Mobil Baru

111 7 1
                                    

Saat pulang ke apartemen setelah merayakan ulang tahun Juan, sudah ada mobil baru yang terparkir apik dekat motor Juan dan di sebelah mobil Yeri yang lain. Jodi, asisten Yeri memang selalu bisa diandalkan. Yeri menyuruh Jodi untuk datang, padahal ini weekend yang berarti harusnya ia sedang leyeh-leyeh di rumah sebelum kembali sibuk hari esok. Tapi di sinilah Jodi sekarang, duduk di lobi apartemen bosnya setelah tadi pagi diminta untuk membeli mobil untuk Juan, sebagai hadiah ultah berondong kesayangan bosnya itu.

"Jod, langsung naik ke atas ya." Perintah Yeri melalui panggilan suara

"Siap, Bu."

Jodi sigap, ia beranjak ke unit milik bosnya untuk menyerahkan kunci mobil yang memang diperuntukkan untuk Juan.

Bel berbunyi, Juan membuka pintu dan bertemu tatap dengan asisten Yeri.

"Masuk mas, Yeri di ruang kerjanya."

"Hemm."

Jodi hanya bergumam dan melewati Juan yang masih berdiri diambang pintu.

Toktoktok, Jodi mengetuk pintu perlahan. Kadang ia agak was-was bertemu bosnya di hari libur, agak ngeri kalau moodnya sedang tidak baik. Tapi harusnya sekarang lagi dalam mood yang bagus karena telah menghabiskan waktu di luar dengan berondongnya.

"Masuk."

"Selamat siang, Bu. Ini kunci mobilnya, sesuai dengan permintaan ibu." Jodi menaruh kunci mobil baru itu di meja kerja Yeri.

"Oke, besok pagi kamu jemput saya dulu ya sebelum ke kantor."

"Siap Bu."

"Yaudah kamu boleh pulang. Itu bonus kamu."

"Terimakasih Bu, saya pamit. Permisi." Jodi undur diri setelah mengambil amplop cokelat yang ia yakini berisi uang.

"Lho mas, udah mau pulang? Aku abis bikin kopi buat mas Jodi." Juan datang dengan nampan berisi minuman dan camilan, hendak masuk saat Jodi keluar dari ruangan Yeri.

"Buat kamu aja sama bos, saya balik ya Wan."

"Oh iya mas, hati-hati." Juan sedikit menundukkan kepalanya sebagai sapaan selamat tinggal.

"Gausah dianter, sana masuk aja."

Juan mengetuk pintu ruangan Yeri sebelum masuk, melongokkan kepalanya meminta izin apa ia boleh masuk atau tidak.

"Kenapa Wan? Kamu perlu sesuatu?"

"Aku bikin kopi buat kamu sama mas Jodi, tapi mas Jodinya udah balik. Kamu mau kopi atau aku buatin yang lain?"

"Kopinya simpen di pantry aja, kita minum di sana."

"Oke." Juan kembali menutup pintu, balik arah menuju pantry menunggu Yeri untuk minum bersama.

Yeri duduk di hadapan Juan, menaruh kunci dan mendorongnya k arah Juan.

"Kado kamu."

"Hemm, thanks."

"Besok tes drive mau aku anter ke kantor ga?"

"Gausah, kamu langsung ke kampus aja. Besok aku berangkat sama Jodi." Yeri menyesap kopinya, menikmati camilan yang disiapkan Juan.

"Oke." Juan sedikit kecewa, ia kira hubungannya dengan Yeri menjadi lebih dekat setelah kejadian semalam. Ternyata sama saja, tidak ada yang berubah. Juan kembali tersadar, ia bukan siapa-siapa. Ketika Yeri berkata Juan bisa meminta apa saja, berarti ia bisa meminta sesuatu berupa materi bukan hal lain. Dalam hubungan keduanya, hanya Yeri yang bebas meminta dan afeksi serta perhatian.

"Aku tidur di kamarku, kamu ga perlu nyusul."

Yeri berdiri, masuk ke dalam kamarnya. Tubuhnya lelah dan besok ia sibuk, butuh istirahat yang cukup.

Juan menatap kepergian Yeri, ia tahu Yeri sedang lelah dibuktikan dengan ia yang tidur di kamarnya. Biasanya Yeri akan tidur di kamar Juan, atau meminta Juan datang ke kamarnya. Tapi tidak dengan malam ini. Juan membereskan bekas minumannya dan Yeri. Ia juga harus tidur, untuk besok Juan pikirkan besok saja.

Keesokan paginya, Juan sudah menyiapkan sarapan untuknya dan Yeri.
Namun sepertinya Yeri tidak akan sempat sarapan, dibuktikan dengan Jodi yang sudah ada di apartemen lebih pagi dari biasanya.

"Aku berangkat ya, Wan. Kamu sarapan sendiri aja. Oke?" Yeri menghampiri Juan yang duduk di pantry, menarik kepala Juan dan mengecup pelipis pemuda itu.

"Okay." Juan menjawab pelan. Menatap kepergian Yeri dengan Jodi di belakangnya yang menatap Juan dengan tatapan yang Juan pun tidak tahu apa artinya.

Juan menghela nafas, sepertinya hari ini ia akan ke perpustakaan kampus saja untuk mengerjakan tugas. Juan sedikit jenuh, waktunya hanya ia habiskan di ruang kuliah dan apartemen. Ia tidak pernah keluar jika tidak bersama Yeri atau Jodi.

-tbc-

Author note:
Untuk Jodi bisa disesuaikan dengan imajinasi masing-masing. Masih belum kepikiran face claim yang cocok untuk jadi asisten Yeri. Laki-laki dewasa usia sekitar 30an awal.
Kalo ada ide, boleh komen. 😊
Thansk

Pemilik Jiwa - Junghwan X YeriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang