Chapter 8

14.7K 1.5K 124
                                        

Quotes :

When we first met
I honestly had no idea
That you would be so important to me

*****

Sean memandang seluruh keluarga besarnya satu persatu. Dimulai dari daddynya yang duduk di kursi paling tengah, lalu mommynya yang berada disebelah kanan sedang sibuk melayani suaminya mengambil makanan.

Lalu pandangannya beralih ke saudara-saudaranya dan anak-anak mereka yang selalu membuat suasana meja makan menjadi ramai dan tidak tenang.

Apa aku katakan saja sekarang keinginanku, untuk menikahi Anna pada mereka, batin Sean merasa bingung.

Aidan yang merasa ada keanehan dengan saudara kembarnya, memandang Sean dengan penuh selidik. Dia seperti mengetahui ada masalah yang sedang dirahasiakan oleh Sean. Sebagai saudara satu rahim, Aidan sedikit memahami perasaan dan sikap yang ditunjukkan oleh Sean.

Merasa diperhatikan, Sean beralih memandang Aidan yang juga sedang memandangnya.

Aidan mengangkat kepalanya sedikit, seperti sedang bertanya "ada apa."

Sean membalasnya dengan senyuman, lalu menggelengkan kepalanya.

"Sean."

Sean menoleh kearah pria yang paling ditakuti dikeluarga karena ketegasan dan kewibawaannya.

"Setelah makan malam, nanti temui daddy diruang kerja," ucap Arsen terdengar tegas.

"Iya daddy," jawab Sean bersamaan dengan anggukan.

Semua mata orang dewasa yang tadinya fokus pada anak dan cucu, kini beralih menatap Sean dan Arsen dengan pandangan bertanya. Karena mereka sangat memahami, jika Arsen sudah meminta salah satu anaknya untuk menemuinya diruang kerja itu berarti sedang ada masalah.

"Ayo semuanya kita makan. Bagian siapa malam ini yang mau pimpin doa?," ucap Avi mengalihkan wajah tegang anak-anak dan menantunya.

"Aku grandny cantik," ucap Sharyn anak dari Tara, dia mengacungkan tangannya keatas.

"Oke sayang pimpin doanya ya," ucap Avi dengan nada lembut. Di usianya yang sudah berkepala empat tidak membuatnya banyak kehilangan kecantikannya.

"Bapa kami di surga, kami mengucap syukur atas segala berkat yang selalu Engkau limpahkan bagi hidup kami, dan terima kasih atas berkat makanan dan minuman yang sekarang Engkau sediakan bagi kami. Serta bersihkanlah makanan ini dari segala bibit penyakit, agar menjadi berkat bagi kesehatan tubuh kami. Amin."

"Amin," ucap seluruh anggota keluarga, kecuali Sean yang hanya terdiam.

Semuanya mulai sibuk dengan piring makanannya masing-masing. Hanya Sean yang terlihat makan dalam diam, seluruh pikirannya hanya tertuju pada satu niat yang memenuhi pikirannya.

Menikahi gadis yang sudah menggeser posisi Leoni dari dalam hatinya.

*****

Sean memandang seorang pria paruh baya yang sedang duduk di kursi kebesarannya, lalu pandangannya beralih ke sofa yang berada didepan meja kerja daddynya.

Mommynya, Kakak tertuanya dan dua saudara kembarnya sudah berada disana. Memandangnya dengan raut wajah yang tidak dapat diartikan.

"Ini semua ide mommymu untuk menghadirkan semua saudaramu," ucap Arsen memahami maksud dari kebingungan Sean.

"Tidak apa-apa dad, lebih banyak orang lebih baik," ucap Sean dengan nada datar. Sean benar-benar kopian dari Arsen. Karena dari semua anaknya, yang memliki sifat tertutup, kaku, dingin dan datar seperti Arsen hanyalah Sean. Sedangkan saudara kembar dan adiknya mengikuti sifat Avi yang lebih ceria, supel, dan ramah.

Call Me HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang