It's been a stressful week, minggu ini terlalu banyak masalah terjadi di kantorku, hingga aku hampir jarang pulang ke rumah. Ya, aku kadang tidur di kantor. Meninggalkan Lulu di rumah. Ini semua akibat kesalahan salah satu anggota tim lain, dimana dia menghapus semua data backup produksi kami. Orang itu melakukannya atas dasar balas dendam ke perusahaan, karena dia dikeluarkan secara tidak hormat alias dipecat. Pemecatannya pun sebenarnya masuk akal, dia menggunakan inventaris kantor untuk kepentingan pribadinya.
"Kamu nggak pulang lagi?"
"Nggak deh kayaknya, masih belum kelar juga."
"Huft... yaudah deh. Tapi jangan lupa makan ya, kamu punya maag sayang."
"Iya Lulu, inget kunci pintu semua ya."
"Iya, goodnight, love you."
"Goodnight Lulu, love you too."
Aku meninggalkannya sendiri lagi di rumah. Aku rindu padanya, sudah 2 hari ini aku tidak bertemu dengannya sama sekali. Kami hanya berkomunikasi lewat telepon, dan sesekali lewat video call ketika aku sedang sendiri. Namun kesempatan itu sangatlah sempit, karena aku selalu bersama tim ku.
"Aargghh! Anjing!"
"Hahaha, kenapa sih Rob?"
"Gue pengen pulaaangg!" Robby menjambak-jambak rambutnya sendiri. Kami semua frustrasi, ini bukan kesalahan kami. Lalu kenapa kami yang harus membereskan semua masalah ini? Wajah-wajah kelelahan juga terlihat dari anggota tim ku yang lain. Bimo, Indra, Dika, dan Farel. Aku sendiri sudah mengingatkan mereka kalau memang sudah sangat lelah lebih baik pulang saja. Tapi mereka ngotot untuk ikut membereskan masalah ini. Bahkan Chika dan tim nya ikut merasakan efeknya.
"Kalian nggak makan malam?" Tanya Chika. Aku melirik ke Robby, aku menunggu persetujuannya.
"Yaudah, gas." Jawab Robby.
"Kalian ikut nggak?" Tanyaku pada anak-anak yang lain.
"Telat lo ngajaknya Bang, kita baru makan tadi." Balas Indra.
"Yee, mana gue tau. Yaudah gue makan dulu ya."
Aku, Robby dan Chika memutuskan untuk makan di restoran cepat saji, karena sudah tidak ada restoran di area perkantoran ini yang masih buka selain mereka. Kami memesan makanan junk food ini dengan kalap, terutama aku dan Robby. Kami sudah tidak makan sejak siang karena terlalu sibuk di depan layar laptop. Rasa lapar itu tidak terasa karena aku benar-benar fokus pada masalah ini.
"Rob, kayaknya lo harus backup yang ini deh." Aku menunjuk pada layar ponselku, saat kami sedang makan.
"Dim, bahas nanti aja. Kalau lo bahas sekarang big mac gue hambar rasanya."
"Take a break for a bit guys, santai dulu sebentar." Balas Chika. Ia benar, kita sudah sangat amat lelah. Aku mengalihkan obrolan kami ke arah yang berbeda, tidak lagi berhubungan dengan pekerjaan. Tapi ujung-ujungnya malah kami curhat satu sama lain.
"Gue nggak jadi jalan sama Ashel, gara-gara hal keparat ini."
"Lah, kenapa? Jalan aja kali." Balasku.
"Yee, gue yang nggak enak nyet sama lo pada."
"Terus Ashel nya gimana?"
"Ya doi kan tau kalau emang lagi ada masalah disini, jadi ya dia fine-fine aja. Katanya masih ada besok-besok."
"Guys, kalian ngomongin Ashel ini maksudnya Adzana Shaliha?" Tanya Chika tiba-tiba. Aku tidak tahu apakah itu nama lengkapnya. Tapi Robby langsung diam, dan matanya membulat.
"Iya... kok lo tau nama lengkapnya?" Balas Robby.
"Lah, Ashel itu sahabat gue!" Seru Chika.
"HAH?!" Teriak kami berdua. Ashel sahabatnya Chika? Dua orang cantik ini berteman? Bagaimana bisa?!
![](https://img.wattpad.com/cover/345397455-288-k6649.jpg)