A yang sekarang sudah memiliki nama yaitu Rain menyeka keringat pada keningnya sembari membenarkan rambutnya yang hampir mengenai mata, Rain menatap lekat pada cahaya matahari dari balik kaca lalu menatap kebawah dimana laki laki yang menggendongnya tadi sedang berjalan tergesa menuju pagar rumah dimana disana sudah ada seseorang yang menggunakan pakaian serba hitam tanpa melepaskan helmnya menunggu sembari memainkan ponselnya.
Rian menyipitkan matanya untuk memperjatam penglihatannya menatap lekat laki laki yang ia ketahui sekarang adalah kakaknya tengah mengobrol singkat dan menerima sebuah bungkusan lalu pergi begitu saja, Rian terlihat tersenyum membuat Rain merasa heran namun ta lama Rain mengalihkan pandangannya pada depan gerbang menatap lekat jalanan lalu berjalan menjauh dan merebahkan dirinya dikasur.
Dalam hatinya Rain bertanya tanya akan nama familiar Rian namun Rain sebagai A sangat mudah melupakan nama seseorang namun sebuah pemikiran terlintas di otaknya bahwa ia sedang berada di sebuah novel yang ia baca seperti cerita kebanyakan, Rain berhenti berfikir tatkala rasa nyeri dikepalanya kembali hadir manutup matanya mencoba menutup rapat pendengarannya ia seakan akan menjadi lebih sensitif dari sebelumnya dimana jika ada suara nyaring di dekatnya maka akan memberikan tambahan rasa nyeri dikepalanya.
Usapan halus dari tangan hangat membuat Rain perlahan membuka matanya netranya terpana dengan Rian yang tengah tersenyum kearahnya dengan cahaya yang membelakanginya membuatnya seakan akan nampak tak nyata, tidak bisa dibohongi bahwa Rian merupakan perumpamaan sempurna dari Dewa yang turun kedunia.
"Ain, masih sakitkah" suaranya yang terdengar serak membuatku mengangguk tanpa sebab, nafasku mulai ta beraturan alisku mengernyit menahan sakit yang semakin menusuk sebagai A sakit ini bukanlah apa apa namun saat ia menjadi Rain ia tidak bisa berkutik karna rasa sakitnya seakan akan menjadi berlipat ganda.
Rian membangunkan Rain menyodorkan obat yang secara refleks Rain mendorong obat itu menjauh padahal dalam hati Rain ia sangat ingin memakan obat itu sekarang namun refleks tubuhnya membuat Rain hanya bisa mengumpat didalam hatinya.
"Ain, biar ga sakit lagi minum ya" mendengar itu Rain mengangguk mencoba mengendalikan dirinya sendiri dan menelan obat yang disodorkan oleh Rian rasa pahit menjalar begitu saja membuat Rain tanpa sadar menitikkan air mata lalu menangis sejadi jadinya mendapati perlakuan seperti itu Rian hanya dapat menghela nafasnya dan tersenyum tipis lalu menggendong Rain ala koala menepuk pundaknya berjalan di dalam ruangan hingga Rain tertidur di dalam pelukannya.
Rian tersenyum tatkala netranya terkunci pada Rain yang sedang tertidur dari tepi kasur Rian mengusap pelan surai adiknya sekekali memberikan cubitan pada pipi Rain yang seperti membengkak namun perlahan senyuman Rian pudar pandangannya beralih pada kertas di atas nakas tempat tidur dimana ada rekam medis adiknya yang dinyatakan mengidap tumor otak.
Rian tertawa pelan ia tidak tau harus merespon apa untuk situasi sekarang semuanya terasa kosong membuat Rian menggenggam erat kertas ditangannya meremasnya hingga ta berbentuk lalu membuangnya begitu saja, Rian keluar dari kamar Rain suara teriakan yang terdengar samar membuat Rian menghela nafas berat lalu perlahan mendekati asal suara yang perlahan mulai terdengar jelas.
"HAH, JIKA KAU BISA MEMBAWA SELINGKUHANMU KENAPA AKU TIDAK JANGAN PERNAH BERFIKIR JIKA KAU SELINGKUH DIBELAKANGKU AKU AKAN DIAM DAN MENERIMANYA, HANYA DALAM MIMPIMU AKU AKAN MELAKUKANNYA “
" BERAPA KALI AKU HARUS MENGATAKANNYA LUNA HANYA ASISTENKU "
"YA ASISTEN PRIBADIMU YANG KAU TIDURI SETIAP KALI INI TERJADI "
"KAMI HANYA ... "
Rian menutup matanya sejenak sebelun berteriak “CUKUP" untuk menghentikan perdebatan dua orang yang selalu terjadi.
"Jika kalian selalu bertengkar jika bertemu kenapa tidak selesaikan saja secepatnya dengan perceraian, jangan egois aku tidak ingin Ain merasakan apa yang kurasakan sekarang dimana aku harus selalu menutup telinga atas perdebatan kalian yang tidak akan pernah berakhir" Rian menatap nanar dua orang yang sedang diam beberapa saat sebelum Anna sang ibu mulai mendekat mencoba menyentuh Rian namun dengan segera Rian menghindar lalu berjalan menjauh membiarkan kedua orang itu kembali memulai pertengkaran dengan saling menyalahkan satu sama lain.
Rian menegadah sembari menutup matanya memghela nafas lalu berjalan kekamarnya membuka sebuah bingkisan yang baru ia dapatkan dari salah satu sahabatnya, bingkisan itu berisi sebuah laptop keluaran terbaru Rian memutar laptop itu lalu membukanya mengotak atik sebentar lalu menghubungkannya pada komputer miliknya menyalin semua data lalu dipindahkannya ke flashdisk yang sudah disiapkan saat data sudah dipindah seluruhnya Rian membuang laptop itu begitu saja.
Dari data yang ia dapatkan Rian dengan segera menghubungi salah seseorang.
"Gimana udah dapet petunjuk"
"Udah bang dan data dari laptop yang abang kasih itu hampir seluruhnya palsu sementara yang asli lagi sedang diusahakan selesai malam ini" dari sebrang telpon terdengar helaan nafas pelan.
"Gausah cepet cepet juga ga papa Yan dan udah gua transfer uangnya kerekening lo 10.000.000 sesuai ucapan itu udah di potong 15.000.000 dari hasil awal, ingat jangan ninggalin jejak" setelahnya telpon mati Rian melemparnya sembarang lalu beranjak pergi, Rian berbohong bahwa ia sedang mengusahakan untuk mendapatkan data asli oadahal sebenarnya data itu sudah Rian dapatkan setelah mengetahui bahwa data yang ia terima adalah palsu.
Rian tersenyum kala mengingat uang yang ia terima cukup untuk Rain.
Sementara itu Rain yang berada di alam bawah sadarnya tengah berjalan didalam kegelapan tanpa arah tujuan dan hanya mengikuti kemana kakinya akan membawanya, hingga saat Rain mengambil satu langkah pandangannya tiba tiba berubah perlahan menjadi sebuah langit dan ia sedang berjalan diatas air kemanapun ia menolah hanya ada embun yang dirasa awan langit biru serta suara tetesan air saat Rain mengambil langkah.
Rain menatap pantulan dirinya pada air jernih yang sedang ia pijaki bayangannya seperti tubuh aslinya A namun saat ia melihat kearah tubuhnya ia masih melihat tubuh Rain yang ia gerakkan fokus Rain teralihkan pada suara tetesan air yang seperti sebuah lagu, Rain menoleh kekanan dan kekiri mencari asal suara saat pandangannya menangkap Rain asli tengah menatapnya dengan tatapan kosong ia menoleh kebawah dimana bayangan mengerikan dengan senyum tipis Rain asli membuat Rain lantas membuka matanya, nafasnya ta beraturan Rain langsung terduduk begitu saja saat ia membuka mata denyut nyeri dikepalanya tidak ia hiraukan Rain perlahan mengatur nafasnya mengingat apa yang terakhir kali ia lihat namun nihil ia tidak dapat mengingat apapun, Rain hanya dapat mengingat bahwa ia melihat Rain asli tersenyum tipis kearah naya mengenai bayangan mengerikan yang ia lihat Rain tidak dapat mengingatnya sama sekali seakan akan bayangan itu terhapus dari ingatannya begitu saja saat Rain membuka mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
my simple happiness
FantasíaA adalah seorang pembunuh bayaran ia tidak memiliki nama dan orang orang hanya menyebutnya dengan inisial untuk alasan kemudahan pekerjaan karna namanya sering berubah ubah dengan penyamaran yang ia lakukan, A dituntut untuk selalu sempurna apalagi...