"Saya om?!"
"Iya, sini mbak…"
Tunggu-tunggu, ini maksudnya gimana?! Aku dipanggil untuk duduk di sebelah pria itu. Pria yang barusan dibilang sebagai mempelai pria nya?! Terus kalau begitu, artinya aku adalah si mempelai wanita?!
"Om… nggak salah orang?" Tanyaku memastikan.
"Ya nggak dong, mana mungkin mempelai wanitanya salah orang."
"Udah kak, maju aja." Ucap mamaku. Mama?! Kenapa aku disuruh maju?!
Aku duduk disebelah pria yang bernama Dimas ini. Dimas? Namanya seperti tidak asing. Semakin aku memperhatikan penampilannya, semakin rasanya aku familiar dengannya. Saat ini otakku sedang mencari loker yang berisi informasi mengenai dirinya, karena aku yakin aku pernah bertemu dengannya.
"Jadi, hari ini adalah acara pertunangan antara Mas Dimas dengan Mbak Lulu."
"EHHH?!?" Teriak kami berdua.
"M-maksudnya, kita bakalan nikah?!" Tanya Dimas.
"Wihh udah gak sabar ya? Tunangan dulu ya Dim, nikahnya nanti."
Aku sama sekali tidak bisa berkata apa-apa. Aku bingung, aku yakin Dimas pun merasakan hal yang sama. Pikiranku sungguh kacau, aku hanya duduk disebelah Dimas dengan tatapan kosong. Otakku sedang memproses begitu banyak informasi yang aku tidak mengerti. Aku akan menikah? Kenapa aku dijodohkan seperti ini? Kenapa dengan dia? Aku kan masih di JKT48, kalau manajemen tahu aku menikah tiba-tiba seperti ini apa kata mereka?! Tolong, telingaku tak bisa mendengar suara apapun, semua teredam dengan suara-suara yang berada di dalam kepalaku. Kesadaranku seperti pergi entah kemana, kini aku seperti boneka manekin yang tidak memiliki nyawa.
"Mbak Lulu, mbak nggak apa-apa?"
"Eh… n-nggak apa-apa…" balasku. Ucapannya membuat kesadaranku kembali ke tempat ini.
Menurut penuturan paman ini, aku dan Dimas memang sudah direncanakan untuk dinikahkan sejak kami masih kecil. Siapa yang membuat rencana ini? Kakek kami berdua lah yang merencanakan ini. Mereka berdua sudah bersahabat sejak remaja, dan mereka menginginkan persahabatan itu tetap ada sampai keturunan-keturunan mereka. Salah satu ide untuk menjaga persahabatan mereka awalnya adalah dengan menikahkan salah satu anak mereka satu sama lain. Namun, karena anak-anak mereka gagal dinikahkan satu sama lain, rencana tersebut diturunkan ke cucu mereka. Nah, yang menjadi kelinci percobaan dari ide–entah buruk atau bagus ini, adalah aku dan Dimas.
"Jadi gitu Mas Dimas, Mbak Lulu. Kalian siap ya, menjaga persahabatan kakek kalian."
"T-tapi om, aku masih di JKT48 sekarang. Kita pacaran aja nggak bisa apalagi sampai nikah. Apa yang aku harus bilang ke manajemen ku? Belum lagi kalau aku sampai ketahuan oleh fans kalau aku udah tunangan, bisa habis karirku disana… " ucapku dengan nada yang gemetar.
Mereka diam, tidak ada yang bisa membalas kata-kataku. Mereka hanya saling bertukar pandang sambil berbisik mendiskusikan sesuatu. Tolong, seseorang jawab aku. Aku harus bagaimana?!
Mama mendekatiku, ia memelukku dan berbisik, "kamu kan sebentar lagi kan bakal lulus dari sana, Nanti pernikahan kalian setelah kamu benar-benar lulus dari sana. Jadi gak apa-apa ya kak?"
Ah, bukan itu jawaban yang kuharapkan. Aku tidak tahu harus apa, bingung. Aku saat ini hanya memikirkan apa yang harus aku katakan ke manajemen soal pertunangan ini. Saat aku sedang memikirkan hal tersebut, disaat yang bersamaan sepertinya otakku menemukan loker yang aku cari.
"Lo… temennya Kak Gita kan?" Tanyaku pada Dimas dengan nada berbisik.
"Nggak." Jawabnya.
"Tapi kita kan ketemu di resepsinya dia."