08: Tidak akan ada yang berubah

112 12 0
                                    

Rian duduk mematung saat mendengar seberapa parahnya kondisi Rain yang setiap tahunnya semakin memburuk ia menggenggam kedua tangannya meremasnya dengan kuat sembari memberikan tatapan ta percaya pada Arlan yang tengah menatapnya dengan tatapan sendu.

Arlan menghela nafasnya, ia tidak bisa menyembunyikan fakta kondisi Rain pada Rian tentang penyakit Rain yang semakin memburuk setiap tahunnya seakan akan dunia menolak Rain untuk hidup dan membiarkan Rain berjalan secara perlahan menuju kematian.

Arlan menatap lekat Rian yang tengah sibuk dengan pikirannya sendiri mengetuk meja sekali untuk menyadarkannya lalu tersenyum tipis kearahnya.

"Rain membutuhkanmu sekarang, apakah kau tidak ingin menemuinya" Rian mengangguk dan berlalu begutu saja setelah menerima sebuah map rincian tentang penyakit Rain yang mengkhawatirkan, Rian berjalan menyusuri lorong rumah sakit menuju sebuah ruangan dimana ternyata tengah ada seseorang yang tengah duduk di dekat ruangan adiknya.

Rian cukup mengenalinya karna pertemuan pertama mereka yang berkesan buruk baginya, Joanna.

Walaupun enggan dan mengetahui maksud kedatangan Joanna, Rian tidak bisa berbuat apa apa.

"Aku baru menemui seseorang yang baru saja keluar dari kantor polisi dan kembali membuat ulah ta lama setelahnya" Rian menggelengkan kepalanya menggeser pintu rumah sakit yang tengah memperlihatkan sang adik yang tengah terbaring lemah dengan suara memekik dari detak jantungnya yang terdengar dari mesin yang berada ta jauh darinya.

"Orangku akan mengurusnya jadi kau bisa pergi sekarang" setelah mengatakan itu Rian berlalu masuk dan menutup pintu membiarkan Joanna yang masih melongo dengan apa yang barusan ia dengar sebelum membuka pintu dengan kasar sembari mencari keberadaan Rian yang tengah duduk bersandar dan menatapnya tajam dari ekor matanya.

"Kau membuat kegaduhan dan mengganggu adikku, tindakanmu itu tercatat dalam pasal 503 yang berbunyi, “Diancam dengan pidana kurungan paling lama tiga hari atau pidana denda paling banyak Rp225,Sesuai dengan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2012, jumlah denda yang diancamkan dalam KUHP, termasuk Pasal 503, dilipatgandakan menjadi seribu kali" setelah mengatakan itu Rian menatap langit langit ruangan mengingat ingat apakah yang ia katakan benar atau tidaknya, sementara itu Joanna ta henti hentinya dibuat terkejut dengan kelakuan laki laki yang baru saja di temuinya.

"Apa kau kuliah di Fakultas hukum atau jurusan hukum? " ujarnya tanpa sadar.

"lulusan S2 kedokteran" jawab singkat dari Rian sembari memberikan tatapan malas kearah Joanna saat Joanna hendak kembali bertanya suara serak Rain membuatnya mengurungkan niatnya.

"Kakakku spesial ia bisa lulus lebih cepat dari perkiraan dan mendapatkan gelar sarjana S2 dalam 8 tahun di umurnya yang ke 26 tahun" Rian yang melihat adiknya tersenyum lantas memegang dahi Rain untuk mengecek suhu badannya yang masih terasa panas.

"Istirahatlah, maaf kakak membangunkanmu" Rain menggeleng matanya hanya terbuka setengah dengan nafas yang lemah.

"Siapa yang membawaku kesini kak" Rian menggenggam tangan adiknya sekekali membarikan kecupan pada punggung tangannya.

"Orang yang tinggal di apartemen sebelah kita, ia bilang menemukanmu tergeletak di depan pintu dan menelpon rumah sakit, kakak akan mengucapkan terimakasih setelah keadaanmu semakin membaik" Rain memutar matanya malas menggerakkan tangannya yang di infus.

"Kak Joanna bisa duduk dan mengobrol atau membawa kakakku kembali karna sepertinya aku mengetahui apa yang terjadi" Rian sedikit mengacak puncak kepala Rain memberikan kecupan singkat lalu berjalan keluar disusul dengan Joanna dibelakang meninggalkan Rain sendirian dan hanya ditemani oleh bunyi mesin yang mendeteksi detak jantungnya yang berdetak lebih lemah dari biasanya.

Rain memijat kepalanya, merasakan rasa nyeri pada bagian kepala nafasnya memburu tatkala ia mengingat mimpinya pada 8 tahun lalu dimana itulah awal dia menempati tubuh Rain namun kali ini  berbeda ada pesan dari Rain asli yang mengatakan tubuhnya ta bisa bertahan lebih lama lagi, dunia sudah menunjukkan penghakimannya pada sesuatu yang seharusnya tidak ada dan menyebabkan kekacauan pada ribuan takdir manusia lainnya.

Rain batuk dan terus batuk hingga ia mengeluarkan darah membuat Rain menutup mulutnya menatap langit langit ruangan yang mulai memburam karna kesadarannya yang hilang perlahan hingga ia benar benar kehilangan kesadarannya dan terbaring ta berdaya, Arlan berlari setelah mendapatkan kabar bahwa Rain dalam keadaan koma memasuki ruangan Rain memberikan pertolongan pertama untuk memberikan jeda waktu menyiapkan peralatan lainnya.

Detak jantung Rain melemah setiap detiknya setelah tiba di ruang oprasi membuat Arlan tanpa sadar hanya diam mematung dan menatap lekat alat Elektrokardiograf (EKG) yang berfungsi mendeteksi denyut dan irama jantung, hingga sebuah tangan mendorongnya mundur.

"Sudah kukatakan berulang kali jangan biarkan dokter yang memiliki hubungan khusus dengan pasien menangani hal seperti ini, bawa dia keluar" ujarnya kepada para suster yang mendapatkan anggukan dari mereka lalu mulai berusaha membawa Arlan keluar dari ruang oprasi dengan penuh perlawanan darinya.

Sudah lebih dari 3 jam Rain disana, diberikan berbagai macam perawatan untuk menunjang hidupnya memberikan rasa cemas berlebih bagi Rian yang beberapa waktu lalu tiba dengan darah yang ta berhenti mengalir di pergelangan tangannya akibat kecelakaan yang ia alami, namun bukan mengobati lukanya ia malah berdiam diri di ruang oprasi dengan bibirnya yang terus memohon agar Rain tidak di ambil dari genggamannya.

Hingga pintu terbuka menampilkan sosok yang asing baginya namun ia tidak memerdulikan hal itu dan mencengkram kuat bahu miliknya serta menghujaninya dengan beribu pertanyaan yang hanya dijawab dengan diam.

"Aku bisa menyelamatkannya untuk sekarang namun kau harus bersiap untuk kemungkinan terburuk karna tubuh Rain sudah sangat rusak" mendengar itu Rian memberikan pukulan telak yang bisa ia hindari dengan sempurna.

"Aku mengatakan yang sebenarnya, Rain harusnya tidak hidup dan menderita selama sisa hidupnya jika bukan karna keegoisanmu yang memintanya untuk bersamamu" setelah mengatakan itu Rian terduduk ia tidak memiliki tenanga bahkan untuk berdiri ada air mata yang menetes di penupuk matanya saat mendengar apa yang dikatakan oleh seseorang yang bahkan tidak ia kenal.

Pikiran buruk mulai menguasainya? Rasa sakit dari lukanya entah hilang kemana? Tangisnya tumpah begitu saja, bayang bayang Rain yeng meninggalkannya memenuhi pikirannya ia tidak siap jika harus kehilangan Rain bahkan jika itu adalah imajinasinya saja.

Arlan berjalan mendekat memaksa Rian untuk bangun memberikan tamparan lalu mendudukkannya di kursi tunggu, Rian termenung sesaat rasa nyeri di pipinya sudah bisa ia rasakan beserta rasa perih dari alkohol yang mengenai lukanya.

"Kebenaran memang kenjam dan itu benar adanya An, dia adalah dokter Argantara dokter terbaik di negara A ini dan dia berada disini sudah lebih selama 1 bulan dikarenakan situasi Rain yang menarik perhatiannya, tapi yang hidup akan tetap mati itu fakta yang ta bisa diubah namun cepat atau lambat kita tidak mengetahui nya" Arlan tertawa sejenak membalut luka Rian dengan perban lalu pergi begitu saja setelah mendapatkan panggilan bahwa ada pasien yang sedang menunggunya, ada nafas lega yang diam diam terlontar di bibir tipisnya.

my simple happinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang