08. Altan Salah? ✔

2K 115 6
                                    

"Abang" panggil Aira kepada Altan dengan suaranya yang di imut-imutkan, tapi tatapannya seperti tatapan membenci.

"Eum? " tanya Altan.

"Aira mau pinjam itu" Aira menunjuk tangan Altan yang sedang memegang sebuah buku gambar dengan gambaran yang sangat indah.

"Jangan, ini tugas punya Altan" Altan menyembunyikan buku gambarnya di belakang tubuhnya.

"Tapi Aira mau itu" Aira tetap kekeh untuk memiliki buku tersebut.

"Tapi kan ini tugasnya Altan! " pekik Altan.

Tiba-tiba saja Aira menangis dan tak lama kemudian datanglah daddy dan kedua abangnya.

"Apa yang sedang terjadi? " tanya Bagas dengan nada datar.

"Ara mau gambarnya abang Altan" ucapnya dengan memegang tangan Bagas.

"Adek mau ngambil buku gambarnya Altan, tapi Altan tidak boleh soalnya ini tugas dari sekolah" Altan membela dirinya dengan menunjukkan gambarannya.

Bagas mendekati Aira dan berucap dengan nada lembutnya.

"Nanti kita bisa membuatnya" ucapnya dengan mengelus kepala Aira.

"Tapi kan Aira mau itu" Aira menunjukkan buku tersebut.

Dean menghela nafas dan berjalan untuk mendekati Altan.

"Berikan" celetuk Dean.

"Tidak" Altan memeluk bukunya dengan erat.

"Berikan" tekan Dean lagi.

Tiba-tiba saja ada yang merebut buku gambarnya yang ternyata itu adalah abang ketiga nya, yaitu Xavier.

Xavier menarik bukunya Altan juga ikut menariknya, tapi karena perbedaan tubuh dan tenaga akhirnya buku tersebut berhasil di ambil oleh Xavier.

Sedangkan Altan, dia terjatuh dengan kepala bagian belakang yang terbentur dengan ujung meja.

"Akh! " pekik Altan.

Tapi mereka tidak ada yang peduli, bahkan mereka malah pergi bersama dengan Aira.

Selepas mereka pergi dari sana, datanglah seorang maid yang bernama bi Indah, dia di sana sebagai kepala maid.

Bi indah jongkok dan bertanya kepada Altan. "Tuan kecil tak apa? " tanya Bi indah dengan mengelus kepala Altan yang terbentur.

"Eum, sakit. Tapi tak apa" balas Altan.

"Ayo Tuan kecil ikut bibi ke dapur untuk mengobati kepala tuan kecil" karena kepala Altan yang terbentur mengeluarkan sedikit darah.

Altan mengikuti Bi Indah.

****


Setelah selesai mengobati luka di kepala Altan, sekarang mereka sedang berada di taman belakang mansion.

"Bibi, kenapa daddy dan abang jadi gitu sama Altan? " tanya Altan.

Bi Indah hanya membalasnya dengan senyuman kecilnya.

Karena tak ada jawaban Altan pun bertanya lagi.

"Tadi mereka pergi jalan-jalan Altan tidak di ajak"

"Tuan kecil jangan seperti itu, mungkin mereka tidak mengajak tuan muda karena di luar banyak musuh" bohong bi Indah, karena dia pernah mendengarkan pembicaraan tuan besarnya dan ketiga anaknya.

"Emmm, mungkin saja ya" Altan agak mendongak dan memegang dagunya.

"Oh iya bi, kemarin pas Altan minta uang buat bayar SPP sama daddy, daddy nyuruh Altan buat kerja" adu Altan.

"Kata daddy kalau Altan butuh uang Altan harus bisa cari sendiri" lanjut Altan.

"Tapi Altan tidak tau apa itu kerja"

"Tuan kecil akan tau seiringnya waktu, dan sekarang tuan harus bisa menjadi lebih dewasa, karena sekarang tuan kecil sudah sekolah dan sekarang tuan kecil menjadi seorang abang"

"Oke, sekarang Altan janji Altan bakal jadi lebih dewasa" mereka saling menautkan jari kelingking mereka.

Mereka melepaskan tautan jari kelingking mereka.

Bi Indah memeluk Altan dan mengusap kepala Altan serta mengecup rambut hitam Altan.

"Ya, bibi akan memegang janji tuan kecil, tapi tuan kecil juga harus menepati janji tuan"

"Tentu saja, kan Altan lelaki sejati jadi Altan bakal menepati janji Altan kepada bibi"

__________________

Gaje?

Ga peduli.

Typo?

Komen.

ALTAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang