Bagian Sepuluh : Bau Anyir

0 0 0
                                    

"Indra penciuman, memang kadang benar, juga kadang salah"
---
_ Sandi Isnandar _

• Bau Anyir.

Sekarang Razka tengah berada di perpustakaan, setelah di suruh Bu Sri buat anter teh anget ke uks. Disini Razka tidak sendirian, ada beberapa murid juga yang sengaja datang ke perpus untuk mengisi waktu istirahat mereka. Hari ini hari Sabtu, jika hari Sabtu datang, maka istirahat di perpanjang. Dari jam biasa yaitu jam 9 sampai jam 10, sekarang dari jam 9 sampai jam 11. Panjang kan itu, bisa di pake buat tidur dulu, apel, berak, dan segala macem.

Razka lagi baca buku non fiksi, di samping Razka, ada Anjani, sama juga lagi baca buku. Buku apa Razka tidak tau. Karena Razka tidak mengamati apa yang Anjani lakukan. Malah Razka memohon dalam hati supaya Anjani cepat cepat pergi dari sampingnya. Nyari tempat duduk lain kek apa gimana. Razka tidak nyaman berada di samping Anjani terus. Razka sudah mencoba pindah tempat baca, tapi apesnya, Anjani selalu ngikut kemana pun Razka pindah. Perasaan hati dongkol. Tapi mulut Razka masih bisa di ajak kerja sama. Jadi, sedari tadi Razka hanya ngomong seperlunya saja. Tidak berusaha ngusir juga.

Saat ini Razka dan Anjani tengah duduk menghadap pintu perpustakaan semabri baca buku. Otomatis mereka bisa liat, sapa siapa saja orang yang masuk ke dalam perpus. Datanglah dimana saat Anjani lagi sibuk baca buku, dan Razka iseng liat pintu masuk itu. Bersamaan dengan itu, Razka liat ada Azka yang sepertinya akan masuk juga ke dalam perpustakaan ini.

Disitu seketika niat jail Razka muncul, jangan ditiru ya. Jadi pas Azka masuk ke dalam perpus, baru... yah! selangkah dari ambang pintu. Disitu Razka dengan sengaja langsung merangkul Anjani yang lagi baca buku di sampingnya. Razka masih membaca buku, dan Anjani? sepertinya gadis itu tidak sadar perihal perlakuan Razka, sangking fokusnya baca. Ya sudah.

Sekarang kita liat muka Azka. Darahnya berdesir merangkak di wajahnya, seakan akan sudah siap berubah menjadi kobaran api aramah yang meluap lupa tanpa arah. Melihat itu insting Azka menangkap bahwa si Anjani terlanjur nyaman dengan perilaku Razka itu. Dari tempatnya berdiri Azka bisa melihat, kenyamanan hati terpancar dari muka Anjani. Seketika hari Azka langsung kretek.

Karena melihat pemandangan itu, Azka. Tidak jadi masuk ke perpus. Azka balik badan memilih untuk keluar dari sana. Hatinya tidak sanggup melihatnya, untuk menegur pun tidak ingin Azka lakukan. Sia sia kayaknya.

Menyadari Azka tidak jadi masuk, Razka cepat cepat melepas tangannya disusul dengan kekehan ringan. Juga menoleh ke Anjani. Memastikan Anjani tidak baper, sepertinya iya, buktinya gadis itu masih setia dengan posisi yang sama. Fokus baca buku. Sepertinya Anjani tidak menyadari perilaku Razka barusan. Ya sudah. Ini artinya Razka tidak perlu repot-repot untuk menjelaskan secara rinci pada Anjani. Hatinya sudah cukup puas melihat Azka sebegitu terbakar api amarah.

Razka kembali membaca buku.

Anjani menarik nafas panjang, waktu Anjani lagi fokus baca buku, dari awal gadis itu sudah mencium bau kurang enak untuk hidungnya. Tapi baru saat ini Anjani kepikiran untuk menghirup lebih dalam lagi aroma yang Anjani cium.

"Lo nyium bau anyir gak?" Tanya Anjani mendapat gelengan dari Razka tanpa menoleh ke arah Anjani.

Anjani mengendus mencoba mencium aroma itu lagi.

"Masih kok, masa iya lo gak nyium" imbuh Anjani.

"Gue flu" balas Razka lempeng.

Gedung SMA LenteraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang