6 : Manusia Berpita Merah (5)

22 5 4
                                    

Sebelumnya, aku mau ngasih tau kalau mungkin chapter ini mengandung konten yang bisa mentrigger trauma.

Selamat membaca.

-----

Besoknya tubuh kami terasa gatal ingin segera menjalankan misi yang menurut kami keren. Kami seperti biasa berkumpul di gazebo taman bersemangat memulai pembicaraan.

"Aku memikirkan ini dari kemarin, bukannya polisi bisa langsung mengecek cctv diatap? Itu bukti yang cukup kuat kan, kalau memang benar Sella dibunuh." Allen memulai pembicaraan. Dia mulai meragukan kebenaran.

"Sebenarnya bisa saja bayangan yang dilihat Cecil itu bukan pelaku, tapi orang yang berusaha menghentikannya untuk melompat." Jungmoo menambah kecurigaan, tangannya mengelus dagu pelan.

Serim yang mengetahui kebenarannya, panik berusaha menggiring opini mereka kembali, "Cecil pasti punya alasan kenapa dia sangat yakin dengan kasus ini kan." Membelaku.

"Mau kita coba? Cctv." Wonjin menyela.

"Memangnya mungkin?" Ucapan Serim mewakili pikiran kami saat ini.

"Kita coba saja."

Aku, Serim dan Wonjin sepakat nekat akan pergi ke ruang keamanan, meminta cctv. Walaupun aku tahu mereka pasti tidak akan memberikannya pada siswa, tapi siapa tau saja ada tanaman disana yang bisa diajak bicara.

Sementara kami pergi ke ruang keamanan, Woobin akan berusaha mengorek informasi dari seniornya di klub. Semoga saja kami menemukan bukti yang cukup kuat, karena waktu kami tidak banyak.

Sesampainya kami diruang keamanan, Serim mengetuk pintu pelan. Tak lama kemudian seorang pria yang terlihat sudah berkepala empat membuka pintu, "Ada perlu apa kemari?" Bertanya datar pada kami.

"Tolong kami pak, sebenarnya teman saya dibelakang ini sedang berkelahi karena gelang couple mereka hilang." Aku dan Serim melotot menatap Wonjin yang seenaknya membuat skenario. Matanya bergerak mengisyaratkan kalau kami harus ikut berakting.

"Iya babe, kita akan segera menemukan gelang itu, jangan khawatir." Serim disebelahku berakting aneh, dia membelai tanganku lembut. Aku hanya bisa menatapnya geli, tidak mau bergabung dalam skenario ini.

"Bapak mau kan membantu kisah cinta remaja kami ini?" Tambah Wonjin. Pria itu sempat menatap kami lama, namun akhirnya membiarkan kami masuk. Berhasil?

Ruangan itu dipenuhi dengan monitor kecil dalam jumlah banyak. Perangkat elektronik berjejer tersambung oleh kabel panjang. Ternyata petugas dalam ruangan ini cukup banyak dari yang aku kira. Mereka memakai jas hitam, seragam, terlihat sangar.

Dan syukurlah aku melihat tanaman di pojok ruangan. Miris aku melihatnya, tanaman itu agak kering karena tidak diurus dengan baik. Serim mengisyaratkan padaku, memberi tahu bahwa ada tanaman di pojok ruangan. "Iya, aku tau itu." Aku berbicara tanpa mengeluarkan suara.

"Dimana kalian kehilangan gelang itu?" Pria itu bertanya lagi.

Wonjin menatap Serim, menyuruhnya untuk menjawab pertanyaan itu, "Di atap pak." Serim menjawab agak telat.

Pria itu bertanya lagi, "Kapan? Jam berapa?" Ditengah percakapan mereka, aku diam diam mundur menghampiri tanaman itu.

Serim memiringkan kepalanya, "Sekitar hari kamis yang lalu, jam tiga sore?"

Pria itu berhenti, menatap kami curiga, "Jam tiga sore?"

Tubuhku sudah mencapai tanaman itu, segera aku berbisik pelan padanya, "Apa kamu melihat manusia datang kemari?"

"Banyak manusia berbaju hitam memasuki ruangan ini." Tanaman itu menjawab. Namun bukan jawaban yang aku inginkan.

"Aha, temanku memang ceroboh menghilangkan gelangnya diwaktu dan tempat yang tidak tepat. Aku takut sekali hubungan mereka jadi pembawa sial karena kasus kemarin." Wonjin masih berusaha berakting didepan pria itu.

My Universe || CravityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang