Bagian Tiga Belas : Terungkap [3]

0 0 0
                                    

"Dengarlah nasehat orang"

---
_ Bilqis Hauna Putri Vahendra _

• Terungkap [3]

Karena kemarin hari Senin berarti sekarang hari Selasa. Bener dong? Razka dan kawan kawan tengah berada di dalam kelas, hari ini mereka tidak ada piket ya. Jadi, untuk menunggu guru masuk, mereka hanya ngobrol biasa sama ketawa ketawa tidak jelas.

Sedangkan Razka. Laki laki itu, tengah mengamati satu siswa yang tengah duduk anteng meneng di bangku pojok sana, Razka memang duduk di pojok, tapi pojok selurus dengan pintu. Sedangkan siswa itu duduk di pojok selurus dengan meja guru.

Sebenernya Razka agak sedikit heran waktu liat siswa itu di sana. Karena sedari Razka sampai di kelas, siswa itu tetap dalam posisi yang sama. Duduk nunduk liatin meja,  terus kedua tangannya juga di lipat, anteng. Tidak berubah posisi sama sekali.

Apa gak pegel lehernya nunduk mulu, batin Razka.

Ya... Razka juga ngapain liatin siswa itu sampai segitunya. Sampai waktu Daniel nepuk pundak si Razka, baru disitu Razka mendengar suara Daniel.

"Liatin apa lu... buseeeeett harus gue tepuk dulu lu biar denger suara gue" Kata Daniel sedikit judes.

"Tuh!" Razka menunjuk tempat duduk si siswa.

"Dari tadi dia nunduk terus, ape gak pegel itu leher" kata Razka setelahnya.

Daniel yang memang mengikuti arah tunjuk jari Razka. Heran. Karena Daniel tidak melihat siapa siapa duduk disana. Dan setau Daniel bangku itu kosong dari pertama Daniel masuk kelas ini. Razka juga sebenernya tau, tapi mungkin laki laki itu lupa apa gimana Daniel kurang paham.

"Siswa mane, itu bangku kosong sob. Kagak ade yang duduk di situ. Lu halu apa begimane" Daniel meraup wajah Razka belakangnya.

"Apa sih?" Sandi ikut melihat bangku pojok.

"Ini sahabat lu halu" kata Daniel terdengar sampai kuping Cakra. Laki laki itu juga ikut melihat bangku pojok. Sama. Cakra tidak melihat siapa siapa yang duduk di sana.

"Liat apa lo?" Tanya Cakra membuat Razka menoleh.

"Itu cowok pake baju OSIS sama kaya kita, duduk anteng nunduk liat meja, tangan di lipat. Rapi" penjelas Razka.

Selesai Razka berucap demikian. Tiba tiba Razka merasakan lehernya dingin seperti ada yang meniupnya dari belakang, disusul dengan hembusan nafas berat.

(Dia siswa yang meninggal itu... Dia kesini karena pengin kamu bantuin dia)

Seketika Razka langsung melotot mendengar kalimat panjang dia. Razka yakin saat ini setan itu lagi ada di sampingnya. Tidak. Razka tidak berani menoleh, karena Razka tau pasti tampangnya kurang mengenakkan mata untuk di lihat. Belum reda rasa takut Razka, tiba tiba dia ketawa, bersamaan dengan itu hawa dingin di lehernya tiba tiba hilang. Dari sini Razka yakin setan itu sudah pergi. Baru Razka berani noleh ke samping. Dan benar saja. Tidak ada siapa siapa kecuai siswi lain yang tengah duduk di samping bangku Razka.

"Gimana ceritanya waktu lo ngelayat rumah kakel itu?" Tanya Razka pada Daniel.

Mendengar Razka bertanya seperti itu, tidak ada angin tidak ada hujan ,muka Sandi sama Hafiz tina tiba pucat. Tadi juga memang sudah pucat tapi tidak sepucat sekarang.

Gedung SMA LenteraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang