Part 23

2.4K 298 33
                                    

"Terimalah pernikahan ini, Nak. Jadilah Nyonya Andika Prasetya yang terhormat dan menangkan hatinya sebagai seorang istri sah. Hukum anak Tante dengan cara mengikat lehernya dengan tali pernikahan yang dia tawarkan. Jangan biarkan dia bahagia dengan wanita yang menghuni hatinya, menolak pernikahan ini hanya akan merugikanmu. Buat Andika menyesal sudah mempermainkanmu seperti ini, Nak."

Bujukan dari Tante Alia akhirnya membuatku menyerah, aku masih ingat sekali malam itu dimana akhirnya Om Abra menghubungi Pak RT dan Pak RW untuk menjadi saksi ijab qabul pernikahan mendadak antara aku dan Kak Andika. Ya, kalian benar, orangtua Kak Andika dan Kakakku sepakat menikahkan kami terlebih dahulu karena syarat menikah seorang Militer seperti Kak Andika sangatlah panjang prosesnya, banyak syarat administratif yang harus diurus hingga akhirnya mendapatkan izin untuk melegalkan pernikahan. Meskipun hanya menikah siri namun setidaknya kehamilan yang tidak aku inginkan ini tidak akan menjadi masalah saat akhirnya semakin membesar.

Aku saat itu hanya terdiam, begitu juga dengan Kak Andika, dia seperti orang yang baru saja diseret ke tiang gantungan saat akhirnya aku berkata 'iya' menerima pernikahan yang dia tawarkan. Saat aku bertanya pada Kak Adam sah tidaknya pernikahanku ini, maka jawaban yang aku dapatkan dari Kakakku adalah seperti ini, "kamu adalah korban, Shireen. Bukan seorang pezina yang menyerahkan dirimu dalam sebuah dosa, dan sekarang saat pria yang menodai kehormatanmu bertanggungjawab atas kesalahannya, maka pernikahanmu ini sah seperti pernikahan umumnya meski nasab anakmu kelak akan mengikutimu, dan Andika sendiri tidak akan bisa menjadi wali nikahnya jika dia perempuan. Maaf ya Dek karena Kakak memintamu untuk menerima pernikahan ini, tapi percayalah kakak melakukannya karena kakak ingin menyelamatkan nama baikmu. Nama baik seorang wanita adalah harga mati di kehidupan masyarakat kita, meski kamu korban saat kamu hamil di luar nikah kamu pasti akan dicela."

Ya, aku masih ingat dengan jelas bagaimana gunjingan para perawat di rumah sakit, setiap kalimat yang diucapkan oleh Kak Adam dan Tante Alia membuatku akhirnya menerima tawaran yang sebelumnya aku tolak mentah-mentah. Bukan, aku menerima pernikahan ini bukan karena nama baik, melainkan karena aku ingin menghukum Kak Andika yang sudah begitu keji mempermainkanku.

Semuanya terjadi begitu cepat, Pak RT dan Pak RW pun sama sekali tidak masalah dengan alasan yang dikemukakan oleh Om Dwika sampai akhirnya kata Sah mengubah status kami dari yang awalnya hanya seorang teman menjadi suami istri.

Ya, istri seorang Andika Prasetya. Pria yang tidak pernah melihatku sebagai manusia, dan sekarang seperti yang dikatakan oleh Tante Alia, dengan statusku yang menjadi istrinya, aku bisa menjadikannya penjahat jika dia masih terus-menerus melukaiku. Aku akan menghukumnya dengan caraku sendiri.

Cinta? Entahlah, rasa kagum itu pernah ada untuknya namun semua itu musnah karena kelakuannya sendiri dan kini hanya kemarahan dan kekecewaan yang aku rasakan kepadanya.

...........

"Andika, saya titip Shireen kepadamu. Saya tidak tahu kamu melakukannya karena terpaksa atau karena kamu benar-benar ingin bertanggungjawab atas kesalahanmu tapi tolong jaga adik saya dengan baik seperti yang sudah kamu janjikan pada saya."

Mendengar pesan yang diucapkan oleh Kak Adam membuat mataku berembun, terharu karena kakakku ini benar-benar menjagaku hingga sejauh ini. Moodku yang sedang naik turun benar-benar merasa emosional, untuk terakhir kalinya sebelum dia pergi aku memeluknya erat. Benar-benar berterimakasih kepadanya karena berkat Kak Adam otakku bisa berpikir dengan jernih.

"Kalau ada apa-apa hubungi Kakak ya. Kamu sekarang mungkin tidak bisa pulang ke rumah Baba, tapi kamu bisa datang ke Kakak, oke?!" Aku mengangguk, mengiyakan apa yang dikatakan oleh Kak Adam meski terasa menyedihkan karena mengingatkanku yang sudah tidak diterima lagi oleh orangtuaku sendiri.

Beralih dariku Kak Adam menuju pada Kak Andika, pria brengsek ini hanya berwajah datar membuatku tidak bisa menebak apa yang sebenarnya ada di kepalanya, namun tak pelak, dia akhirnya berbicara. "Saya akan menjaga Shireen dengan baik seperti yang Anda minta. Sekali lagi maaf, maaf karena sudah menghancurkan adik Anda dan saya akan bertanggungjawab seperti yang saya katakan. Saya seorang yang menepati janji."

Kepada semua orang Kak Andika bisa berkata maaf namun kepadaku dia tidak mengatakan hal itu sama sekali. Dulu, aku adalah perempuan yang tidak mau ambil pusing terhadap segala hal yang tidak menyenangkan hatiku, namun sekarang karena kalimat Kak Andika yang terdengar tidak pas di telingaku, aku merasakan emosiku naik. Sungguh aku benar-benar membencinya.

"Jika ingin meminta maaf, minta maaflah kepada istrimu." Tepat setelah Kak Adam dan Kak Tasya masuk ke dalam mobil, suara Tante Riana terdengar di belakangku, beliau mendekat bersama dengan orangtua lainnya, "dia yang paling kamu rugikan. Tante memintamu bertanggungjawab tapi otak gilamu justru memberikan ide yang diluar nalar. Nasib baik Tante ini pintar langsung ngasih tahu orangtuamu, nggak percaya sama omonganmu yang bilang kalau kamu mau selesaiin semuanya sendiri lebih dulu."

Aku melihat Kak Andika menghela nafas berat, kalimat menohok Tante Riana benar-benar menamparnya hingga tidak bisa berkata-kata dan mengelak lagi, sungguh menyenangkan mendapati wajah pasrahnya sekarang ini.
"Mau jawab apapun pada akhirnya salah juga, kan. Jadi ya suka-suka Tantelah."

Tante Riana dan Tante Alia mencibir, dua orang Ibu ini henar-benar gondok pada tingkah Kak Andika, "jangan terlalu jahat sama Shireen, Ka. Takutnya kamu ketulah, pada akhirnya kamu nanti cinta beneran, tapi Shireennya udah ilfeel duluan sama kamu!"

"Bukan cuma bikin Shireen ilfeel, tapi kamu juga bikin Mama nyesel udah gedein kamu, Ka. Bisa-bisanya yang mau nikah adikmu tapi kamu justru rusak hidup sahabatnya. Pokoknya Mama nggak mau tahu, kamu harus buang semua masalalu kamu dengan siapapun dan mulai hidup baru kalau kamu nggak mau Mama kutuk jadi batu padas nemenin Malin Kundang sekalian."

Semakin mendengarkan omelan yang diucapkan oleh Ibu mertuaku, semakin aku geli sekaligus puas, yah kapan lagi pria brengsek berkepala batu itu diam tanpa menjawab dengan segala argumen menggelikannya? Mau menjawab, udah diancam duluan mau dikutuk menjadi batu. Alhasil, dengan wajah mengerikan karena dihajar oleh Ayahnya, Kak Andika hanya mengangguk dengan pasrah, sampai akhirnya Tante Alia yang kini menjadi mertuaku berpamitan kepadaku.

Sama seperti Ummi, beliau pun memelukku dengan erat, benar-benar erat dan hangat seolah aku adalah putri kandungnya. Sungguh ini adalah penghiburan yang mujarab disaat hatiku begitu patah dan rindu dengan pelukan orangtuaku.

"Jaga diri baik-baik ya, Nak. Kalau ada apa-apa atau Andika nakal hubungi Mama langsung ya. Tenang saja soal segala masalalu Dika, mertuamu ini ahlinya menghadapi para masalalu. Siapapun dia yang ada di hati Dika sekarang, perlahan kamu akan bisa menggesernya. Kalian bersama karena sebuah kesalahan yang dilakukan, jadi biarkan Dika memperbaikinya."

Bersamamu, Aku TerlukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang