalam tas ranselnya.

"Iya paman, sudah Anna siapkan dari semalam," ucap Anna yang masih sibuk menghitung uang receh.

"Pake uang paman aja. Masa kamu bayar ojek pake recehan gitu," ucap Diman yang biasa dipanggil paman oleh Anna.

"Ga usah paman. Receh gini juga duit," ucap Anna santai. "Kalau dia ga mau nerima, Anna akan laporkan dia ke Bank Dunia atas kasus pelecehan mata uang negara."

Diman tersenyum mendengar ucapan Anna, dia menggelengkan kepalanya atas ucapan ngawur Anna.

"Kenapa kamu ga bareng paman aja pas ke perusahaannya. Nanti kamu malah telat dan ga bisa wawancara. Paman ga enak nanti sama pak Heru, beliau sudah mau bantu paman untuk menerima lamaran kerja kamu, meskipun kamu masih belum lulus."

"Tenang aja paman, Anna ga mungkin telat. Anna nanti cuman mampir bentar ke toko bunga, terus dari situ langsung jalan ke perusahaan."

Anna berdiri dari duduk, lalu melangkah pelan menuju Diman yang sudah berdiri didepan pintu keluar.

"Anna janji ga akan mengecewakan paman. Anna sudah anggap paman seperti ayah kandung Anna sendiri. Jasa paman buat keluarga Anna tidak bisa dihitung, bahkan Anna malu karena belum bisa membalasnya sampai sekarang," ucap Anna dengan wajah sendu. "Auuch," ucap Anna mengaduh saat dahinya ditowel pelan oleh Diman.

"Kamu tuh ngomong apa sih, pagi-pagi udah ngelantur, " ucap Diman yang langsung meraih tas ransel dan menyematkan dipunggungnya.

"Paman jalan dulu. Kalau kamu nanti langsung kerja, biar paman saja yang kerumah sakit menjenguk ibumu," ucapnya lalu keluar rumah setelah Anna mencium tangannya.

"Assalamualaikum," ucap Diman.

"Walaikumsalam, hati-hati dijalan paman," balas Anna.

Anna memandang punggung Diman yang perlahan mulai menghilang bersama motor vespanya. Anna sangat bersyukur karena masih ada orang yang mau menemaninya menjalani kehidupannya yang berat sepeninggal ayahnya beberapa bulan lalu. Belum lagi kondisi ibunya yang tidak kunjung sembuh, yang saat ini masih dirawat di rumah sakit. Di usianya yang sudah menginjak 18 tahun, dia harus bekerja serabutan untuk biaya hidup makan sehari-hari dan biaya perawatan ibunya. Meskipun Diman selalu membantu membayarkan tagihan rumah sakit, tapi Anna tidak bisa selalu mengandalkan Diman yang statusnya hanyalah tetangga dekat.

Anna bersyukur dianugerahi otak yang cerdas, sehingga dia tidak terlalu memusingkan biaya SPP setiap bulannya karena sejak awal sekolah Anna selalu mendapat beasiswa bebas iuran apapun karena prestasinya. Tamat sekolah adalah hal yang paling diimpikan oleh Anna, karena dengan ijasah yang dimilikinya nanti, dia bisa melamar pekerjaan sesuai dengan bidangnya dan pastinya mendapat gaji yang setara lulusan SMK, yang nantinya akan digunakan untuk membayar semua tagihan rumah sakit dan mencicil uang gaji pamannya yang selalu digunakan untuk keperluan keluarganya.

Diman memang hidup sendiri, karena istrinya sudah lama meninggal saat melahirkan putranya yang juga ikut meninggal. Dan Anna merasa, semua jerih payah yang didapat oleh Diman harus dia kembalikan untuk bekalnya dimasa tua.

Lamunan Anna tergugah saat ponsel android keluaran lamanya berbunyi nyaring. Anna segera meraih ponsel dan mengangkatnya. "Assalamualaikum."

"......"

Call Me HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang