Investigasi dimulai. Taeyoung, Minhee dan Jungmoo mengelilingi kelas sesuai instruksiku. Setiap mereka bertanya, para gadis selalu mengerubungi Minhee dan Jungmoo, membuat pekerjaan ini lebih mudah bagi mereka. Sementara Taeyoung patah hati, hanya bertanya pada para laki-laki.
Tak jarang ada perempuan yang berteriak, "Tampan sekali!" Dan hanya dibalas ancungan jempol oleh Minhee tanpa melihat ke belakang. Membuatku mengernyit sendiri, tidak mengerti kenapa banyak gadis yang menyukai mereka.
Sepulang sekolah kami kembali berkumpul di gazebo. Bertukar informasi satu sama lain.
"Jadi, namanya Sella, cukup terkenal diantara laki-laki karena dia cantik. Kabarnya dia berpacaran dengan salah satu laki-laki di klub tataboga. Dan yang paling penting, laki-laki itu cukup mencurigakan karena dia anak dari kepala sekolah." Taeyoung membeberkan semua hasilnya. Dia menyelipkan pensil di daun telinganya sambil membaca note kecil yang dia bawa sedari tadi.
"Benar, laki-laki itu salah satu senior di klubku. Kalian tau kan, kalau klub tataboga memerlukan banyak uang untuk membeli bahan makanan? Berkat kehadirannya, proposal pengajuan yang kami kirim selalu diterima dan tidak perlu risau dengan masalah keuangan." Woobin mengonfirmasi.
Hyeongjun melebarkan matanya, terkejut. Matanya yang sudah lebar bertambah lebar kali ini, "Jadi dia membunuhnya karena masalah percintaan?"
Minhee mengibas-ngibaskan tangannya, tidak setuju, "Para perempuan bilang kalau hubungan mereka baik-baik saja, malah laki-laki itu terlihat lemas setiap hari setelah kasus kemarin, aku yakin masalahnya ada pada perempuan itu."
"Bagaimana dengan para guru?" Aku menatap Wonjin, mengharapkan jawaban.
Wonjin menggeleng, "Tidak ada jawaban pasti dari para guru, mereka benar-benar menutup rapat kasus ini dari pihak luar." Aku merenung, cukup kecewa dengan jawabannya.
"Oke! Sudah cukup untuk hari ini, kita harus pulang." Serim tiba-tiba saja mengubah alur pembicaraan.
"Tidak seru! Aku baru saja terhanyut dalam kasus ini." Hyeongjun berteriak kecewa.
"Sudahlah, tidak ada lagi yang bisa kita lakukan hari ini." Serim menggendong tas ranselnya.
"Mau pulang? Cecil?" Tambahnya setelah berdiri dipinggir gazebo.
Seongmin memincingkan matanya, "Apa ini, kalian pulang bersama? Pasti ada sesuatu kan?"
Aku ikut menggendong tas ranselku, "Serim benar, sudah cukup, kita bisa bertanya pada laki-laki itu besok." Bergegas kabur bersama Serim.
"Apa ini! Pasti ada sesuatu kan?!" Hyeongjun berteriak pada kami sebelum kami menghilang di belokan.
Aku dan Serim berjalan menuju parkiran. Perjalanan yang cukup jauh, memberikan waktu bagi kami untuk berbincang kecil. "Apa ini? Tidak biasanya kamu pulang bersamaku dengan sukarela." Serim memulai obrolan kami.
"Kamu tidak bertanya lagi? Tentang mataku, atau yang sejenisnya."
Serim hanya tersenyum, "Awalnya aku penasaran, sangat penasaran. Namun lama kelamaan aku berpikir jika aku bertanya terus itu akan membebanimu, jadi sekarang aku memilih untuk menunggumu menjelaskannya sendiri."
"Kamu baru menyadari itu sekarang?" Aku menatap serim keatas, karena perbedaan level tinggi badan kami. Sementara Serim hanya tertawa puas karena reaksiku barusan.
"Mata ini sudah ada sejak aku lahir. Dokter bilang kalau ini adalah kelainan yang sangat langka. Spektrum warna mataku sangat variatif namun jumlah mereka sedikit, menyebabkan warna mataku seperti ini."
"Apa kamu mengalami kesulitan atau semacamnya dulu? Kau tau, warna matamu kan sangat langka." Serim bertanya lagi. Pertanyaannya kali ini sungguh diluar ekspetasiku.
"Ini pertama kalinya ada yang bertanya seperti itu, kebanyakan orang yang kuberitahu menyemangati, memberitahuku kalau ini mata yang keren, atau mereka selalu melihat kearah mataku, jijik." Langkah kami mulai mengecil tanpa sadar. Ingin perjalanan menuju parkiran ini lebih panjang supaya kami dapat berbincang lebih lama.
"Habisnya kamu memakai kontak lensa, itu artinya kamu ingin menyembunyikannya." Dia lebih peka terhadap sekitar lebih dari perkiraanku. Kata-katanya selalu tepat sasaran.
"Tapi sayangnya dokter tidak bisa menjelaskan kelainanku yang lain."
Serim bertanya heran, "Kelainan yang lain?" Kami sudah sampai di parkiran. Serim mengeluarkan kunci motor, bersiap menghampiri motornya.
"Kamu juga melihatnya kan, bunga tiba-tiba tumbuh saat kusentuh rumput liar di atap. Lalu, apa kamu tau apa yang dipikirkan pohon itu?" Aku menunjuk salah satu pohon yang berada ditengah parkiran, memberikan kuis dadakan pada Serim. Pohon itu cukup mencolok karena tinggi dan besarnya dia.
Serim terpaku, memegang helmnya. "Bagaimana aku tau itu?"
"Dia ingin sedikit air." Aku mengambil ember yang cukup besar sudah terisi penuh oleh air yang berada dibawah keran.
Melihatku yang kesusahan dengan beratnya, Serim membantuku mengangkat ember itu. Dia cukup kuat ternyata karena bisa mengangkat beban seberat itu.
Kami lalu menyiram pohon itu bersama, "Terimakasih manusia yang membawa alam semesta." Pohon itu berbicara setelah kami menyiramnya. Bersamaan dengan air yang perlahan diserap oleh tanah, berlanjut menuju akar-akar. Lalu secara ajaib pohon itu bergerak, membuat kami teduh.
"Inilai kelainanku yang lain." Aku menatap Serim yang masih mencerna semuanya.
"Jadi kamu tidak bisa melihat menembus waktu atau semacannya?" Serim malah bertanya dengan ekspresi kecewa.
Aku memukulnya keras di bagian punggung, membuatnya meringis kesakitan. "Aku serius!" mengomelinya yang tidak bisa serius dalam situasi ini.
"Oke, oke! Terimakasih sudah bercerita Cecil. Sekarang kita benar-benar harus pulang." Serim memakaikan helm pada kepalaku. Entah darimana datangnya helm itu.
"Ada satu lagi." Aku mulai menceritakan semua yang terjadi di atap, tanpa ada yang ditutupi lagi.
Serim tampak larut dalam pikirannya setelah aku selesai bercerita, "Apa tidak bisa lebih detail? Tinggi badan, nomor sepatu, atau yang lainnya."
Aku menggeleng, "Mereka tidak punya akal, mereka hanya melihat, menjadi mata dunia, mereka bahkan tidak bisa membedakan jenis kelamin."
Serim mengangguk, mengerti. Merasa semuanya masuk akal sekarang. Kami lalu pergi meninggalkan sekolah dengan perasaan lega satu sama lain. Sudah tidak ada rahasia diantara kami, setidaknya rahasiaku sudah diketahui Serim.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Universe || Cravity
Fanfiction"Kekuatan ini sungguh mengerikan." Semua makhluk hidup mempunyai caranya masing-masing untuk berkomunikasi. Berhati-hatilah, mereka mungkin mengetahui rahasiamu yang terdalam. Cecil, seorang gadis yang mempunyai kelebihan untuk bisa berkomunikasi de...