10: Tante Anna

90 4 0
                                    

  Setelah membuat rencana Rain secara bertahap mulai menjalankannya dengan memposting fotodirinya sendiri ataupun foto kesehariannya serta membagikan kisahnya sendiri walaupun banyak pro dan kontra serta Rian yang mulai menunjukkan rasa tidak sukanya dengan apa yang adiknya lakukan dikarenakan kendalinya atas media sosial Rain yang mulai melemah karna banyaknya orang yang sudah mulai melakukan share serta Rian yang sudah ta lagi bisa hanya fokus kepada media sosial Rain.

"Kakak bolehin kamu sekolah tapi hapus semua story kamu dan jangan melakukannya lagi" tertawa dalam hati mendengar apa yang Rian katakan serta ada senyum yang sekuat tenanga Rain tahan bahwa semuanya berjalan sesuai dengan apa yang ia inginkan walaupun kadang kala menyimpang, Rian terlambat sudah banyak yang mengenalnya dan hanya butuh seseorang memfoto dirinya lalu menyebarkannya untuk membuat Rain tetap berada di lini masa dunia sosial hingga target yang ditetapkan sudah memakan umpan.

Media sosial menganut kebebasan yang mengerikan, Rain tau namun ia tidak memerdulikannya dan bersikap acuh yang membuatnya ta akan sadar bahwa bukan hanya targetnya yang memakan umpan yang Rain tabur namun juga seseorang dari masa lalunya yang berusaha Rian hindarkan dari Rain juga memakan umpan yang berada bebas yang akan membuat masa lalunya benar benar terekspos.

Rain diam sejenak mengetuk meja di hadapannya akan rencana yang ia buat semakin bercabang jika ia memikirkannya berulang yang membuatnya perlahan menyadari adanya sesuatu yang kurang dan terasa berlebihan.

Namun pikirannya buyar seketika tatkala Rian mengetuk pintu kamar yang terbuka berjalan masuk saat Rain sudah mengetahui keberadaannya dan menaruh sepotong kue dengan teh hangat, Rain menatap netra Rian yang terasa berbeda.

"Kakak, ada masalahkah? " pertanyaan itu hanya mendapat gelengan pelan serta kecupan singkat yang diberikan Rian sebelum kembali berlalu pergi, keanehan yang semakin janggal membuat Rain lantas hanya menggeleng pelan rencana apapun pasti akan memiliki sebuah pro dan kontra walaupun rencana itu berjalan semestinya bahkan berjalan sempurna, perkataan itu terus ia ulang ulang untuk menbuatnya terlihat tenang sebagai pelarian dari rasa cemas yang tiba tiba membuatnya ta tenang.

Pagi kembali menjelang dan Rain sudah siap dengan seragam sekolahnya dengan sweater sebagai tambahan, berjalan pelan menuruni tangga tanpa melepaskan pandangannya pada ponsel ditangannya sudah menjadi kebiasaan untuk Rain jika Rian sedang ta memperhatikannya.

Sampai dimeja makan Rian engan telaten menyiapkan makanan di hadapan adiknya yang masih berfokus pada ponselnya hingga membuat Rian lantas mengambil ponsel adiknya lalu memasukannya kedalam saku celana, mengacak pelan rambut adiknya sebelum beranjak pergi.

"Kakak tunggu didepan" ujarnya yang hanya mendapatkan deheman dari Rain yang sedang berusaha menghabiskan sarapannya yang terasa lebih pahit dari kemarin kemarin.

Rian mengambil sebuah bingkisan yang ia sediakan dengan debar jantung yang ta beraturan karna gugup, Rian menghela nafas berjalan kearah pemilik apartemen disebelah miliknya menekan bel menunggu disana cukup lama hingga seorang wanita membukakan pintu.

"Terimakasih, sudah membantu adik saya beberapa hari yang lalu dan ini walaupun tidak seberapa kuharap kau bisa menerimanya" wanita itu hanya mengangguk mengambil bingkisan yang Rian bawa lalu mengucapkan hal yang sama hingga pandangannya jatuh kepada Rain yang juga tengah menatapnya sembari menaikkan sebelah alisnya heran.

Rain menatap dari atas hingga bawah penampilan wanita dihadapan kakaknya terasa familiar untuk Rain namun perasaan itu ia tepis jauh jauh saat wanita dengan rambut sepinggang berwarna coklat kemerahan itu tersenyum kearahnya yang sangat jelas ta luput dari perhatian Rian yang sedari tadi menatapnya.

"Tidak masalah yang penting adikmu terlihat baik baik saja sekarang" tidak ada senyuman yang terukir di wajah Rian tatkala mendengarnya mengatakan hal itu dengan tersenyum manis kearah adiknya yang membuat Rian merasakan adanya tanda bahaya lantas memakaikan tudung hoodie adiknya hingga menutupi seluruh wajahnya.

"Jika begitu terima kasih saya akan mengantar adikku kesekolah sekarang" ujarnya lalu berlalu pergi begitu saja tanpa mendengarkan kata kata dari wanita yang tidak ia ketahui namanya namun Rian mengetahui bahwa wanita itu sedang mengincar adiknya dari pengalamannya selama ini.

"Aku tidak akan mengambilnya darimu kak, kau bisa tenang saja" ujar Rain sembari membenarkan tatanan rambutnya yang berantakan namun Rian malah mengacak acaknya dengan kasar karna sedikit jengkel dengan perkataan adiknya yang bermakna ambigu untuknya.

"Kakak antar kamu sampe gerbang dan ingat disekolah jangan cape cape sama jangan pernah bicara sama orang yang kamu ga kenal paham"

"Paham" begitulah kejadian pagi itu berlalu begitu saja untuk mereka tidak untuk wanita manis yang tengah memasuki kamarnya yang penuh dengan foto Rain.

Ia menaruh bingkisan yang Rian berikan menjatuhkan dirinya sendiri pada kursi kerja miliknya lalu melirik sebuah potret Rain yang memenuhi dinding kamarnya, terdiam sejenak lalu tenggelam dalam fantasinya hingga dering ponsel menyadarkannya.

Bibirnya berdecih dan memberikan kata umpatan sembari melirik tajam ponselnya yang tengah menampilkan sebuah panggilan dengan nama tente Anna yang tertera disana, panggilan itu ia diamkan untuk beberapa saat sebelum ia angkat.

"Kau udah ketemu dengan anak saya Rain " ujarnya to the poin.

"Sesuai dengan apa yang anda minta rincian data datanya selama 8 tahun ini akan saya kirimkan kepada anda dan dia sedang bersekolah untuk saat ini untuk nama sekolahnya saya tidak tau pasti dikarenakan Rian putra anda sangat ahli dalam menyembunyikannya selama ini" wanita di sebrang sana berdeham lalu mematikan telpon membuat bibirnya kembali melontarkan kata kata kasar kepadanya.

"Rain yang dulunya sempat anda buang di panti asuhan dan hidup menderita lalu keberadaannya anda mencari carinya sekarang setelah 8 tahun berlalu sungguh terlambat sekali" ujarnya lalu membuang sembarang ponselnya dan kembali fokus pada layar komputer di depannya, jari jarinya ta henti hentinya membajak ribuan akun untuk menghilangkan jejak Rain dan beberapa akun baru yang sesang memposting foto Rain yang sedang dijalan bersama Rian dengan perasaan jengah.

my simple happinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang