05: kata bisu

326 20 0
                                    

Kelurga memang kadang gagal memahami satu sama lain dimana mereka gagal memahami perasaanmu, keinginmu, dan keadaanmu tapi kau juga termasuk diantara mereka karna kau tidak pernah mencoba untuk memahami mereka

-_______6&6_6_6--------_---------------------------------------

Rain menoleh kesamping menyaksikan rintik hujan tangannya pengetuk pelan gelas yang ia pegang sebuah senyum terukir bersamaan dengan gelengan pelan.

Rain membuka ponselnya menelpon Alisya yang ta perlu menunggu lama agar ia mengangkat telpon darinya.

"Sya, lo ada waktu gua mau bicara dan sekarang gua lagi ada di florist kolo lo bisa tolong dateng setelah ujannya reda" tidak terdengar apapun disebrang sana membuat Rain mengangkat alisnya.

"Sya" tidak ada sahutan yang membuat Rain menutup telponnya lalu menikmati coklat hangat dan kue yang ia abaikan sedari tadi hingga pandangannya tidak sengaja menangkap pergerakan aneh dari salah satu pengunjung yang terlihat sedang mengedipkan matanya secara beraturan merasa penasaran Rain menolah ke arah sebrang melihat maid yang tengah sibuk membersihkan kaca yang tepat mengarah kearahnya.

Sandi morse itulah yang Rain tangkap sebelum kembali sadar bahwa itu bukalanlah urusannya yang membuatnya lantas bergegas menghabiskan makanannya lalu beranjak pergi setelah membayar pesanan Rain sendiri dengan sekekali mencuri pandang pada mereka yang masih bersikap seolah bukan siapa siapa, ada firasat buruk yang Rain rasakan namun perasaan itu berusaha Rain abaikan lalu menerobos hujan dengan berlari lari kecil.

"Kau menyadarinya" Rain menegang saat dibelakangnya tiba tiba saja terdapat seseorang yang dengan refleks ia memberikan sebuah pukulan yang ditahan sempurna olehnya namun karna merasa tanggung Rain kembali memberikan pukulan yang tepat mengenai ulu atinya, nafas Rain sedikit ta beraturan tangannya gemetar karna pukulan yang ia berikan pikirannya melayang membayangkan seberapa lemah ia sekarang namun suara tawa menyadarkannya.

Rain melihat laki laki yang tertawa sembari memegang perut bagian atasnya.

"Refleks yang bagus, sebagai agent Indonesia yang ditugaskan bersamaku kau cukup hebat namun kau sangat lemah" ujarnya pelan tepat di telinga Rain lalu merangkulnya dengan akrab yang lantas membuat Rain menepis tangannya dan berjalan pergi, walaupun ada kemungkinan bahwa ia hanya asal bicara namun Rain tidak berani mengambil resiko.

Tangan Rain dicekal olehnya membuat Rain menghentikan langkahnya sembari memberikan tatapan tajam kearahnya yang hanya dibalas dengan senyuman tipis, dibawah rintik hujan yang semakin deras pakaian Rain yang sudah basah membuatnya bersin seketika tatkala hembusan angin kencang menerpa badannya.

Rain menatap lekat dirinya yang kini nampak terlihat jelas dimata Rain dimana ia memiliki rambut pirang dan mata berwarna biru seperti berlian serta ta lupa kulit putihnya yang terlihat pucat saat diguyur air hujan dapat disimpulkan bahwa ia merupakan keturunan orang eropa.

"I'm Gideon, you can call me Deon end my code name is Phoenix Agent" Rain mendengarkan tanpa ada niat untuk menjawab perkenalan dirinya toh dipikiran Rain saat ini mengatakan bahwa mereka tidak akan pernah bertemu lagi.

"Come on, kita harus menyelesaikan ini secepatnya jadi bisakah kau berkerja sama kita hanya harus mengambil kembali card yang berisi sandi untuk membuka brankas dunia" Rain melirik sekitar dimana tengah banyak orang yang berlalu lalang dan ia mengatakannya dengan lantang begitu saja tanpa takut ketahuan, Rain berfikir sejenak jika Gideon bener bener seorang agent mungkin ia akan menemui sebuah petualangan seru seperti kehidupannya dahulu dimana maut menjadi taruhan disetiap langkah yang ia ambil tapi disatu sisi Rain akan terlibat disana dikekang dan dipaksa untuk mengikuti misi dengan ancaman yang ta henti hentinya sampai membuat hidup Rain seperti terawasi.

"I think you can't say no" Rain menarik Deon meneduh di halte bus yang terlihat sepi sembari melirik dengan ekor matanya mencari keberadaan seseorang, Rain berencana mengiyakan apa yang Deon katakan walaupun jika itu merupakan sebuah kebohongan karna Rain ingin sebuah tantangan di kehidupannya yang monoton serta terasa membosankan.

"Jelaskan rinciannya" tanpa banyak tanya Deon menjelaskan semua yang ia tau tentang card yang harus diambil kembali serta kenapa bisa card itu dicuri serta spekulasi keberadaan kartu itu yang menunjukkan disini.

"Kedua pelanggan itu diduga sebagai komplotan mereka dan pelayan yang sedang mengelap kaca itu merupakan seorang mata mata penghianat dari agent Indonesia maka dari itu guru meminta untuk membawa agent terbaik yang baru di latih dan keberadaannya tidak diketahui banyak orang, kukira ketua sudah menjelaskannya padamu mengenai detailnya ternyata tidak ya" Rain mengangguk lalu pergi menyebrang kembali menerobos hujan dengan berjalan memasuki sebuah toko pakaian memilih acak dan memakainya di ruang ganti, menatap lekat bayangannya di depan cermin lalu berlalu membayarnya menatap Deon yang masih diam membatu hingga membuat genagan dari tetesan air dari pakaiannya yang masih basah.

"Ganti bajumu, selesaikan ini dengan cepat lalu buat laporan" Deon mengangguk dan pergi meninggalkan Rain yang sedang hendak menelpon kakaknya namun hingga panggilan ke 3 tidak mendapatkan jawaban Rain hanya meninggalkan pesan bahwa ia akan pulang terlambat tangannya kembali menelpon Alisya  mengatakan bahwa ia sudah tidak berada di kafe langganannya untuk berjaga jaga takut bahwa Alisya akan menunggunya.

Tidak mendapatkan jawaban Rain kembali meninggalkan pesan, ia tidak peduli den menatap Deon yang sudah terlihat mengenakan pakaian kasual pilihannya.

"Rencananya"

"Aku tidak memiliki rencana jadi lebih baik rebut paksa saja sisanya pikirkan setelahnya" ujar Rain yang entah kenapa hanya mendapatkan anggukan oleh Deon sebagai jawaban.

"Bersikaplah seperti tidak mengenalku setelah ini dan jika mereka sudah mengetahui kode morse mari ikuti cara main mereka lalu tunjukkan seberapa tidak kompetennya mereka"

my simple happinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang