"Kamu mau sarapan apa?"
"Kamu mau bikin apa?"
"Yee, makanya aku nanya. Kamu maunya apa?"
"Yang nggak bikin kamu ribet deh."
"Ya udah, air putih aja ya?"
"Errr... nggak gitu juga sih..."
"Ya abis! Kamu mau yang bikinnya nggak ribet, air kan nggak ribet! Lagian, aku tuh istri kamu. Jadi nggak apa-apa, ribetin aja aku!"
Aku masih terhenyak mendengar ucapannya. Dia benar-benar istriku ya sekarang? Aku jujur kadang masih tidak percaya, bangun tidur melihat wajahnya di sampingku. Apalagi kadang ia minta untuk aku peluk saat tidur, wanita yang sempat aku idolakan kini menjadi istriku?
"Ya udah, aku mau kare ayam."
"Aku pukul ya kepalamu!"
"Lah, katanya nggak apa-apa yang ribet?"
"Bahannya dari mana? Kalau kamu buat makan siang bisa, kalau sekarang bisa sih, tapi kamu telat!"
"Hahaha! Yaudah, roti bakar aja sayang."
"Isinya?"
"Cokelat boleh."
"Yaudah, tunggu ya."
Lulu meninggalkan diriku yang masih terlentang di kasur. Aku melihatnya berjalan keluar meninggalkanku, sungguh anggun wanita itu. Aku mengumpulkan nyawaku, yang masih pergi entah kemana. Kulihat jadwal yang ada di ponselku. Hmm, cukup padat meeting hari ini. Aku harus bertemu dengan team leader dari perusahaan yang akan merger dengan perusahaan tempatku. Aku dengar, dia wanita dan cantik. Namun aku tidak boleh lengah, Lulu tetap wanita tercantik di dunia.
"Sayangg, Sarapannya udah ya!"
"Iya!"
Aku keluar dengan ponsel di tanganku. Aku masih membaca chat di grup kerja milikku. Robby pagi ini sudah heboh, karena dia berhasil menemukan Instagram milik Ashel, si finance baru. Oh iya, hari ini tenggat waktu taruhan kami. Harusnya aku bisa menang, karena aku punya orang dalam.
"Sayang." Panggilku pada Lulu. Ia sedang mengoleskan mentega ke rotinya.
"Kenapa?"
"Kamu kenal Ashel gak?" Ia langsung menoleh kepadaku ketika aku menyebut namanya. Matanya menyelidik penuh curiga. Tentu saja dia curiga, dari mana aku tahu soal Ashel. Dia tidak pernah bercerita soalnya, paling-paling hanya Oniel dan Olla.
"Ya kenal lah, kan dia JKT juga dulu. Kenapa tiba-tiba nanya dia?"
"Dia anak finance baru di kantorku."
"Oh, terus kenapa tiba-tiba nanya soal dia?"
"Hahaha, jadi gini. Robby sama Bimo itu taruhan, buat cari tau kalau Ashel udah punya cowok atau belum. Nah, hadiahnya tuh lumayan. Aku bisa hemat uang ngopi seminggu!" Aku menjelaskan alasan mengapa aku bertanya soal Ashel. Lulu tertawa mendengarnya, karena hadiah taruhannya sangat receh.
"Ashel, ya? Terakhir kita ngobrol waktu anniversary JKT sih belum punya. Itu 3 bulan yang lalu loh ya."
"Kayaknya belum, nggak mungkin secepat itu dia punya pacar." Aku hanya menduga-duga. Jujur, fisiknya saja aku belum pernah lihat secara langsung. Aku hanya melihatnya lewat internet saja.
"Lah, aku? 2 bulan yang lalu masih jomblo tuh, sekarang tau-tau udah mau nikah." ia menyanggah dugaanku dengan contoh dirinya sendiri. Tidak salah sih, tapi kan Ashel tidak mungkin dijodohkan juga sama seperti Lulu.
"Iya sih, bener."
"Yaudah, itu rotinya buruan dimakan. Nanti keburu dingin." Aku mulai melahap roti buatannya. Enak, tidak seperti roti bakar buatanku yang selalu gosong. Aku mengelus kepalanya, membuat dia bertanya-tanya kenapa.