Part 31

2.6K 326 15
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku janji aku akan melindungi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku janji aku akan melindungi. Aku akan menebus semua kesalahanku yang sudah merenggut kehormatanmu. Tidak akan ada yang akan menyakitimu lagi. Percayalah Reen, aku benar-benar akan melepaskan masalalumu dan menjadi pelindungmu."

Bohong jika Andika tidak terluka mendapati bagaimana Shireen bahkan tidak bisa berkata-kata. Benar Bu Masykur memang tidak mengusik Shireen dengan kalimat menghina tapi kalimat sarkas yang terucap dan berisi kenyataan yang memalukan adalah hal yang berat untuk Shireen hadapi.  Shireen bukan seorang yang suka berbohong, hidupnya lurus, jujur, dan terlalu blakblakan. Itu sebabnya saat keadaan memaksanya untuk menyembunyikan aib memalukan sebagai korban pemerkosaan dari pria yang kini menjadi suaminya, itu memberi tekanan tersendiri untuk Shireen.

Shireen bertekad untuk kuat, tapi jika menyangkut harga diri, Shireen begitu lemah. Akhirnya tangis pun kembali meluncur, dan apa yang Shireen rasakan ini menampar Andika berkali-kali dengan sangat menyakitkan. Dengan mata kepalanya sendiri Andika melihat bagaimana orang-orang memandang sinis mereka, tidak bisa Andika bayangkan bagaimana kehidupan Shireen jika dia masih memaksakan ide konyolnya, yang menawarkan pertanggungjawaban secara finansial dan juga pernikahan bersyaratnya.

Terlalu besar kesalahan Andika hingga tidak bisa dinilai dengan materi sebanyak apapun. Tidak, Andika tidak sejahat itu, sebesar apapun cinta yang dimiliki Andika pada Dilla nyatanya rasa tanggung jawab Andika jauh lebih besar. Ya, Andika sudah bertekad untuk melepaskan semua masalalunya. Benar-benar melepaskan.

"Janjimu hanya sebuah omong kosong tanpa arti, Kak. Detik berikutnya saat Dilla menghubungimu lagi kamu akan berubah pikiran." Shireen melerai pelukan Andika, dengan mata sembab dia mendongak menatap kakak sahabatnya ini, dan sama seperti sebelumnya tatapan ragu itu terpancar dari wajahnya, sungguh satu persen di hati Shireen menginginkan jika apa yang dikatakan oleh Andika ini adalah sebuah kesungguhan karena Shireen tidak sanggup menjalani ini semua sendirian. Bayangan akan cibiran, tatapan sinis, dan membesarkan anaknya sendiri momok menakutkan bagi Shireen. Sungguh sekuatnya Shireen tetap saja dia tidak bisa sendirian, tapi bersama dengan pria yang menyimpan nama lain dalam rumah tangga mereka pun Shireen tidak sanggup merasakannya. Semua hal ini terlalu rumit.

"Shireen...." Perlahan Andika menyentuh dagu runcing milik perempuan berusia 25 tahun tersebut, perbedaan umur diantaranya begitu jauh sehingga sulit untuk Andika memandang Shireen sebagai seorang perempuan yang akan menjadi pendampingnya seumur hidup, selama ini Andika terbiasa melihat Shireen sebagai sahabat adiknya. Tapi perlahan Andika akan mengubah pandangan tersebut. Di tatapnya manik mata coklat yang berbinar hangat tersebut berharap jika Shireen akan melihat kesungguhan hatinya.
"Tidak, kali ini aku bersungguh-sungguh. Bersamaku, aku tidak akan membuatmu kembali terluka. Kamu bilang kamu sekarang yang memegang tali kekang dileherku, kan? Tarik aku sekuatmu saat aku mulai salah jalan lagi."

Author PoV end

..........

Jika kalian bertanya apa aku percaya dengan apa yang Kak Andika katakan, maka jawabannya adalah aku mencoba percaya dan memberinya kesempatan untuk membuktikan apa yang dia ucapkan.

Pagi itu dia mengulurkan tangannya, memelukku dengan erat saat aku tengah menangis, tidak hanya itu, Kak Andika pun menggenggam tanganku kuat. Masih aku ingat dengan jelas bagaimana kami bersama melangkah menuju tempat sarapan langganannya. Dan benar dugaanku, dia yang tengah tumbuh di dalam perutku benar-benar anak Papanya. Tidak ada rasa mual, lontong sayur padang itu bahkan meluncur masuk ke dalam perutku dengan sangat mulus.

Seperti orang yang baru saja menemukan makanan usai kelaparan berkepanjangan, aku benar-benar melahap habis makanan tersebut dengan begitu nikmat. Terlalu fokus dengan makanan bahkan aku sampai tidak memperhatikan jika Kak Andika dan orang-orang disekelilingku memandangku dengan lekat.

Baru saat beberapa orang yang kak Andika kenal menegur dan bertanya siapa aku ini, pertanyaan yang persis seperti yang dilayangkan oleh Bu Masykur, baru aku mengalihkan perhatianku.

"Istri saya, Pak, Bu. Kebetulan memang belum digedein nikahnya. Nunggu semuanya beres baru bisa ngundang semua."

Hal sederhana, tapi inilah yang sebenarnya aku butuhkan. Aku bukan seorang yang terbiasa berbohong dan berpura-pura, saat ada hal memalukan terjadi padaku seperti ini aku tidak bisa menghadapinya sendirian.

Kak Andika menatapku lekat dengan pandangan memuja penuh dengan binar bahagia seakan bisa menikah denganku adalah hal yang memang dia inginkan. Tidak ada sorot keterpaksaan di matanya dan semua orang yang melihat tentu percaya jika Kapten satu ini benar-benar mencintaiku dan merasa beruntung bisa memilikiku.

Selain seorang Tentara yang hebat di kesatuannya, siapa yang menyangka jika Andika Prasetya juga seorang yang ahli dalam bersandiwara. Dimulai dari pagi itu, di kota Bogor yang jauh dari mereka yang mengenal kami sebelumnya, aku dan Kak Andika memulai hidup baru kami.

Menghindari prasangka dari orang-orang yang ada di sekeliling kami, Kak Andika berinisiatif datang ke Pejabat lingkungan setempat, memperkenalkanku kepada mereka sebagai istrinya dan mengatakan apa alasannya menikahiku secara siri terlebih dahulu. Alasan yang masuk akal dan bisa diterima baik oleh mereka.

Ya, aku sadar sebuah kebohongan tetaplah kesalahan, tapi kami tidak punya pilihan lain karena mengumbar aib pun sebuah kesalahan yang sama besarnya. Tapi disini perlahan hidupku mulai normal. Apa yang terjadi semuanya sudah terlanjur, yang bisa aku lakukan hanyalah memperbaiki hidupku dan melanjutkannya. Sebelumnya bayangan akan hidup dengan Kak Andika disatu atap yang sama tanpa ada cinta diantara kami dan didasari keterpaksaan begitu mengerikan, tapi ternyata Kak Andika membuktikan apa yang dia janjikan kepadaku.

Satu setengah bulan berlalu tanpa aku sadari, semuanya berjalan dengan normal, baik itu rutinitas maupun tubuhku. Setiap harinya aku menjalani hidupku sebagaimana aku dulunya, mengurus rumah, dan belajar memasak makanan yang disukai oleh Kak Andika mengingat aku hanya bisa memakan makanan yang biasa dimakan olehnya sehingga morning sick-ke pun mulai jauh berkurang.

Jika kalian bertanya lantas bagaimana dengan Kak Andika sendiri, apa dia masih bersama dengan Dilla, maka jawabannya aku tidak tahu dengan pasti tentang suamiku dan juga sepupuku tersebut.

Kak Andika berangkat ke Batalyon seperti biasa, dan kembali setelah jam tugasnya selesai, sempat beberapa hari dia pamit jika ada latihan seminggu di luar kota, tapi tanpa diminta Kak Andika mengirimkan pap kegiatannya. Dan saat itu aku tersadar jika Kak Andika mulai menghargaiku sebagai pasangannya. Kak Andika benar-benar tengah berusaha untuk melepaskan masalalunya dan hanya fokus pada rumah tangga yang kami bangun diatas puing-puing keterpaksaan.

Setidaknya mulai sekarang kami memiliki pandangan yang sama soal pernikahan yang kami jalani ini. Ya, berawal dari kesalahan, tapi kami berdua bertekad untuk memperbaikinya. Jika pada akhirnya kami tidak bisa menjadi pasangan yang saling mencintai, setidaknya kami bisa menjadi orangtua yang baik untuk dia yang sedang berjuang tumbuh di dalam rahimku. Dia yang kehadirannya begitu sulit untuk aku terima hingga detik ini.

Bersamamu, Aku TerlukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang