"Dimas~"
"Dimasss~"
"DIMAS!!!"
"IYA!" Teriakku, aku terbangun dari tidurku. Dibangunkan oleh kanjeng ratu mami ibuku tercinta.
"Bangun! Ini udah jam berapa?! Om Roni udah nunggu tuh diluar, sana mandi siap-siap!"
"Hah? Kita mau kemana??"
"Loh?! Kan semalem udah dikasih tau sama bapakmu! Hari ini ada acara di rumah pakde Karto."
"Pagi-pagi banget nih?"
"Pagi gundulmu, liat sekarang jam berapa!?"
Jam 11, menurutku masih pagi kok. Apalagi ini hari Sabtu. Harusnya aku baru bangun jam 1 atau jam 2 siang. Ini masih tergolong pagi! Ingat! Pagi atau siang, itu semua tergantung mindset!
Dengan malas aku mengambil handuk dan pakaianku. Tubuhku meninggalkan jiwaku yang masih di kasur untuk berjalan ke kamar mandi. Tak pernah aku bayangkan untuk mandi di hari ini. Khusus Sabtu dan Minggu, aku hanya mandi 1 kali dalam dua hari tersebut. Biasanya di hari Minggu karena aku ada janji dengan temanku. Ingat kawan-kawan, kita harus menghemat persediaan air bersih di bumi, dengan cara mandi cukup 1 kali sehari.
"Wihh, udah ganteng aja nih? Udah siap ketemu calonmu?" Ucap Om Roni saat aku baru keluar dari kamar mandi.
Hah? Calon? Calon apaan? Calon presiden? Sebenarnya ada apa sih? Aku sama sekali tidak mengerti dengan ucapannya, jadi hanya aku membalas dengan "hehehe, iya om" saja.
Kulihat kedua orang tuaku sudah sangat siap, begitu rapi seakan-akan ingin mengantarkan anak semata wayangnya ini melamar kekasihnya. Tunggu-tunggu apa jangan-jangan memang benar? Tapi siapa? Aku kan tidak punya pacar? Tadi sepertinya om Roni sempat bilang calonku? Ah, stop menghayal yang tidak-tidak Dimas!
"Rapi amat bu, kayak mau ke undangan nikah aje." Ucapku saat melihat ibuku.
"Loh, kan memang."
"Ha? Siapa yang nikah?"
"Kamu."
"..."
"Ha..."
"Ahahaha..."
"Ibu ada-ada aja deh."
"Calonnya udah ada di rumahnya pakde Karto."
"..."
"Ahh, ibu jangan ikut-ikutan bapak deh."
"Ya sudah kalau nggak percaya, liat aja ntar siapa calon istrimu."
DUARRRRR!!!! Kalau ini film, di belakangku sudah ada ledakan dahsyat bagai film-film milik Michael Bay, terus ada kucing lompat, ada Gojo Satoru lagi "domain expansion", macam-macam deh! Sama seperti isi kepalaku saat ini. Aku akan menikah?! Dengan siapa?! Ini gak mungkin kan?! Pasti ini mimpi! Tidak mungkin kan aku, seorang Dimas Putra, dijodohkan dengan seseorang yang aku tidak kenal?! Aku tidak mau! Aku anti dengan perjodohan seperti ini! Ini bukan lagi jamannya Siti Nurbaya, aku seharusnya bebas memilih siapa yang akan kuajak untuk menghabiskan masa tua bersamaku!
"Dimas! Ayo jalan, jangan bengong gitu! Jelek!" Ucap ibuku sambil menarik tanganku. Aku berjalan dengan pikiran yang masih kosong. Dan tiba-tiba, snap! Pikiranku kembali terisi. Tidak, aku tidak mau!
"Bu, sumpah nggak lucu deh becandanya..." Rengekku sambil menarik kembali tanganku. Aku berpelukan pada salah satu tiang yang berada di garasi. Pokoknya tidak mau!
"Apaan sih Dimas, jangan kayak anak kecil! Udah ayo kita pergi!" Jawab ibuku sambil menjewer telinga ku.
Selama perjalanan ke rumah pakde Karto, aku hanya bisa menangis di jok penumpang paling belakang. Huhuhu, habis sudah masa mudaku. Rencana ku adalah menikah disaat aku sudah puas menghabiskan masa mudaku. Namun bukan sekarang, kalau sekarang aku belum puas! Masih banyak hal yang aku belum lakukan, bahkan menonton Lulu di teater pun belum sempat aku lakukan.